Putin Tegaskan Perdamaian Mensyaratkan Ukraina Melepas Wilayah

2 days ago 9

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa garis besar rancangan rencana perdamaian yang dibahas oleh Amerika Serikat (AS) dan Ukraina bisa menjadi dasar bagi negosiasi di masa depan untuk mengakhiri perang – tetapi ia menegaskan bahwa Ukraina harus menyerahkan wilayah agar kesepakatan apa pun bisa terwujud.

"Secara umum, kami sepakat bahwa ini bisa menjadi dasar bagi perjanjian ke depan,” kata Putin seperti dikutip dari The Guardian, sambil menyebutkan bahwa versi rencana yang dibahas Washington dan Kyiv di Jenewa telah diberikan kepada Moskow.

"Kami melihat bahwa AS mengakomodasi beberapa masukan kami. Namun untuk poin-poin lainnya, jelas masih perlu dibahas bersama."

Komentar Putin yang keras—termasuk ketika ia kembali meragukan keabsahan Volodymyr Zelenskyy sebagai presiden—menunjukkan bahwa, meskipun Gedung Putih terdengar optimistis, belum terlihat adanya kemajuan pada isu-isu utama yang dibutuhkan untuk mengakhiri perang. 

Berbicara kepada wartawan saat kunjungan kerja ke Kirgizstan, Putin mengatakan Rusia hanya akan menghentikan serangan jika pasukan Ukraina mundur dari wilayah-wilayah tertentu yang saat ini masih berada di bawah kendali Kyiv.

"Jika pasukan Ukraina meninggalkan wilayah yang mereka kuasai maka kami akan berhenti bertempur," ujarnya. "Jika tidak, kami akan mencapai tujuan kami melalui cara militer."

Ia menggarisbawahi bahwa kepemimpinan Ukraina yang tidak sah telah membuat mustahil secara hukum untuk menandatangani perjanjian yang mengikat. Menurutnya, setiap penyelesaian di masa depan akan memerlukan pengakuan internasional yang lebih luas.

Analis: Putin Lebih Percaya Diri

Putin mengonfirmasi bahwa utusan khusus AS, Steve Witkoff, akan berkunjung ke Rusia awal pekan depan. Ia membantah tuduhan bahwa Witkoff bersikap memihak Moskow dalam pembahasan perdamaian dan menyebut tuduhan itu sebagai omong kosong.

Witkoff, rekan bisnis lama Donald Trump dan seorang pengembang properti, mendapat kritik di Eropa dan AS setelah rekaman telepon yang bocor menunjukkan ia memberi saran kepada seorang pejabat senior Kremlin tentang bagaimana Putin seharusnya menangani negosiasi dengan Trump.

Adapun taktik negosiasi terbaru Rusia dinilai mencerminkan pola yang ditunjukkan Kremlin sejak Trump kembali terpilih: mereka memberi sinyal bahwa mereka terbuka untuk membahas kemungkinan kesepakatan damai, namun tidak menunjukkan keinginan untuk mengubah tuntutan maksimalis mereka—tuntutan yang oleh Kyiv dianggap tidak dapat diterima dan setara dengan menyerah.

Tatiana Stanovaya, analis politik independen asal Rusia, menulis di X, "Saya tidak melihat alasan apapun saat ini yang dapat membuat Putin meninjau kembali tujuannya atau meninggalkan tuntutan utamanya."

"Putin merasa lebih percaya diri dari sebelumnya mengenai situasi di medan perang dan yakin bahwa ia hanya perlu menunggu hingga Kyiv akhirnya menerima bahwa mereka tidak bisa menang dan harus bernegosiasi berdasarkan syarat-syarat Rusia yang sudah diketahui," tambahnya.

Beberapa syarat tersebut tercantum dalam rancangan awal berisi 28 poin yang disusun oleh pejabat AS dan Rusia dan bocor minggu lalu.

Rancangan itu meminta Ukraina secara sukarela melepaskan wilayah yang gagal direbut Moskow melalui perang. Kyiv juga diharapkan menyetujui pengurangan atau penghentian bantuan militer AS, sementara pengerahan pasukan Barat di masa depan ke Ukraina akan secara eksplisit dilarang.

Kepala staf Zelenskyy, Andriy Yermak, menegaskan bahwa presiden Ukraina tidak akan menyetujui pemberian wilayah kepada Rusia sebagai imbalan perdamaian.

Dalam wawancara dengan majalah The Atlantic, ia mengatakan, "Selama Zelenskyy menjadi presiden, jangan ada yang berharap kami menyerahkan wilayah. Ia tidak akan menandatangani penyerahan wilayah."

Read Entire Article