Liputan6.com, Beijing - China tengah menghadapi gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu udara yang melonjak drastis dalam beberapa pekan terakhir tidak hanya menguji ketahanan jutaan warganya, tetapi juga sistem kelistrikan nasional yang mulai menunjukkan tanda-tanda kewalahan.
Pada Rabu (23/7/2025), pihak berwenang memperingatkan potensi gangguan pasokan listrik karena lonjakan konsumsi energi yang sangat tinggi. Rekor baru tercatat pekan lalu, saat permintaan listrik mencapai lebih dari 1,5 miliar kilowatt—angka tertinggi sepanjang sejarah, dan menjadi rekor ketiga berturut-turut pada bulan ini.
"Cuaca panas ekstrem dapat memengaruhi pembangkitan dan distribusi listrik," ujar Chen Hui dari Badan Meteorologi China dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari laman Japan Today, Kamis (24/7).
Ia menjelaskan bahwa panas ekstrem menurunkan efisiensi pembangkit listrik tenaga surya dan memperburuk kondisi pasokan tenaga air, terutama di wilayah yang mengandalkan sumber daya tersebut.
Untuk mengantisipasi krisis energi, pemerintah telah menyiapkan sistem peringatan dini. Penyedia listrik akan segera diinformasikan jika diperlukan langkah-langkah darurat seperti pengurangan konsumsi pada jam sibuk atau distribusi listrik lintas wilayah.
Di tengah tekanan ini, China juga memulai proyek raksasa pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air di wilayah Tibet, yang digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di dunia.
Dengan estimasi biaya lebih dari USD 170 miliar, bendungan ini diperkirakan mampu menghasilkan hingga 300 miliar kilowatt-jam listrik per tahun—angka yang setara dengan total konsumsi listrik Inggris dalam setahun. Namun, proyek ini memicu kekhawatiran dari negara-negara tetangga seperti India dan Bangladesh yang berada di hilir aliran sungai.
Seorang wanita hamil tak dapat menahan amarah ketika berada di sebuah restoran China. Ia begitu terganggu dengan tingkah bayi berusia 11 bulan yang terlalu berisik karena tak henti memukul meja dengan sendok makan. Alhasil, wanita itu menyiram sup pa...
Suhu Capai 35 Derajat Celcius
Sementara itu, suhu terus melonjak. Sejak pertengahan Maret, jumlah hari dengan suhu mencapai atau melebihi 35 derajat Celsius mencatatkan angka tertinggi sepanjang sejarah. Wilayah seperti Henan, Hubei, Shandong, Sichuan, Shaanxi, dan Xinjiang mengalami lonjakan suhu drastis yang mendorong suhu rata-rata nasional mendekati rekor tertinggi.
Dalam dua minggu terakhir, panas ekstrem di atas 40 derajat Celsius telah menyelimuti lebih dari 407.000 kilometer persegi wilayah China—luasnya melampaui daratan Jerman atau Jepang. Salah satu observatorium di Xinjiang bahkan mencatat suhu 48,7 derajat Celsius.
Jia Xiaolong, Wakil Direktur Pusat Iklim Nasional, menyampaikan kekhawatirannya bahwa Agustus bisa menjadi bulan yang sama panasnya, bahkan mungkin lebih ekstrem dari tahun-tahun sebelumnya. Ia juga mengimbau warga lanjut usia untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, dan mendorong pekerja lapangan untuk membatasi kegiatan selama apa yang disebut sebagai “hari-hari sauna”.
Kondisi ini bukan hanya ujian bagi sistem infrastruktur dan energi China, tetapi juga bagi jutaan warganya yang harus bertahan menghadapi panas menyengat di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.