Liputan6.com, Phnom Penh - Kamboja menginginkan gencatan senjata segera dengan Thailand. Demikian disampaikan utusan negara itu untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (25/7/2025).
Sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama antara Thailand dan Kamboja meletus menjadi pertempuran sengit pada Kamis (24/7), melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat. Eskalasi ini mendorong Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menggelar pertemuan darurat guna membahas krisis tersebut pada Jumat.
"Kamboja meminta gencatan senjata segera—tanpa syarat apa pun—dan kami juga menyerukan penyelesaian damai atas sengketa ini," kata Duta Besar Kamboja untuk PBB Chhea Keo setelah pertemuan tertutup DK PBB yang dihadiri oleh Kamboja dan Thailand, seperti dikutip dari CNA.
Suara dentuman artileri terdengar terus-menerus dari sisi perbatasan Kamboja pada Jumat. Di Provinsi Oddar Meanchey, satu warga sipil—seorang pria berusia 70 tahun—dilaporkan tewas dan lima orang lainnya terluka.
Lebih dari 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand, ungkap kementerian kesehatan negara itu, dengan laporan 15 korban jiwa—14 warga sipil dan satu tentara—serta 46 orang terluka, termasuk 15 anggota militer.
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas tembakan pertama. Dalam pertemuan DK PBB, utusan Kamboja mempertanyakan klaim Thailand bahwa negaranya—yang lebih kecil dan secara militer kurang berkembang dibandingkan Thailand—telah memulai konflik.
Thailand di lain sisi menuduh Kamboja menargetkan infrastruktur sipil, termasuk sebuah rumah sakit yang terkena tembakan artileri dan sebuah SPBU yang dihantam setidaknya satu roket.
"(Dewan Keamanan) menyerukan agar kedua pihak menahan diri secara maksimal dan menempuh solusi diplomatik. Itulah juga yang kami serukan," tegas Chhea Keo.
PM Thailand: Masih Bentrokan Belum Perang
Menurut militer Thailand, pertempuran kembali pecah di tiga wilayah pada Jumat sekitar pukul 04.00, ketika pasukan Kamboja menembakkan senjata berat, artileri medan, dan sistem roket BM-21. Pasukan Thailand merespons dengan tembakan balasan yang proporsional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura mengatakan bahwa pertempuran mulai mereda pada Jumat sore, seraya menambahkan bahwa Bangkok terbuka untuk melakukan dialog, kemungkinan dengan bantuan Malaysia.
"Kami siap, jika Kamboja ingin menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomatik, secara bilateral, atau bahkan melalui Malaysia, kami siap melakukan itu. Namun, sejauh ini kami belum mendapat respons apa pun,” kata Nikorndej kepada AFP, yang berbicara sebelum pertemuan PBB digelar.
Malaysia saat ini memegang kursi ketua ASEAN, yang juga mencakup Thailand dan Kamboja sebagai anggotanya.
Sebelumnya pada Jumat, Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai memperingatkan bahwa jika situasi bisa berkembang menjadi perang jika terus memburuk.
"Untuk saat ini, masih terbatas pada bentrokan," ujarnya.