Liputan6.com, Jakarta - Merokok dalam jangka panjang dapat memengaruhi kemampuan penglihatan dan saraf optik.
“Merokok dapat menyebabkan gangguan yang memengaruhi mata seperti glaukoma, katarak, dan degenerasi makula,” kata dokter spesialis paru di Eka Hospital Cibubur, Paulus Arka Triyoga, dalam keterangan pers dikutip Minggu, 1 Juni 2025.
Dalam keterangan lain, dokter spesialis mata, Widya Artini Wiyogo, menjelaskan bahwa glaukoma adalah kondisi neuropati optik progresif akibat peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan.
Tak hanya menurunkan fungsi penglihatan, glaukoma yang tak ditangani juga dapat berujung pada disabilitas netra.
“Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen,” kata Head of Glaucoma Service, JEC Group itu dalam keterangan pers.
Glaukoma adalah penyakit mata penyebab disabilitas netra terbesar kedua setelah katarak.
Menurut dokter spesialis mata dari KMN EyeCare, Maria Magdalena Purba, glaukoma kerap menyerang penglihatan tanpa gejala di tahap awalnya.
“Sehingga dapat terabaikan dan menyebabkan kerusakan permanen pada mata,” jelasnya.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI) Agus Parmuji menyoroti Pasal 435 yang tertuang di Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024. Jika pasal 435 diterapkan, pelaku industri hasil tembakau (IHT) legal be...
Kebiasaan Merokok dan Kesehatan Mental
Tak hanya pengaruhi mata, Arka juga menyampaikan bahwa kebiasaan merokok memiliki kaitan dengan kesehatan mental.
“Bagi sebagian besar perokok, hal ini dilakukan sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap stres atau kecemasan. Sayangnya, nikotin pada rokok, dalam jangka panjang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mental. Ketergantungan nikotin menciptakan siklus kecanduan yang kuat, sehingga sulit untuk berhenti,” jelas Arka.
Merokok Percepat Penuaan Kulit
Asap rokok mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya yang dapat menyerang organ-organ vital tubuh termasuk kulit.
Arka mengatakan bahwa merokok dapat mempercepat proses penuaan kulit melalui kerusakan serat kolagen dan elastin.
“Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas, menjadi lebih keriput, tampak kusam, dan mengalami penurunan kemampuan regenerasi. Proses penyembuhan luka pada perokok juga cenderung lebih lambat,” kata Arka.
Dampak Rokok untuk Organ Vital Lainnya
Kulit bukan satu-satunya bagian tubuh yang dapat terdampak oleh asap rokok, berbagai organ lainnya juga dapat dirugikan akibat paparan asap rokok, termasuk:
Sistem Pernapasan
Paru-paru merupakan organ yang paling rentan terhadap dampak negatif merokok. Inhalasi asap rokok secara kronis menyebabkan kerusakan ireversibel pada alveoli, memicu perkembangan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), termasuk emfisema dan bronkitis kronis.
“Selain itu, risiko kanker paru-paru meningkat secara signifikan pada mereka yang memiliki riwayat merokok aktif,” jelas Arka.
Merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi seperti tuberkulosis (TBC) dan pneumonia. Penumpukan tar pada paru menghambat fungsi pernapasan secara perlahan-lahan.
Sistem Kardiovaskular
Nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras dan meningkatkan peluang munculnya penyakit jantung koroner, infark miokardium, serta stroke.
Proses aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akibat pembentukan plak pada dinding arteri, juga dipercepat oleh kebiasaan merokok.
Sistem Saraf Pusat
Nikotin memiliki sifat adiktif atau candu yang kuat dan memengaruhi kimia otak. Di samping itu, penurunan aliran darah serebral akibat penyempitan pembuluh darah dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan kerentanan terhadap stroke.