Liputan6.com, Jakarta Dua penyandang disabilitas memukau para guru dan murid baru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Jakarta.
Keduanya melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di tengah Masa Ta'aruf Siswa Madrasah (Matsama) pada Selasa, 15 Juli 2025.
Matsama dikenal pula sebagai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Di momen ini, madrasah tersebut menyambut kehadiran murid-murid baru dengan menampilkan siswa dan siswi disabilitas netra. Keduanya adalah hafiz yang hafal 30 juz Al-Quran.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama, Amien Suyitno, mengatakan bahwa penampilan spesial dari dua siswa diasbilitas ini bukan hanya menjadi pembuka acara. Namun juga penanda madrasah sangat inklusif, memuliakan, dan merangkul seluruh anak bangsa, tanpa kecuali.
“Ini bukan sekadar hafalan. Ini adalah suara dari hati yang jernih. Saya terharu,” ungkap Amien mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag).
Kemenag menggambarkan, dalam suasana khidmat, anak-anak berkebutuhan khusus tersebut duduk bersila di panggung acara. Mereka membaca ayat suci dengan penuh ketenangan dan keindahan irama. Suara mereka bukan hanya menyentuh, tetapi juga menginspirasi—membuktikan bahwa keterbatasan sensorik bukanlah penghalang untuk mencintai dan menghidupkan Al-Quran.
Liputan6 Update Spesial Hari Disabiltas Internasional 2021 mengangkat tema Sudahkah Kita Peduli Disabilitas? Hari ini tanggal 3 Desember 2021 merupakan peringatan hari Disabilitas Internasional kali ini ada kedai kopi yang mengkampanyekan kesetar...
Madrasah sebagai Rumah yang Inklusif
Amien dalam arahannya menguatkan makna madrasah sebagai rumah yang inklusif, tempat menyemai cinta, ilmu, dan masa depan.
“Al-Madrasatu kal baiti – Madrasah adalah rumah kita semua. Termasuk bagi anak-anak hebat yang mungkin dilihat berbeda oleh dunia, tapi sangat istimewa di mata Tuhan,” tegasnya.
Matsama 2025 tidak hanya menjadi ajang perkenalan, tetapi juga refleksi kebijakan pendidikan Islam yang berlandaskan kasih sayang, kesetaraan, dan keberagaman. Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diterapkan madrasah hari ini menjadikan akhlak dan nilai kebangsaan sebagai inti dari proses pembelajaran.
Ruang untuk Menumbuhkan Cinta
Amien juga mengajak seluruh siswa untuk menjadikan madrasah sebagai ruang untuk menumbuhkan cinta—kepada ilmu, kepada sesama, kepada lingkungan, dan kepada negara.
“Cinta pada madrasah adalah cinta pada masa depan. Dan masa depan Indonesia ada di tangan kalian, para siswa pilihan,” ucapnya.
Penampilan anak-anak disabilitas penghafal Al-Quran ini menjadi bukti nyata bahwa madrasah adalah rumah yang menerima semua, mendidik dengan cinta, dan melahirkan generasi tangguh yang mencintai ilmu dan bangsanya.