Wujudkan Pendidikan Inklusif, Universitas Hasanuddin Kembangkan Pusat Disabilitas

5 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta Guna mewujudkan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas, Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar mengembangkan Pusat Disabilitas (Pusdis).

Baru-baru ini, Pusdis Unhas merilis hasil survei evaluasi pengajaran inklusif di lingkungan universitas. Survei ini melibatkan dosen, mahasiswa disabilitas, dan orangtua mahasiswa disabilitas, serta bertujuan mengidentifikasi kepuasan pengguna layanan Pusdis Unhas.

“Laporan ini penting untuk memahami pengalaman dosen dalam mengajar mahasiswa disabilitas dan untuk merancang sistem pembelajaran yang lebih inklusif,” kata Kepala Pusdis Unhas, Ishak Salim, mengutip laman resmi Pusdis Unhas, Sabtu (26/7/2025).

Laporan ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu asesmen kebutuhan dosen dan rekomendasi untuk pengembangan pembelajaran inklusif. Asesmen kebutuhan dosen memberikan wawasan tentang tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran serta kebutuhan dukungan tambahan yang diperlukan untuk mengimplementasikan pengajaran inklusif secara efektif.

Pusdis Unhas berencana untuk menjadikan laporan ini sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan kurikulum pembelajaran inklusif. Selain itu, Pusdis Unhas akan bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan (LPMPP) Universitas Hasanuddin untuk merancang dan melaksanakan pelatihan bagi dosen dalam beberapa angkatan.

“Kami berharap pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan dosen dalam mengajar mahasiswa disabilitas, serta menjadikan Universitas Hasanuddin sebagai kampus inklusif yang lebih baik,” harapnya.

Liputan6 Update Spesial Hari Disabiltas Internasional 2021 mengangkat tema Sudahkah Kita Peduli Disabilitas? Hari ini tanggal 3 Desember 2021 merupakan peringatan hari Disabilitas Internasional kali ini ada kedai kopi yang mengkampanyekan kesetar...

Rekomendasi Pelatihan Dosen Inklusif

Sebagai langkah tindak lanjut, laporan ini juga menyertakan rekomendasi untuk pelatihan dosen yang mencakup materi pelatihan mengenai:

  • Konsep dasar pendidikan inklusif;
  • Metode pembelajaran inklusif;
  • Komunikasi efektif dengan mahasiswa disabilitas;
  • Penyusunan RPS dan kurikulum inklusif;
  • Penilaian adaptif; serta
  • Studi kasus dan simulasi.

Metode penyajian materi pelatihan akan meliputi workshop interaktif, simulasi, studi kasus, dan diskusi kelompok.

Dengan rekomendasi ini, Pusdis Unhas berharap dapat meningkatkan kualitas pengajaran inklusif di Universitas Hasanuddin dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi semua mahasiswa, termasuk mereka yang memiliki disabilitas.

Ringkasan Laporan Survei

Laporan ini menyajikan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin mengenai evaluasi pengajaran inklusif yang diterapkan oleh dosen yang pernah atau sedang mengajar mahasiswa disabilitas.

Survei ini bertujuan mengidentifikasi tantangan, pengalaman, dan dukungan yang diperlukan dalam proses pengajaran inklusif di lingkungan universitas.

Identifikasi Mahasiswa Disabilitas di Kelas

Identifikasi mahasiswa disabilitas menjadi tantangan utama. Mayoritas dosen tidak menerima informasi resmi mengenai keberadaan mahasiswa disabilitas, sehingga mereka mengandalkan observasi pribadi dan interaksi sosial.

Metode ini dinilai kurang akurat dan berpotensi menghambat penyusunan materi yang tepat.

Rekomendasi utama adalah pengembangan sistem pelaporan yang terintegrasi untuk meningkatkan komunikasi dan pemahaman tentang kebutuhan mahasiswa.

Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar mahasiswa disabilitas memberikan kesan mendalam bagi dosen. Banyak dosen terinspirasi oleh semangat belajar mahasiswa disabilitas, meskipun ada tantangan dalam komunikasi dan adaptasi perilaku.

Pengajaran inklusif membutuhkan empati dan refleksi dari dosen, serta dukungan institusional untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Respons Terhadap Ketidakpastian

Kurangnya informasi awal mengenai jenis disabilitas mahasiswa sering menyebabkan dosen tidak melakukan penyesuaian dalam pengajaran. Beberapa dosen berusaha menyesuaikan metode secara spontan, namun banyak yang merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Ini menunjukkan pentingnya sistem dukungan yang lebih kuat dari universitas.

Dilema Penilaian

Penilaian terhadap mahasiswa disabilitas menjadi dilema bagi dosen.

Beberapa dosen tetap menggunakan aturan umum, tetapi melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi mahasiswa. Dosen membutuhkan pedoman penilaian alternatif yang adil dan sesuai dengan kebutuhan spesifik mahasiswa disabilitas.

Dukungan dari Universitas

Dukungan institusional sangat diperlukan untuk menjalankan pengajaran inklusif. Dosen menginginkan pelatihan praktis dan pendampingan mental, serta penyediaan rubrik penilaian yang sesuai.

Selain itu, ada kebutuhan akan kebijakan yang jelas mengenai penerimaan dan pendampingan mahasiswa disabilitas.

Inisiatif Pribadi Dosen

Meskipun tidak semua dosen memiliki kesiapan metodologis, beberapa menunjukkan inisiatif pribadi dalam mendukung mahasiswa disabilitas. Namun, keterbatasan waktu dan dukungan institusional seringkali menghambat kemampuan mereka untuk berinovasi.

Diskusi Antar Dosen

Diskusi antar dosen mengenai pengajaran inklusif masih terbatas dan tidak terstruktur. Dosen merasa perlu adanya forum resmi untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam mengajar mahasiswa disabilitas.

Ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun komunitas praktik yang lebih kuat.

Pengalaman Mengajar Ragam Disabilitas

Banyak dosen belum memiliki pengalaman mengajar mahasiswa dengan berbagai jenis disabilitas secara bersamaan. Mereka membutuhkan pelatihan berbasis simulasi untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi tersebut.

Topik Pelatihan yang Dibutuhkan

Dosen menunjukkan antusiasme untuk mengikuti pelatihan terkait pengajaran inklusif. Topik yang diusulkan mencakup metode pembelajaran inklusif, komunikasi efektif, dan penyusunan rubrik penilaian adaptif.

Saran Strategis

Dosen memberikan saran untuk membangun sistem pembelajaran yang lebih inklusif melalui penyesuaian kurikulum, penyediaan fasilitas fisik yang mendukung, dan pelatihan dosen secara berkala. Komitmen institusi sangat penting untuk memastikan keberhasilan pengajaran inklusif.

Read Entire Article