1 Desember Memperingati Hari AIDS Sedunia, WHO Soroti Kesenjangan dan Kelompok Paling Rentan

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 1 Desember, dunia memperingati Hari AIDS Sedunia sebagai momentum untuk kembali menyoroti realitas penanganan HIV yang masih jauh dari selesai. Tahun 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusung tema 'Overcoming Disruption, Transforming the AIDS Response'. Sebuah seruan global agar negara dan pemimpin dunia memperkuat komitmen politik, kerja sama internasional, dan pendekatan berbasis hak asasi manusia dalam merespons HIV.

Menurut laporan WHO, HIV masih menjadi masalah kesehatan besar yang menelan korban hingga 44,1 juta jiwa secara global. Pada tahun lalu saja, tercatat 40,8 juta orang hidup dengan HIV, 630 ribu meninggal, dan 1,3 juta orang terinfeksi baru. Meski belum ada obat yang benar-benar menghilangkan HIV, akses pencegahan, diagnosis dini, dan terapi antiretroviral terbukti mampu membuat orang dengan HIV hidup sehat dan panjang umur.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir respons terhadap HIV mengalami tantangan. WHO menyebut adanya gangguan pada layanan kesehatan, mulai dari layanan gawat darurat hingga perawatan rutin, yang membuat banyak komunitas semakin rentan.

Prioritas Baru untuk Respons HIV

WHO menekankan bahwa penanganan HIV harus menyesuaikan dengan situasi baru. Organisasi ini menyerukan beberapa langkah utama, seperti menyederhanakan akses pencegahan, pengujian, dan pengobatan HIV, memperkuat pengelolaan resistensi obat, serta mengintegrasikan layanan HIV dengan sistem kesehatan primer. Pendekatan ini diyakini dapat menjangkau lebih banyak orang dan menjaga sistem kesehatan tetap tangguh.

Dalam keterangannya, WHO menegaskan bahwa integrasi layanan adalah langkah penting untuk memastikan semua orang, terutama mereka yang tinggal di daerah sulit akses, tetap mendapatkan layanan kesehatan yang layak. "Jika negara mampu melakukan integrasi dan simplifikasi layanan, maka respons HIV dapat berjalan lebih merata dan berkelanjutan," tulis WHO.

Fokus Menghapus Ketidakadilan

Salah satu sorotan terbesar WHO adalah ketimpangan yang masih menjadi akar dari penularan HIV. Anak-anak, remaja, dan perempuan dewasa terutama di Afrika merupakan kelompok yang paling terpinggirkan.

Sementara populasi kunci yang paling rentan tertular HIV antara lain laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, pengguna narkoba suntik, pekerja seks, dan narapidana.

WHO menekankan bahwa melindungi hak asasi manusia dan memastikan akses kesehatan yang setara adalah kunci untuk menghentikan infeksi baru.

Ketika layanan kesehatan tidak merata, kelompok-kelompok ini semakin terpinggirkan dan risiko infeksi meningkat.

"Mengakhiri AIDS berarti mengatasi akar ketidakadilan yang terus menciptakan kerentanan,"

Inovasi Sebagai Harapan Baru

Tahun ini, WHO menyoroti peran inovasi dalam penanganan HIV. Kemajuan seperti lenacapavir, suntikan pencegahan HIV yang bekerja selama enam bulan, menjadi bukti bahwa perkembangan teknologi kesehatan terus membuka harapan baru. Meskipun demikian, inovasi hanya efektif jika negara mampu menyediakan akses secara merata.

WHO juga menekankan peran komunitas sebagai 'mesin penggerak' dari respons HIV global. Orang-orang dengan HIV dan kelompok populasi kunci dianggap memiliki wawasan dan pengalaman yang sangat penting dalam membentuk kebijakan dan strategi yang efektif.

Tanpa pelibatan mereka, upaya mengakhiri AIDS akan berjalan timpang. "Kepercayaan, kesetaraan, dan tujuan bersama adalah dasar dari kolaborasi yang berhasil antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah," tulis WHO dalam pernyataannya.

Read Entire Article