Rayakan Hari Disabilitas Internasional 2025, Pemkot Cimahi Siapkan Konser Kesetaraan Inklusif

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) jatuh pada 3 Desember 2025. Jelang HDI tahun ini, beberapa pihak sudah mulai melakukan persiapan.

Salah satunya Wakil Walikota Cimahi, Adhitia Yudisthira yang baru-baru ini melakukan audiensi bersama Menteri Sosial, Saifullah Yusuf untuk membicarakan terkait perayaan HDI di Cimahi. Ia menyebut perayaan ini sebagai wadah bagi warga Cimahi yang memiliki latar belakang kultur beragam dan inklusif.

"Menyambut kegiatan HDI, kami bangun wadah kolaborasi di Cimahi, isinya gabungan berbagai potensi di Cimahi," kata Adhitia di kantor Kementerian Sosial, Jumat (21/11/2025).

Ia mengatakan ingin ada konser kesetaraan pertama yang bersifat inklusif. Sehingga, para penyandang disabilitas juga dapat menikmati acara tersebut. Ia menyebutkan contoh bahwa pernah ada teater Tuli di Cimahi.

"Anak-anak Sekolah Rakyat akan tampil di kegiatan HDI, main teater. Ini hasil kolaborasi semua non APBD," katanya.

Merespons hal ini, Mensos Gus Ipul mengapresiasi kegiatan yang memberikan penyadaran pada publik betapa pentingnya layanan inklusif. Menurutnya, kegiatan ini juga bagian dari kampanye layanan inklusi.

"Penyandang disabilitas pun bisa berprestasi," katanya.

Ia menuturkan, pihaknya sudah membuat langkah untuk melakukan konsolidasi data. Konsolidasi data tersebut juga mencakup jumlah beragam jenis penyandang disabilitas mulai dari berat, sedang, dan ringan.

"Dari data itu berapa yang perlu perlindungan sosial dan rehabilitasi sosial. Itu cara kerjanya," katanya.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Dinas Sosial Kota Cimahi Totong Solehudin, Kepala Sentra Abiyoso Cimahi Feri Afrianto, Ketua HIPMI Kota Cimahi Aria Putra Perdana, dan Wakil Ketua Hepi+ Raden Raka Abdul Kamal Syafaat.

Persiapan perayaan HDI 2025 tak hanya terlihat di Cimahi. Di Jakarta, HDI akan dimeriahkan dengan teater musikal yang menggabungkan aktor Tuli dan aktor dengar.

Founder Fantasi Tuli, Hasna Mufidah, belakangan sibuk mempersiapkan pertunjukkan Jemari yang akan dihelat pada 3 hingga 7 Desember 2025.

“Ini tuh pertama kali kolaborasi teman Tuli dengan aktor dengar dalam pementasan tunggal. Ini memiliki cerita yang lebih panjang, jadi latihannya pun lebih lama,” ungkap perempuan yang akrab disapa Mufi menggunakan bahasa isyarat saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Mufi berharap, melalui teater musikal ini para penonton dapat mengambil makna penting yaitu tentang kesetaraan dan inklusi. Dia menambahkan, dalam teater yang segera dipentaskan di Salihara ini, bahasa isyarat tidak akan di-verbal-kan.

“Juru Bahasa Isyarat tidak akan memverbalkan di sini, tujuannya, biar penonton merasakan dunia Tuli tuh seperti apa,” imbuh Mufi.

Dalam kesempatan yang sama, Produser Jemari Pascal Meliala menyampaikan bahwa semangat dari pementasan ini adalah ingin menunjukkan bahwa jika ada niat dan dukungan yang tepat, maka siapapun bisa mencapai tujuan atau yang dicita-citakan.

“Tujuan dari Jemari ini adalah menunjukkan bahwa kalau kita mau, kita punya niat, dan didukung dengan lingkungan yang tepat, maka kita bisa,” kata Pascal.

Jemari adalah teater musikal Tuli pertama di Indonesia yang tayang perdana di Salihara Jakarta pada 3-7 Desember 2025.

Dipersembahkan dalam rangka Hari Disabilitas Internasional, teater ini merupakan kolaborasi produksi antara Fantasi Tuli dan Cerita Beda Hak Sama (CBHS).

Produksi ini dinilai menjadi langkah penting dalam menampilkan kemampuan, cerita, serta ekspresi artistik komunitas Tuli di panggung nasional. Melalui karya ini, Fantasi Tuli bertujuan memperluas kesadaran publik dan menunjukkan bahwa seniman Tuli memiliki tempat penting di dalam ekosistem seni pertunjukan Indonesia.

"Jemari menawarkan pengalaman teater musikal yang menggabungkan bahasa isyarat musik, gerak, dan teater, menghadirkan pertunjukan yang dapat dinikmati oleh penonton Tuli maupun dengar. Karya ini menandai komitmen Fantasi Tuli untuk menghadirkan bentuk pertunjukan yang inklusif dan memperkaya keberagaman artistik,” kata Pascal.

Dengan Jemari, teman Tuli menyampaikan bahwa nilai inklusif bukan sekadar konsep, melainkan pengalaman nyata yang dapat dirayakan dan dibagikan.

Produksi ini juga diharapkan menghidupkan kesadaran baru bahwa perbedaan dapat menciptakan harmoni dan setiap tangan membawa cerita yang layak untuk dibagikan.

Fantasi Tuli adalah komunitas musik dan teater Tuli pertama di Indonesia, mempertemukan seniman Tuli dan dengar dalam satu panggung kolaboratif. Melalui karya-karya yang memadukan bahasa isyarat, musik, tari, dan teater, Fantasi Tuli membuka ruang baru bagi ekspresi artistik serta apresiasi lintas budaya Tuli-dengar.

Dengan Jemari, Fantasi Tuli mencetak sejarah sebagai komunitas Tuli pertama di Indonesia yang menampilkan produksi musikal berskala penuh secara mandiri. Sebuah tonggak penting dalam membangun ekosistem seni yang inklusif dan memberikan ruang bagi bakat Tuli untuk bersinar.