Liputan6.com, Jakarta NeuroBuddy adalah alat yang mampu mendeteksi potensi neurodivergensi pada anak, seperti disleksia, Autism Spectrum Disorder (ASD), dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Alat ini dikembangkan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam tim The Leporidaes.
Alat yang dibuat dalam bentuk permainan berbasis Artificial Intelligence (AI) ini bertujuan melihat interaksi anak saat bermain.
Ketua Tim The Leporidaes, Phoebe Ivana, menyebut NeuroBuddy dapat mendorong nilai inklusi dan menjembatani kesenjangan antara teknologi, disabilitas, dan stigma.
Dalam operasinya, inovasi ini mengintegrasikan beragam layanan dari Azure Cognitive Service yang disediakan Microsoft Azure.
“Deteksi neurodivergensi tidak hanya dengan mengamati satu atau dua gejala, tetapi memerlukan penilaian yang komprehensif pada berbagai aspek perkembangan anak. Termasuk riwayat perkembangan, observasi perilaku, dan tes standar,” kata Phoebe mengutip laman UI, Senin (21/7/2025).
Dia menambahkan, deteksi dini sangat penting karena intervensi dan terapi yang dimulai lebih awal dapat membantu anak mengembangkan strategi yang efektif untuk mengelola gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Tim The Leporidaes terdiri atas mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Komputer. Mereka adalah Phoebe Ivana (FTUI 2022), Faiz Assabil Firdaus (Fasilkom UI 2023), Micheline Wijaya Limbergh (Fasilkom UI 2023), Karolina Jocelyn (Fasilkom UI 2023), dan Safia Amita Khoirunnisa (FTUI 2022).
Liputan6 Update Spesial Hari Disabiltas Internasional 2021 mengangkat tema Sudahkah Kita Peduli Disabilitas? Hari ini tanggal 3 Desember 2021 merupakan peringatan hari Disabilitas Internasional kali ini ada kedai kopi yang mengkampanyekan kesetar...
Pemenang Utama Kompetisi Hackathon AI for Accessibility 2025
Berkat inovasi ini, The Leporidaes menjadi pemenang utama dalam kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 yang diikuti oleh 46 tim inovator muda di Asia Tenggara.
Atas capaiannya, mereka berhak memperoleh dukungan eksklusif, seperti pelatihan intensif bersama pakar Microsoft, langganan LinkedIn Premium, akses Azure for Students, hingga pendampingan lanjutan untuk mengembangkan inovasi mereka di Microsoft Azure.
Selain tim The Leporidaes, inovasi mahasiswa UI lainnya juga mendapatkan penghargaan. Tim UINNOVATORS memperoleh Juara 2 berkat inovasi Pintaru.
Mereka merancang buku digital adaptif yang dapat menyesuaikan ukuran huruf, spasi, dan elemen visual lainnya sesuai kebutuhan pelajar yang mengalami disleksia. Inovasi ini didukung oleh Azure OpenAI, Azure Search, dan Azure Speech untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih inklusif.
Soal Kompetisi Hackathon AI for Accessibility 2025
Kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 merupakan ajang tahunan yang mengajak para inovator muda di Asia Tenggara untuk menciptakan solusi berbasis kecerdasan buatan (AI) bagi penyandang disabilitas.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, berharap inovasi yang lahir dari kepedulian terhadap aksesibilitas dapat membawa manfaat luas bagi semua.
“Setiap individu itu unik, teknologi pun harus mampu beradaptasi secara inklusif untuk memenuhi beragam kebutuhan. Kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 menjadi ruang untuk mewujudkan misi itu, dengan dukungan layanan Microsoft yang berkomitmen pada inklusivitas,” ujar Dharma.
Menurut Dekan Fakultas Teknik UI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D, UI memiliki banyak inovator muda berbakat yang siap menciptakan solusi teknologi demi mendukung inklusivitas.
“Kami meyakini bahwa inovasi-inovasi yang lahir dari ajang seperti Hackathon AI for Accessibility bersama Microsoft ini dapat memicu perubahan menuju dunia yang lebih ramah dan setara bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas,” ujarnya.