Bentrok Bersenjata Thailand-Kamboja: Militer Siapa Lebih Unggul?

18 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan terbaru antara Kamboja dan Thailand meledak menjadi bentrokan bersenjata pada Kamis (24/7/2025), menandai pertempuran paling sengit antara kedua negara Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu dekade.

Selama lebih dari satu abad, Thailand dan Kamboja telah memperebutkan kedaulatan di berbagai titik pada perbatasan darat mereka yang belum sepenuhnya ditandai, yang membentang sepanjang 817 km. Perselisihan ini telah memicu serangkaian bentrokan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan setidaknya menyebabkan belasan korban jiwa, termasuk dalam saling tembak menggunakan artileri selama sepekan pada 2011.

Ketegangan kembali memuncak pada Mei setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden tembak-menembak singkat, yang kemudian berkembang menjadi krisis diplomatik besar hingga akhirnya memicu bentrokan bersenjata.

Berikut adalah gambaran kekuatan pertahanan dan persenjataan kedua negara, berdasarkan data dari International Institute for Strategic Studies yang berbasis di London seperti dikutip dari The Independent:

Anggaran dan Personel Darat

Kamboja memiliki anggaran pertahanan sebesar USD 1,3 miliar pada 2024 dan 124.300 personel militer aktif.

Angkatan bersenjata nasional Kamboja, yang dikenal sebagai Royal Cambodian Armed Forces (RCAF), dibentuk pada tahun 1993. Pembentukannya merupakan hasil dari penggabungan tiga kelompok militer utama, yakni:

  • Cambodian People's Armed Forces (CPAF) yang sebelumnya bernama Kampuchean People's Revolutionary Armed Forces (KPRAF), yaitu militer pemerintahan komunis yang didukung oleh Vietnam;
  • Dua kelompok pasukan perlawanan non-komunis, yaitu KPNLF dan ANS/FUNCINPEC

Dari total tersebut, Angkatan Darat Kamboja merupakan kekuatan terbesar, dengan sekitar 75.000 tentara, didukung lebih dari 200 tank tempur dan sekitar 480 unit artileri.

Thailand, yang oleh Amerika Serikat (AS) diklasifikasikan sebagai sekutu utama non-NATO, memiliki militer besar dengan pendanaan yang kuat. Anggaran pertahanannya mencapai USD 5,73 miliar pada 2024, dengan 360.000 personel angkatan bersenjata aktif.

Angkatan Darat Thailand memiliki total 245.000 personel, termasuk sekitar 115.000 wajib militer, sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan lapis baja pengangkut personel, dan sekitar 2.600 unit senjata artileri.

Selain itu, Angkatan Darat Thailand juga memiliki armada pesawat sendiri, yang terdiri dari pesawat penumpang, helikopter—termasuk puluhan helikopter Black Hawk buatan AS—dan pesawat udara nirawak (drone).

Angkatan Udara

Angkatan Udara Kamboja memiliki 1.500 personel, dengan armada pesawat yang relatif kecil, termasuk 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut.

Kamboja tidak memiliki pesawat tempur, namun memiliki 16 helikopter multiguna, termasuk enam unit Mi-17 era Uni Soviet dan 10 unit Z-9 buatan China.

Thailand memiliki salah satu angkatan udara yang paling lengkap dan terlatih di Asia Tenggara, dengan perkiraan 46.000 personel, 112 pesawat yang mampu digunakan dalam pertempuran, termasuk 28 jet tempur F-16 dan 11 jet tempur Gripen buatan Swedia, serta puluhan helikopter.

Angkatan Laut

Angkatan Laut Kamboja diperkirakan memiliki 2.800 personel, termasuk 1.500 marinir, dengan 13 kapal patroli dan kapal tempur pesisir, serta satu kapal pendarat amfibi. 

Angkatan Laut Thailand jauh lebih besar, dengan hampir 70.000 personel, termasuk unit penerbangan angkatan laut, korps marinir, pertahanan pantai, serta personel wajib militer.

Thailand memiliki satu kapal induk, tujuh fregat, dan 68 kapal patroli serta kapal tempur pesisir.

Armada laut Thailand juga memiliki sejumlah kapal amfibi dan kapal pendarat yang mampu mengangkut ratusan tentara, serta 14 kapal pendarat kecil.

Divisi penerbangan Angkatan Laut Thailand memiliki armada pesawat sendiri, termasuk helikopter dan drone. Di samping itu, Thailand juga memiliki korps marinir yang beranggotakan 23.000 personel, didukung oleh puluhan kendaraan tempur bersenjata.

Read Entire Article