Israel Sebut Macron Lancarkan Perang Salib Usai Dorong Eropa Akui Negara Palestina

2 days ago 15

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel pada Jumat (30/5/2025) menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan "perang salib terhadap negara Yahudi", setelah dia menyerukan negara-negara Eropa untuk memperkeras sikap terhadap Israel jika situasi kemanusiaan di Gaza tidak membaik.

"Tidak ada blokade kemanusiaan. Itu adalah kebohongan yang terang-terangan," kata Kementerian Luar Negeri Israel seperti dilansir Le Monde.

"Alih-alih menekan para teroris jihadis, Macron justru ingin memberi hadiah kepada mereka berupa Negara Palestina. Tak diragukan lagi, hari kemerdekaannya akan jatuh pada 7 Oktober," tambah pernyataan itu, merujuk pada tanggal serangan Hamas terhadap Israel pada 2023 yang memicu perang saat ini di Gaza.

Pekan lalu, Israel melonggarkan blokade yang telah diberlakukan selama lebih dari dua bulan terhadap pasokan bantuan yang masuk ke Gaza, yang masih mengalami kekurangan parah pangan dan obat-obatan sekalipun truk-truk bantuan kemanusiaan mulai berdatangan.

Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Tom Fletcher menuturkan bahwa merupakan perkembangan yang baik otoritas Israel telah mengizinkan untuk melanjutkan pengiriman bantuan.

"Namun, itu hanyalah setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan. Lebih banyak bantuan harus diizinkan masuk ke Gaza," tegasnya.

Praktik baru distribusi bantuan yang digagas Amerika Serikat (AS) dan Israel melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF) telah ditentang banyak pihak karena dinilai tidak berlandaskan pada prinsip-prinsip kemanusiaan.

Pengakuan terhadap Negara Palestina

Sementara itu, Macron belakangan ini semakin vokal menyuarakan dukungannya terhadap rakyat Palestina. Pada Jumat, dia mengatakan bahwa negara-negara Eropa harus memperkeras posisi kolektif terhadap Israel jika Israel tidak merespons dengan baik situasi kemanusiaan di Gaza, termasuk dengan tetap membuka kemungkinan pemberlakuan sanksi.

"Jika kita meninggalkan Gaza, jika kita menganggap Israel bebas bertindak tanpa konsekuensi, meskipun kita mengecam serangan teroris maka kita akan menghancurkan kredibilitas kita," kata Macron dalam Shangri-La Dialogue di Singapura.

Dia menyebut pula bahwa pengakuan terhadap Negara Palestina, dengan beberapa syarat, adalah bukan hanya kewajiban moral, tapi juga kebutuhan politik. Dan sinyal semakin kuat Prancis akan segera melakukannya.

Prancis bersama Arab Saudi akan menjadi tuan rumah sebuah konferensi internasional di Markas Besar PBB, New York, bulan depan yang bertujuan menghidupkan kembali ide solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina — sesuatu yang ditentang oleh pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dalam pernyataannya pada Jumat, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan: “Hamas, di pihaknya, sudah memuji pernyataan Macron. Hamas tahu alasannya.”

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan melalui platform X pada Jumat bahwa negaranya mendukung pembentukan Negara Palestina yang tidak dipersenjatai dalam kerangka "arsitektur keamanan regional yang mengikutsertakan Israel."

"Ini adalah demi kepentingan Israel dan keamanannya. Satu-satunya alternatif dari kondisi perang permanen," imbuhnya.

Read Entire Article