Korban Tewas Akibat Banjir dan Tanah Longsor di Vietnam Jadi 90 Orang

1 day ago 8

Liputan6.com, Hanoi - Banjir parah dan tanah longsor di Vietnam telah menewaskan sedikitnya 90 orang dalam sepekan terakhir. Demikian disampaikan pihak berwenang pada Minggu (23/11/2025).

Hujan tanpa henti telah mengguyur Vietnam bagian selatan-tengah sejak akhir Oktober, di mana destinasi wisata populer dihantam beberapa kali banjir. 

Seluruh bagian kota pesisir Nha Trang terendam pekan lalu, sementara tanah longsor mematikan melanda jalur-jalur pegunungan di sekitar pusat wisata Da Lat.

Di provinsi pegunungan Dak Lak yang terdampak paling parah, seorang petani berusia 61 tahun, Mach Van Si, mengatakan bahwa banjir membuat ia dan istrinya terjebak di atap rumah selama dua malam.

"Daerah tempat tinggal kami hancur total. Tidak ada yang tersisa. Semuanya tertutup lumpur," katanya kepada AFP pada Minggu.

Saat mereka menaiki tangga menuju atap, Si mengatakan ia sudah tidak merasa takut.

"Saya hanya berpikir kami akan mati karena tidak ada jalan keluar," ujarnya.

Cuaca Ekstrem Didorong Perubahan Iklim

Lebih dari 80.000 hektare tanaman padi dan berbagai tanaman lain di Dak Lak dan empat provinsi lainnya rusak selama pekan lalu, dengan lebih dari 3,2 juta ternak atau unggas mati atau tersapu banjir.

Menurut Tuoi Tre News, pihak berwenang menggunakan helikopter untuk menjatuhkan bantuan kepada komunitas yang terputus aksesnya akibat banjir dan tanah longsor, sementara pemerintah mengerahkan puluhan ribu personel untuk menyalurkan pakaian, tablet pemurni air, mi instan, dan pasokan lainnya ke daerah terdampak.

Beberapa lokasi di jalan raya nasional masih tertutup pada Minggu karena banjir atau tanah longsor, menurut kementerian lingkungan, dan sejumlah jalur kereta api masih ditangguhkan.

Kementerian tersebut memperkirakan kerugian ekonomi sebesar USD 343 juta di lima provinsi akibat banjir.

Kantor statistik nasional melaporkan bahwa selama Januari hingga Oktober, bencana alam di Vietnam telah menewaskan atau membuat hilang 279 orang dan menyebabkan kerugian lebih dari USD 2 miliar. 

Negara Asia Tenggara ini rentan terhadap hujan lebat antara Juni dan September, tetapi para ilmuwan telah mengidentifikasi pola perubahan iklim yang dipicu manusia membuat cuaca ekstrem semakin sering dan lebih merusak.

Read Entire Article