Speech Delay vs Speech Disorder: Kenali Bedanya agar Anak Tak Salah Terapi

Liputan6.com, Jakarta - Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi ketika perkembangan kemampuan berbicara anak berjalan lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Ibarat jeda singkat dalam proses belajar bicara, bukan hambatan permanen, seperti dilansir dari Amazing Speech Therapy pada Kamis, 23 Oktober 2025. 

Di Singapura, fenomena ini cukup sering ditemukan. Banyak anak tumbuh di lingkungan bilingual, yang memaksa mereka belajar dua bahasa sekaligus. Akibatnya, anak bisa tampak lebih lambat berbicara, padahal sebenarnya kemampuan bahasanya masih berkembang secara normal.

Ciri anak dengan speech delay biasanya menggunakan kalimat yang lebih sederhana dan berbicara lebih sedikit dibandingkan teman sebayanya. Misalnya, anak umur tiga tahun yang mengalami speech delay mungkin berbicara seperti anak usia dua tahun, menggunakan kalimat pendek dengan kosa kata terbatas.

Dengan dukungan dan stimulasi yang tepat, kebanyakan anak dengan speech delay dapat mengejar ketertinggalannya.

Berbeda dengan speech delay, speech disorder atau gangguan bicara adalah penyimpangan dari pola perkembangan bicara yang normal. Anak dengan gangguan ini kerap kesulitan mengucapkan bunyi tertentu dengan jelas, hingga terkadang sulit dipahami oleh orang tua atau guru.

Salah satu jenisnya adalah phonological disorder, yang menyebabkan anak mengalami kesulitan menghasilkan suara sesuai aturan bahasa. Bukan karena belum belajar, melainkan karena ada hambatan dalam proses produksi suara itu sendiri.

Penyebabnya bisa beragam, mulai dari faktor genetik, gangguan pendengaran, hingga kondisi perkembangan tertentu. Di negara bilingual seperti Singapura, situasi ini sering membuat identifikasi dini antara delay dan disorder menjadi lebih rumit.

Oleh sebab itu, pemeriksaan oleh ahli sangat disarankan. Diagnosis dini penting untuk menentukan apakah anak hanya membutuhkan stimulasi tambahan atau terapi khusus.

Langkah pertama dalam menangani keterlambatan atau gangguan bicara adalah melakukan penilaian profesional. Di Singapura, dokter anak dan terapis wicara (speech therapist) menyediakan layanan skrining untuk membantu orang tua memahami kondisi anak mereka.

Anak dengan speech delay biasanya cukup dibantu dengan strategi stimulasi di rumah, sementara anak dengan speech disorder memerlukan terapi yang lebih spesifik, seperti latihan bunyi, pengucapan, dan keterampilan komunikasi.

Lingkungan juga berperan besar dalam proses pemulihan. Dukungan dari keluarga dan sekolah menjadi pondasi penting bagi anak untuk tumbuh percaya diri. Suasana yang penuh dorongan, kesabaran, dan rasa aman membantu anak berani untuk terus mencoba berbicara.

Memahami perbedaan antara speech delay dan speech disorder membantu orang tua serta guru mengambil langkah yang tepat sejak dini. Semakin cepat ditangani, semakin besar pula peluang anak untuk berkembang menjadi komunikator yang percaya diri dan fasih.