6 Gejala yang Menandakan Pasien Demensia Harus Segera Dibawa ke Dokter

6 days ago 4

Liputan6.com, Jakarta Demensia kerap ditandai dengan lupa. Lupa sesekali adalah hal yang wajar tapi keluarga perlu lebih waspada jika gejala yang dialami pasien semakin sering muncul dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Menurut dokter spesialis neurologi/saraf Gloria Tanjung dari RS EMC Alam Sutera dan Sentul, mengatakan pemeriksaan ke dokter sebaiknya dilakukan jika muncul gejala-gejala ini:

  1. Gangguan ingatan semakin sering terjadi, pasien berulang kali lupa hal penting, sulit mengenali orang dekat, atau tersesat di tempat yang familiar.
  2. Perubahan perilaku dan emosi menjadi ekstrem, misalnya sering marah tanpa alasan, depresi, curiga berlebihan, atau mengalami halusinasi.
  3. Kesulitan melakukan aktivitas dasar, seperti makan, mandi, berpakaian, atau mengurus kebutuhan pribadi.
  4. Gangguan komunikasi makin jelas, pasien kesulitan berbicara, memahami percakapan, atau sering kehilangan kata.
  5. Pasien menunjukkan tanda berbahaya, seperti sering jatuh, tidak bisa menjaga kebersihan diri, atau membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
  6. Keluarga merasa kewalahan, jika beban merawat semakin berat, konsultasi dengan dokter dapat membantu mendapatkan dukungan medis dan terapi pendampingan.

“Pemeriksaan ke tenaga medis penting untuk menegakkan diagnosis, menentukan jenis demensia, serta menyusun rencana perawatan yang tepat. Semakin cepat dideteksi, semakin baik peluang pasien untuk mendapatkan penanganan yang efektif,” kata Gloria mengutip laman EMC, Rabu (29/10/2025).

7 Tanda Awal Demensia

Demensia umumnya ditandai dengan penurunan kemampuan berpikir yang memengaruhi keseharian pengidapnya. Gejala yang muncul bisa berbeda pada setiap orang, tetapi beberapa tanda awal yang sering ditemui antara lain:

Gangguan Memori

Pasien mengalami gangguan memori jangka pendek sehingga mengalami kesulitan mengingat informasi atau peristiwa yang baru terjadi. Hal ini ditandai dengan lupa akan hal yang baru dialami, didengar, atau dilihat. Pasien kerap mengulang pertanyaan yang sama berkali-kali.

Kebingungan tentang Waktu dan Tempat

Pasien bisa kehilangan orientasi, misalnya tidak tahu hari, bingung arah jalan, atau tersesat di tempat yang biasanya familiar.

Kesulitan Berkomunikasi

Mengalami kesulitan mencari kata, sulit mengikuti percakapan, atau tidak memahami instruksi sederhana.

Perubahan Perilaku dan Emosi

Pasien bisa menjadi mudah marah, cemas, depresi, atau menunjukkan perubahan suasana hati yang drastis.

Penurunan Kemampuan Menyelesaikan Aktivitas Sehari-hari

Hal-hal yang sebelumnya mudah dilakukan, seperti memasak, mengelola keuangan, atau memakai pakaian, bisa menjadi sulit.

Kesulitan Konsentrasi dan Mengambil Keputusan

Pasien mungkin kesulitan fokus, bingung saat harus memilih, atau sering mengambil keputusan yang tidak logis.

Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Karena kesulitan berkomunikasi atau merasa malu dengan kondisinya, pasien sering menghindari aktivitas sosial.

Demensia Tak Hanya Pengaruhi Daya Ingat

Demensia tidak hanya memengaruhi daya ingat, tetapi juga emosi, perilaku, hingga kualitas hidup pengidapnya.

Di tengah tantangan tersebut, peran keluarga menjadi sangat penting. Lebih dari sekadar merawat, dukungan keluarga mampu memberikan rasa aman, meningkatkan semangat, dan menjaga kualitas hidup pasien.

“Kehadiran orang terdekat sebagai pendamping sehari-hari bisa menjadi sumber kekuatan yang tak tergantikan dalam perjalanan menghadapi demensia,” kata Gloria.

Dia menjelaskan, demensia adalah gangguan fungsi otak yang menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, mengingat, berkomunikasi, hingga mengendalikan emosi.

“Kondisi ini bukan bagian normal dari penuaan, meski risikonya meningkat seiring bertambahnya usia,” kata Gloria.

Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling umum terjadi, tetapi ada juga jenis lain seperti demensia vaskular, Lewy body, atau frontotemporal.

Kondisi pasien demensia dapat bervariasi, mulai dari sering lupa hal-hal sederhana, bingung dengan waktu atau tempat, sulit menemukan kata saat berbicara, hingga mengalami perubahan perilaku dan suasana hati.

Pada tahap yang lebih lanjut, pasien akan membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, atau berpakaian. Perubahan ini sering kali membuat pasien merasa cemas, frustrasi, bahkan terisolasi, sehingga membutuhkan dukungan emosional dan sosial yang kuat dari keluarga maupun lingkungan sekitar.

6 Peran Keluarga untuk Pasien Demensia

Merawat pasien demensia bukan hanya soal membantu aktivitas sehari-hari, tetapi juga memberikan dukungan emosional, sosial, dan psikologis. Keluarga menjadi pilar utama yang mampu menjaga kualitas hidup pasien dengan cara-cara berikut:

Memberikan Dukungan Emosional

Kehangatan, kesabaran, dan kasih sayang dari keluarga membantu pasien merasa aman, dihargai, dan tidak sendirian menghadapi kondisinya.

Mendampingi Aktivitas Sehari-hari

Pasien demensia sering kesulitan mengurus dirinya sendiri. Kehadiran keluarga untuk membantu makan, mandi, menjaga kebersihan diri, berpakaian, atau menemani berbincang-bincang sangat berarti bagi mereka.

Menjadi Pengingat dan Pemandu

Keluarga berperan sebagai "penjaga ingatan", misalnya dengan mengingatkan jadwal minum obat, menemani kontrol ke dokter, atau membantu mengenali orang dan tempat.

Menciptakan Lingkungan yang Aman

Menata rumah agar lebih ramah bagi pasien, seperti menghindari benda tajam atau memberi pencahayaan cukup, dapat mencegah risiko cedera dan meningkatkan kenyamanan.

Memberikan Stimulasi Kognitif

Mengajak pasien berbincang, bermain puzzle sederhana, mendengarkan musik, atau mengenang masa lalu melalui album foto bisa melatih otak tetap aktif.

Menjadi Jembatan dengan Tenaga Medis

Keluarga juga berperan dalam komunikasi dengan dokter, perawat, atau terapis untuk memastikan pasien mendapat perawatan terbaik sesuai kebutuhannya.

Read Entire Article