Liputan6.com, Washington, DC - Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Mike Johnson menyerukan agar Kementerian Kehakiman AS mempublikasikan dokumen-dokumen terkait Jeffrey Epstein, seorang ahli keuangan yang merupakan terdakwa konspirasi dan perdagangan seksual pada anak. Seruan ini menjadi momen langka terjadinya friksi antara Johnson dan Donald Trump, sosok yang selama ini menjadi sekutu dekatnya di Capitol Hill.
Seruan ini juga muncul di tengah kemarahan yang meningkat dari basis pendukung konservatif Trump, yang mengharapkan agar seluruh informasi terkait Epstein dibuka ke publik.
Epstein meninggal pada 2019 saat berada dalam tahanan federal.
Pekan lalu, di tengah banyaknya teori konspirasi beredar, Kementerian Kehakiman AS menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan Epstein memiliki daftar pria berpengaruh yang ikut terlibat dalam dunia gelap perdagangan seks dan pedofilia yang dilakoninya. Kematiannya pun diakui sebagai murni bunuh diri.
Sejak pengumuman itu, sejumlah sekutu konservatif Trump mengkritik dirinya dan Jaksa Agung Pam Bondi atas apa yang mereka anggap sebagai penanganan kasus yang tidak transparan. Padahal, Trump pernah menjadikan janji untuk mengungkap kasus Epstein sebagai bagian dari kampanyenya.
"Ini memang topik yang sangat sensitif, namun kita harus buka semuanya ke publik dan biarkan rakyat yang menilainya," kata Johnson dalam wawancara bersama Benny Johnson, seorang podcaster sayap kanan, yang dirilis pada Selasa (15/7), seperti dilansir The Guardian.
"Saya sepakat dengan semangat bahwa kita harus membuka semuanya ke publik."
Merujuk pada pernyataan Bondi di Fox News awal tahun ini, di mana dia mengatakan bahwa daftar klien Epstein "Saat ini ada di meja saya untuk ditinjau", Johnson mengatakan, "Dia harus muncul dan menjelaskan itu ke semua orang."
"Kita butuh Kementerian Kehakiman AS fokus pada prioritas utama. Jadi, mari kita selesaikan masalah ini," lanjut Johnson.
Trump Plintat-plintut
Sebelumnya pada hari yang sama, Partai Republik menolak usulan Partai Demokrat untuk menyisipkan ketentuan dalam rancangan undang-undang yang akan mewajibkan publikasi dokumen-dokumen terkait kasus Epstein.
Meskipun demikian, Partai Demokrat tetap bertekad menjaga isu ini tetap hidup. Para anggota Demokrat di Komite Yudisial DPR menuntut agar ketua komite dari Partai Republik, Jim Jordan—yang juga merupakan sekutu Trump—menggelar sidang dengar pendapat. Mereka ingin menghadirkan Bondi, wakilnya, serta pimpinan FBI untuk menjawab berbagai pertanyaan terkait Epstein.
Di sisi lain, Trump berupaya meredakan kemarahan yang mencuat di antara para pendukung gerakan MAGA (Make America Great Again), menyusul kesimpulan yang disampaikan oleh Kementerian Kehakiman AS. Akhir pekan lalu, dia menulis di Truth Social, "Setahun lalu negara kita MATI. Sekarang, kita adalah negara yang 'PALING HOT' di seluruh dunia. Mari kita pertahankan itu—jangan buang waktu dan tenaga untuk Jeffrey Epstein, seseorang yang tidak lagi penting bagi siapa pun."
Saat hendak berangkat dari Gedung Putih menuju Pittsburgh pada Selasa pagi, Trump membela Bondi. Namun, dia juga memberi isyarat bahwa mungkin masih ada dokumen yang akan dirilis.
"Dia telah menangani ini dengan sangat baik dan semuanya terserah padanya. Apa pun yang dia anggap kredibel, harus dirilis," ujar Trump.
Dalam wawancara dengan NBC News pada hari yang sama, Bondi ditanya mengenai kekecewaan dari basis pendukung Trump terkait penanganan penyelidikan Epstein oleh lembaga yang dipimpinnya.
"Kami akan terus berjuang untuk menjaga AS tetap aman," jawabnya sambil beralih membahas isu lain.
Ketika ditanya tentang pernyataan Trump bahwa dia seharusnya merilis dokumen yang dianggap kredibel, Bondi menanggapinya dengan mengatakan, "Hari ini, memo kami sudah cukup menjelaskan sikap kami. Kami akan memberi kabar lagi nanti untuk hal-hal lainnya."
Siapa Jeffrey Epstein?
Namun, siapa sebenarnya Epstein dan bagaimana dia bisa berubah dari seorang yang putus kuliah menjadi miliarder yang punya koneksi politik lalu menjadi terdakwa kasus perdagangan seksual pada anak? Dan mengapa masih ada pertanyaan soal kematiannya di penjara?
Epstein, kelahiran New York, memulai kariernya dengan bekerja sebentar sebagai guru di sebuah sekolah swasta bergengsi. Tidak lama kemudian, dia beralih ke dunia perbankan investasi, pertama di Bear Stearns sebelum mendirikan perusahaannya sendiri pada tahun 1982.
Di perusahaannya, menurut laporan CNN, Epstein hanya menerima klien yang memiliki kekayaan lebih dari USD 1 miliar.
Pada 1990-an, Epstein berhasil mengumpulkan properti dan apartemen di berbagai negara, menurut dokumen pengadilan – bahkan termasuk sebuah pulau pribadi di Karibia – dan dia mulai bergaul dengan sejumlah orang terkaya dan paling berkuasa di dunia.
Orang-orang itu termasuk Pangeran Andrew dari Inggris, mantan Presiden Bill Clinton, dan Trump – semuanya menyangkal melakukan kesalahan apa pun.
Rincian kehidupan rahasia Epstein mulai terungkap pertama kali pada tahun 2005, ketika beberapa anak perempuan di bawah umur menuduhnya menawarkan uang untuk pijat atau tindakan seksual di rumah mewahnya di Palm Beach. Kesaksian di depan dewan juri yang dibuka bertahun-tahun kemudian mencakup tuduhan bahwa Epstein, yang saat itu berusia 40-an, telah memperkosa remaja perempuan usia 14 tahun.
Epstein menghindari tuntutan federal dalam kasus tersebut dengan membuat kesepakatan untuk menjalani hukuman 13 bulan penjara atas dakwaan prostitusi di tingkat negara bagian, serta diwajibkan mendaftar sebagai pelaku kejahatan seksual. Tinjauan dari Kementerian Kehakiman AS di kemudian hari menyimpulkan bahwa jaksa AS saat itu, Alex Acosta, yang bertanggung jawab atas penyusunan dan persetujuan perjanjian itu, telah membuat keputusan yang keliru dan tidak tepat dalam menyetujui kesepakatan itu.
Acosta kemudian menjabat sebagai menteri tenaga kerja dalam pemerintahan pertama Trump.
Puluhan perempuan kemudian menyatakan pada tahun 2018 bahwa mereka telah menjadi korban pelecehan Epstein. Laporan-laporan tersebut mendorong Kementerian Kehakiman AS membuka penyelidikan baru terhadap Epstein dan dia didakwa di New York atas perdagangan seks terhadap puluhan gadis di bawah umur kurang dari satu tahun setelahnya. Epstein sendiri mengaku tidak bersalah.
Pada 10 Agustus 2019, Epstein ditemukan tidak sadarkan diri di selnya di Metropolitan Correctional Center, New York. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia.
Hampir seketika setelah Epstein meninggal, masyarakat mulai mempertanyakan apakah dia benar-benar bunuh diri atau apakah ada tokoh-tokoh berkuasa yang membunuhnya untuk mencegah terbongkarnya materi-materi yang memberatkan.