Tuli Akibat Bising Juga Ancam Miliaran Remaja di Dunia

3 months ago 42

Liputan6.com, Jakarta Tuli akibat bising kini tidak hanya mengancam para pekerja pabrik atau sopir bajaj. Ancaman tuli kini juga mengintai masyarakat luas melalui Personal Listening Device (PLD) atau alat dengar pribadi seperti headset dan earbuds yang digunakan dengan cara tak tepat.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 1,1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan bising.

Penelitian terbaru pada 2023 bahkan menunjukkan risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan headset mencapai 23,8 persen, atau setara dengan 1 dari 4 pengguna. Bahkan, tuli akibat bising kini menjadi ancaman baru di era modern.

“Kita justru menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi,” ujar staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dari Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala Leher (THT-KL), Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL dalam webinar bertajuk Sayangi Pendengaranmu: Tips Aman Pakai Headset Sehari-hari yang diadakan FKUI, pada Rabu, 12 Juni 2025.

Dia menambahkan, orang yang mengalami cedera bising memiliki gejala awal telinga berdenging dan terasa tertutup seperti kemeng. Gejala ini sering kali dianggap sepele karena dapat hilang dalam waktu 24 jam. Namun, justru karena sering diabaikan dan berulang, lama-kelamaan bisa menimbulkan gangguan permanen.

Menurut National Deaf Center, sekitar 50 persen warga tuli usia produktif tidak bekerja. Seorang pengusaha berkomitmen membantu komunitas tuli di DC dengan restoran pizza Mozzeria yang mengajarkan pengunjung tentang budaya tuli, sekaligus wadah bagi ...

Cara Aman Gunakan PLD

Selain menimbulkan gangguan telinga, cedera bising kronik juga dapat berdampak besar terhadap kualitas hidup, mulai dari kesulitan berkomunikasi di lingkungan ramai, gangguan konsentrasi, hingga gangguan sosial dan percepatan penuaan pada jalur pendengaran.

Maka dari itu, Fikri menjelaskan cara penggunaan PLD yang aman, yakni:

  • Gunakan PLD dengan volume maksimal 60 persen selama tidak lebih dari 60 menit per hari.
  • Menjaga kebersihan PLD.
  • Manfaatkan fitur volume warning yang kini tersedia pada banyak gawai.

“Gunakan PLD dengan teknologi noise cancelling (peredam kebisingan) agar tidak perlu menaikkan volume terlalu tinggi. Batasi volume di bawah 80 desibel,” ujarnya mengutip laman UI, Senin (21/7/2025).

Ia juga menyarankan kepada pengguna PLD agar memeriksakan diri ke dokter spesialis THT-KL jika mengalami dua dari tiga kondisi, yakni: 

  • Penggunaan lebih dari 4 jam per hari.
  • Volume di atas 80 persen. 
  • Munculnya nyeri atau berdenging setelah pemakaian.

Mengenal Jenis PLD

PLD yang beredar saat ini memiliki banyak jenis, seperti earbuds, headphone over-ear (dengan atau tanpa noise cancelling), hingga bone conduction headset.

Jenis over-ear dengan fitur Active Noise Cancelling (ANC) dianggap menjadi pilihan yang relatif lebih aman karena mampu meredam kebisingan tanpa harus menaikkan volume secara berlebihan.

“Akan tetapi, PLD jenis ini tidak disarankan digunakan sambil berjalan atau berlari karena mengurangi kewaspadaan terhadap lingkungan,” sarannya.

Penanganan Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Tata laksana penanganan gangguan pendengaran akibat bising, menurut Fikri, akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya.

Untuk kasus cedera yang bersifat akut, seperti telinga berdenging khususnya jika terjadi dalam kurun waktu kurang dari 12 minggu, pengobatan medis masih memungkinkan.

Sementara, untuk kondisi kronis tanpa gangguan psikologis, terapi transcranial magnetic stimulation yang melibatkan dokter neurologi bisa menjadi pilihan.

“Kalau sudah menetap dan disertai keluhan psikologis seperti stres atau depresi, maka penanganan harus melibatkan psikolog atau psikiater untuk mendampingi proses pemulihan,” pungkasnya.

Read Entire Article