Laporan Liputan6.com dari Hanoi: Kisah Lukisan Pria dan Kuda Jadi Harta Karun Vietnam

6 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta Di tengah sorotan modernitas Vietnam yang melaju cepat, tersimpan sebuah harta karun seni yang menenangkan: lukisan Uncle Ho in Viet Bac Resistance Base karya Duong Bich Lien.

Dalam kesunyian ruang pamer Museum Seni Rupa Vietnam, karya ini berdiri sebagai pengingat bahwa setiap bangsa yang berlari menuju masa depan tetap membutuhkan cermin dari masa lalunya.

Liputan6.com berkesempatan menyaksikan langsung lukisan harta karun nasional itu di Museum Seni Rupa Vietnam di Hanoi, Selasa (4/11/2025) lalu. Kepada Liputan6.com, Nguyen Anh Minh, Direktur Museum Seni Rupa Vietnam, mengatakan bahwa lukisan koleksi museum dibuat dengan beragam material seperti cat minyak, pernis (lak), sutra, kertas, maupun kayu. 

Lukisan Uncle Ho in Viet Bac Resistance Base lahir dari sketsa yang dibuat pada 1952, ketika Duong Bich Lien hidup di zona perlawanan Viet Bac—sebuah kawasan pegunungan di utara Vietnam yang menjadi markas perjuangan melawan kolonial Prancis. 

Ketika itu Duong Bich Lien ditugaskan untuk pergi ke daerah perlawanan guna tinggal di dekat Presiden Ho Chi Minh dan melukis sang pemimpin kharismatik. Selama hampir satu bulan hidup dan bekerja bersama Paman Ho, ia menghasilkan banyak sketsa tentang kehidupan dan pekerjaan sang pemimpin.

Berkat kedekatan langsung dengan Paman Ho, Duong Bich Lien mampu menciptakan sebuah karya seni agung yang sarat emosi dan penuh cinta terhadap sang pendiri Vietnam. Karyanya menjadi contoh realisme romantik yang kaya, mengekspresikan keindahan manusia dan alam Vietnam dengan gaya puitis yang halus.

Selama perjalanan bersama Paman Ho, Duong Bich Lien menatap dunia melalui kesederhanaan: hutan yang lembab, kabut di antara pepohonan, dan suara sungai yang tak berhenti mengalir. Dalam suasana perang, ia justru menemukan ketenangan, dan senyap itulah yang kemudian menjelma menjadi karya abadi.

Uncle Ho in Viet Bac Resistance Base menampilkan founding father Vietnam bersama kudanya yang bersiap menyeberangi sungai. Keduanya menyatu dalam satu blok warna di sisi kanan kanvas—bukan dua entitas terpisah, melainkan satu kesatuan gerak. Tidak ada ekspresi wajah yang tegas, tidak pula gestur heroik yang menggelegar. Hanya tubuh yang condong, kuda yang menunduk, dan kesunyian alam di sekelilingnya. Kesederhanaan itu menjadikan lukisan ini lebih manusiawi daripada simbolik; Ho Chi Minh digambarkan bukan sebagai tokoh sejarah, melainkan manusia yang berpikir di tengah perjalanan.

Teknik cat lak (lacquer painting) atau pernis yang digunakan Lien menjadi bagian penting dari pesona karya ini. Tradisi melapisi kayu dengan resin alami telah menjadi kekhasan seni Vietnam selama berabad-abad. Setiap lapisan memerlukan waktu untuk mengering dan dipoles, menghasilkan warna yang tidak hanya menempel di permukaan, tetapi bersinar dari dalam. 

Warna kuning hangat di bagian bawah menggambarkan arus sungai di musim banjir; warna hijau dan biru lembut di bagian atas menghadirkan kabut, langit, dan keheningan pegunungan Viet Bac. Dalam dua warna besar itu, Lien menanamkan kontras yang indah antara keteguhan dan ketenangan—antara perjuangan dan harapan. 

Karya ini tidak berbicara dengan suara keras, namun dengan bisikan yang dalam. Ia mengandung semangat yang sama dengan rakyat yang bertahan di hutan, berjuang tanpa pamrih, dan menjaga mimpi kemerdekaan di tengah keterbatasan. Keindahan dalam lukisan ini justru muncul dari pengendalian, bukan luapan. Dari kesunyian, bukan sorak kemenangan.

Puluhan tahun kemudian, karya tersebut memperoleh pengakuan nasional, pada 2017 ditetapkan sebagai Harta Karun Nasional oleh Perdana Menteri Republik Sosialis Vietnam. Penghargaan itu datang terlambat, namun mungkin waktu memang diperlukan agar mata bangsa dapat melihat kedalaman yang sebelumnya tersembunyi. 

Kini, ketika Vietnam menatap masa depan dengan mobil listrik, pabrik pintar, dan visi industri global, karya Duong Bich Lien terasa semakin relevan. Lukisan itu adalah refleksi tentang keberanian untuk menyeberang dari satu masa ke masa berikutnya tanpa kehilangan jati diri. Apa yang dulu dilakukan Ho Chi Minh di tepi sungai Viet Bac kini dilakukan generasi muda Vietnam di pabrik-pabrik modern: sama-sama menatap arus besar sejarah, dengan keyakinan bahwa di seberang ada masa depan yang harus dijangkau. 

Cat lak dan logam mungkin tampak berbeda, tetapi keduanya lahir dari semangat yang sama: ketekunan, kesabaran, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang bertahan lama.

Uncle Ho in Viet Bac Resistance Base bukan sekadar lukisan, melainkan napas panjang bangsa yang belajar menggabungkan keberanian dengan kelembutan. Lukisan itu menyeberangi waktu, sebagaimana Vietnam menyeberangi abad.

Read Entire Article