Putin: Jika Eropa Ingin Memulai Perang, Rusia Siap Sekarang Juga

21 hours ago 5

Liputan6.com, Moskow - Rusia tidak berencana berperang dengan negara-negara Eropa, tetapi jika Eropa memulai perang, Rusia siap sekarang juga. Hal tersebut ditegaskan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (2/12/2025).

Berbicara di sebuah forum investasi di Moskow, Putin menyalahkan pihak Eropa karena tidak memiliki agenda damai dan mengatakan Eropa berpihak pada perang, merujuk pada dukungan Barat terhadap Ukraina.

"Jika Eropa memutuskan untuk memulai perang dengan Rusia, situasinya bisa berkembang begitu cepat sehingga Rusia tidak akan menemukan satu pun pemimpin Eropa yang masih bisa diajak bernegosiasi," kata Putin seperti dikutip dari Euronews.

Putin menggarisbawahi bahwa tuntutan Eropa untuk menghentikan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina tidak dapat diterima. Ia kemudian menegaskan kembali posisi pihaknya, yakni Rusia hanya akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan tidak akan mengizinkan para pemimpin Eropa duduk di meja perundingan. Putin mengklaim bahwa para pemimpin Eropa justru menghambat pemerintah Presiden Donald Trump dalam upaya mencapai perjanjian damai melalui pembicaraan.

Selain itu, Rusia juga menolak bernegosiasi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Penilaian Intelijen Jerman

Pejabat Jerman baru-baru ini memperingatkan bahwa mereka memperkirakan Rusia siap menyerang NATO pada tahun 2029.

Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul menyatakan bahwa penilaian intelijen baru menunjukkan Moskow sedang mempersiapkan opsi untuk melakukan serangan terhadap Uni Eropa dan NATO di masa depan.

"Dinas intelijen kami mengeluarkan peringatan mendesak: setidaknya, Rusia sedang menciptakan opsi untuk melancarkan perang melawan NATO pada tahun 2029," demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Jerman.

"Kita harus mencegah agresi Rusia lebih lanjut, bersama para mitra dan sekutu kita."

Negara-negara Eropa dilaporkan telah mencatat lonjakan berbagai aktivitas yang diduga terkait dengan Rusia, termasuk serangan siber, upaya sabotase, dan bahkan serbuan drone ke wilayah udara NATO.

Komisioner Pertahanan Eropa Andrius Kubilius mengatakan kepada Euronews pada Selasa bahwa provokasi-provokasi yang diduga dilakukan Rusia — termasuk serbuan drone — tengah mengubah doktrin peperangan.

"Apa yang telah kita lihat dari sudut pandang teknis adalah bahwa kita tidak memiliki kemampuan deteksi yang memadai, dan kita tidak memiliki cara yang hemat biaya untuk menghancurkan drone," tutur Kubilius.

Kubilius mengakui bahwa respons Uni Eropa terhadap kondisi ini masih belum memadai.

"Hal ini menunjukkan bahwa cara kita mempersiapkan diri, serta bagaimana kita menyesuaikan pemahaman kita tentang doktrin peperangan modern, sekali lagi belum berada pada tingkat yang diperlukan," imbuhnya.

Read Entire Article