Perjuangan Ika Rizki, Gadis Pekalongan yang Jadi Wisudawan Tuli Pertama di Kampusnya

6 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta Tuli bukan penghalang bagi Ika Rizki Damayanti untuk menjemput gelar sarjana di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP), Jawa Tengah. 

Bulan lalu, tepatnya pada Selasa, 21 Oktober 2025 ia resmi menjadi wisudawan Tuli pertama yang lulus dari UMPP.

Bahkan dalam wisuda itu, ia diberi kesempatan menyampaikan pidato kelulusan dalam bahasa isyarat. Didampingi juru bahasa isyarat (JBI), Ika dengan bangga berbagi kisah pahit manis menjalani dunia perkuliahan dari awal masuk sampai akhirnya bisa wisuda.

Ika adalah wisudawati Program Studi Diploma 3 Manajemen Informatika. Kini menjadi sosok inspiratif yang buktikan bahwa disabilitas bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita.

“Perkenalkan saya Ika. Saya Tuli sejak usia 1 tahun. Alhamdulillah hari ini saya bisa lulus D3 Manajemen Informatika UMPP,” ungkapnya dalam pidato berbahasa isyarat seperti dilansir laman Muhammadiyah.

Tuli dan dengar itu sebetulnya sama, lanjut Ika. Hanya beda pilihan bahasa. Sama seperti orang Indonesia, orang Inggris, atau orang Arab yang beda pilihan bahasanya.

Lulusan vokasi itu merasa terharu bisa menjadi wisudawan Tuli pertama di UMPP. Juga kesempatan untuk memberi sambutan dengan bahasa isyarat yang disertai akses juru bahasa.

“Sebelum saya lulus, saya bisa melihat langsung UMPP berusaha menjadi kampus yang inklusif, ramah untuk difabel,” sambungnya.

Perjuangan Sekolah Sejak SD

Ika terlahir sebagai anak non disabilitas dan bisa mendengar seperti anak lainnya. Namun, di usia satu tahun dirinya divonis Tuli setelah mengalami demam tinggi.

Memasuki usia sekolah, ia mengenyam pendidikan dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) di sekolah umum. Sayangnya, di kedua jenjang tersebut tak ada juru bahasa isyarat. Sehingga, ia harus berkomunikasi dengan gestur, gerak bibir, dan melalui tulisan.

Sejak saat itu, banyak pengalaman buruk yang menimpa Ika, seperti dianggap bodoh dan tidak bisa bertingkah seperti anak pada umumnya. Tapi itu tidak membuatnya berhenti belajar.

Mulai Masuk SLB

Memasuki masa SMA, Ika mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa (SLB). Di sana, Ia baru mulai belajar bahasa isyarat dan mulai diterima.

“Saya tidak merasa sendiri lagi karena banyak teman-teman Tulinya. Kami perjuangannya sama, pengalamannya sama, harapannya sama. Kami ingin masyarakat tuh lebih inklusif untuk kami,” ungkapnya senang.

Sebelum ia lulus SMA, pada 2020, Ika bersama teman-temannya membentuk komunitas Tuli Muda. Komunitas yang berisikan anak muda penyandang Tuli di Pekalongan Raya.

“Dan lima tahun ini kami aktif membuka dan mengajar di kelas bahasa isyarat untuk masyarakat umum,” imbuhnya.

Jadi Juru Bahasa Isyarat di Program TV

Selain itu, Ika juga sudah tiga tahun menjadi juru bahasa isyarat dalam program berita di stasiun televisi lokal, Batik TV.

Untuk semua dukungan yang diperolehnya itu, Ika menyampaikan terima kasih kepada orangtua dan seluruh civitas akademika UMPP yang telah membimbingnya hingga lulus.

Sekarang, UMPP sudah punya target untuk jadi kampus yang inklusif. Ika berharap UMPP dapat benar-benar menjadi kampus yang ramah difabel,

“Saya cinta UMPP,” pungkasnya.

Read Entire Article