Banjir Bandang Sumatera: Menag Nasaruddin Tegaskan Merusak Alam Itu Dosa

10 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menegaskan pentingnya perspektif ekoteologi sebagai landasan moral dalam mencegah bencana alam, seperti banjir bandang Sumatera, di masa mendatang. Di tengah bencana banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Menag mengingatkan bahwa isu lingkungan bukan hanya persoalan teknis, tapi juga persoalan moral dan spiritual.

"Bahasa agama sangat efektif untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya bersahabat dengan lingkungan. Merusak alam adalah dosa, dan memperbaiki alam adalah amal pahala," ujar Nasaruddin Umar dikutip dari Antara pada Selasa, 2 Desember 2025.

Dia menekankan bahwa ekoteologi menjadi isu mendesak untuk dikedepankan. Kerusakan alam akibat perilaku manusia, kata Menag, kini menjadi tantangan besar yang tak bisa lagi diabaikan. Oleh sebab itu, Menag mengajak media untuk terus mengabarkan pesan moral yang dapat menggerakkan masyarakat.

"Kerja sama antara Kemenag dan media sangat penting untuk membentuk ruang publik yang sehat dan penuh empati, serta membahasakan ekoteologi ke dalam bahasa agama dan jurnalistik," ujarnya.

Menag Gandeng Swasta Salurkan Bantuan Penyintas Banjir Bandang Sumatera

Selain mengingatkan pentingnya kesadaran ekologis, Kementerian Agama juga bergerak cepat merespons bencana.

Menag menyampaikan bahwa pihaknya berhasil menghimpun dana sekitar Rp155 miliar bersama Baznas, Poroz, FOZ, dan berbagai mitra lainnya dalam waktu singkat. Dana tersebut akan disalurkan untuk kebutuhan mendesak para penyintas banjir bandang.

"Kami sangat prihatin dengan musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatra. Dana ini akan digunakan untuk kebutuhan mendesak para penyintas," kata Menag.

Dia, menambahkan bahwa bantuan tidak hanya fokus pada pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan psikologis masyarakat.

"Kita ingin tidak hanya memulihkan materi, tetapi juga semangat dan masa depan para korban," ujarnya.

Mengandalkan KUA sebagai Respons Cepat

Dalam proses respons cepat, Kemenag mengandalkan kekuatan data lapangan dari jajarannya hingga tingkat Kantor Urusan Agama (KUA). Menurut Menag, informasi dari KUA dapat diterima secara cepat dan akurat.

"Satu keuntungan kita, laporan dari KUA itu detik itu juga sampai ke pusat. Data yang masuk InsyaAllah valid," katanya.

Saat ini, Kemenag juga memetakan kerusakan madrasah dan lembaga pendidikan keagamaan yang terdampak banjir. Kebijakan khusus akan diterapkan sesuai tingkat kerusakan agar beban masyarakat tidak semakin berat.

"Yang sangat parah akan mendapat perlakuan khusus. Sudah tertimpa musibah, jangan ditambah masalah baru,” pungkas Menag

Read Entire Article