Liputan6.com, Jakarta Nyeri kronis sering menjadi momok yang menghantui. Kehadirannya bisa merampas kualitas hidup dan membuat frustrasi. Jangankan nyeri kronik yang berlangsung dalam waktu 3 bulan atau lebih, mengalami nyeri akut yang tidak lebih dari satu bulan saja sudah bikin menderita,
Berbagai metode pengobatan dicoba, mulai dari obat-obatan hingga terapi fisik, namun seringkali hasilnya kurang memuaskan. "Banyak orang merasa frustasi karena telah mencoba berbagai obat pereda nyeri, terapi fisik, hingga bahkan prosedur medis invasif, tetapi nyeri tetap datang kembali," ujar dr. Rineke Twistixa Arandita, Sp.N, Dokter Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Pulomas.
Banyaknya obat yang diberikan untuk nyeri kronik secara jangka panjang memiliki efek negatif. Penurunan angka kepatuhan minum obat, serta meningkatkan ambang nyeri merupakan dampak yang membuat obat tidak lagi efektif seperti sebelumnya.
Sejumlah terapi non obat dapat dilakukan untuk meredakan nyeri kronik. Salah satu yang bisa dilakukan adalah terapi tDCS.
tDCS Sebagai Alternatif Redakan Nyeri Kronis
tDCS (Transcranial Direct Current Stimulation) merupakan teknik neuromodulasi non-invasif yang menggunakan arus listrik lemah untuk merangsang aktivitas otak. Prosedur ini aman, nyaman, dan tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari solusi alternatif. Terapi ini dilakukan dengan menempatkan elektroda pada kulit kepala, yang kemudian mengalirkan arus listrik ke area otak tertentu.
Arus listrik yang digunakan dalam tDCS sangat rendah, hanya sekitar 1-2 miliampere. Pasien biasanya hanya merasakan sensasi ringan seperti kesemutan atau sensasi hangat. tDCS bekerja dengan memodulasi eksitabilitas neuron, yaitu sel-sel saraf yang mengirimkan sinyal di otak.
"Arus listrik ini dapat menembus hingga 1cm dari tengkorak yang memungkinkan terjadinya stimulasi di area otak yang dituju. Anda tidak akan merasakan sakit paling hanya sedikit geli atau hangat di bagian yang ditempeli elektroda," jelas Rieke.
Bagaimana tDCS Meredakan Nyeri Kronis?
tDCS bekerja dengan memanfaatkan kemampuan otak untuk "mengatur ulang" cara memproses sinyal nyeri. Pada pasien nyeri kronis, terjadi perubahan struktur dan fungsi otak yang menyebabkan penyimpangan dinamika jaringan otak. Kondisi ini, jika berkepanjangan, dapat menurunkan suasana hati, meningkatkan risiko depresi, mengganggu interaksi sosial, hingga menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Stimulasi tDCS biasanya diberikan pada korteks motorik (bagian otak yang mengatur gerakan dan rasa) atau korteks prefrontal (bagian otak yang mengatur emosi dan persepsi terhadap nyeri). Dengan menstimulasi area-area ini, tDCS membantu memodulasi aktivitas saraf dan mengurangi sensitivitas terhadap nyeri.
Efek tDCS tidak hanya terbatas pada pengurangan rasa sakit. Terapi ini juga dapat memperbaiki suasana hati dan membantu pasien tidur lebih nyenyak, dua aspek yang sering terganggu akibat nyeri kronis. Dengan demikian, tDCS memberikan pendekatan holistik dalam penanganan nyeri kronis.
Siapa Saja yang Cocok Menjalani Terapi tDCS?
tDCS dapat menjadi pilihan yang tepat bagi pasien yang mengalami berbagai jenis nyeri kronis, seperti:
- Nyeri akibat stroke (misalnya kesemutan, panas, atau rasa seperti terbakar di tubuh bagian tertentu).
- Nyeri saraf seperti akibat diabetes (neuropati diabetik).
- Nyeri otot dan sendi yang menetap (punggung, leher, atau bahu).
- Migrain berulang.
- Fibromyalgia, yaitu nyeri di seluruh tubuh yang sering disertai lelah dan gangguan tidur.
Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf untuk menentukan apakah tDCS merupakan pilihan yang tepat. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh dan mempertimbangkan riwayat kesehatan pasien sebelum merekomendasikan terapi ini.
"Penting untuk dipahami bahwa tDCS bukan merupakan terapi utama yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari pendekatan multimodal dalam menangani nyeri kronis," tambah Rineke. Terapi ini berfungsi untuk mengubah persepsi nyeri di otak, sehingga dapat membantu menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Namun, penyebab utama dari nyeri tetap harus ditangani secara spesifik dan menyeluruh.
Keunggulan dan Efek Samping tDCS Dibandingkan Metode Lain
tDCS menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan metode pengobatan nyeri kronis lainnya. Salah satunya adalah sifatnya yang non-invasif, sehingga tidak memerlukan pembedahan atau tindakan invasif lainnya. Selain itu, tDCS umumnya aman dan memiliki efek samping yang minimal.
Keunggulan lainnya adalah waktu terapi yang singkat, hanya sekitar 20-30 menit per sesi. Pasien dapat menjalani terapi sambil duduk santai, tanpa perlu rawat inap. tDCS juga dapat membantu menurunkan kebutuhan akan obat penghilang nyeri, yang seringkali memiliki efek samping yang tidak diinginkan.
Pasien biasanya dianjurkan menjalani tDCS beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu, tergantung dari kondisi dan respons tubuh terhadap terapi.
Meskipun jarang terjadi, beberapa efek samping lain yang mungkin timbul meliputi sakit kepala ringan, mual, atau kesulitan berkonsentrasi. Efek samping ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat. Penting untuk menginformasikan kepada dokter jika Anda mengalami efek samping yang mengganggu selama menjalani terapi tDCS.
tDCS bukan merupakan pilihan yang tepat bagi semua orang. Terapi ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, orang dengan riwayat kejang, atau orang yang memiliki implan logam di kepala.