AS Akui Tidak Mendukung Serangan Israel ke Suriah

1 day ago 8

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) tidak mendukung serangan Israel baru-baru ini ke Suriah.

"Terkait intervensi dan aktivitas Israel, AS tidak mendukung serangan Israel baru-baru ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Tammy Bruce kepada para wartawan pada Kamis (17/7/2025), seperti dilansir CNA.

"Kami terlibat dalam upaya diplomatik dengan Israel dan Suriah pada tingkat tertinggi, baik untuk menangani krisis saat ini maupun mencapai kesepakatan jangka panjang antara dua negara berdaulat tersebut."

Bruce mengatakan bahwa AS mengecam kekerasan di Suriah dan sedang melibatkan semua pihak untuk menuju de-eskalasi. Dia menolak mengatakan apakah AS mendukung hak Israel untuk melancarkan operasi semacam itu.

"Saya rasa kami sudah sangat jelas menyatakan ketidaksenangan kami, termasuk presiden sendiri, dan kami telah bekerja sangat cepat untuk menghentikannya," kata Bruce.

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa Suriah tampaknya telah menarik mundur pasukannya.

"Suriah setuju untuk menarik mundur pasukan mereka dari wilayah tempat bentrokan itu terjadi dan kami terus memantau situasi ini secara aktif," ujarnya.

Erdogan: Israel Jadikan Druze sebagai Alasan

Berbicara pada Kamis, presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa mengatakan, "Israel secara konsisten menargetkan stabilitas dan menciptakan perpecahan di antara kami sejak jatuhnya rezim sebelumnya."

Pada saat bersamaan, Sharaa menggarisbawahi perlindungan terhadap warga Druze adalah prioritas nasional dan pelanggaran terhadap mereka akan dihukum.

"Kami tidak akan membiarkan pihak luar mana pun mengeksploitasi komunitas kami. Kami akan melindungi saudara-saudara Druze kami dengan segala yang kami miliki," ujarnya.

Sharaa juga memberikan kredit kepada mediasi dari AS, negara-negara Arab, dan Turki atas keberhasilan mencegah bencana yang lebih luas, namun memperingatkan terhadap intervensi Israel di masa depan.

"Israel, dengan menjadikan Druze sebagai alasan, telah memperluas aksi brutalnya ke Suriah," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan menuduh Israel telah merusak gencatan senjata yang dicapai dengan keterlibatan Turki.

Dua belas negara Arab, termasuk Arab Saudi, Yordania, dan Mesir, mengeluarkan pernyataan bersama yang mendukung kedaulatan Suriah dan menolak campur tangan asing.

Mereka juga menyambut baik kesepakatan gencatan senjata di Sweida dan menyerukan agar perjanjian itu dilaksanakan demi melindungi persatuan nasional.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah menetapkan kebijakan yang menuntut demiliterisasi wilayah selatan Suriah dari Dataran Tinggi Golan hingga Pegunungan Druze.

"Suriah telah mengirimkan tentaranya ke selatan Damaskus ke wilayah yang seharusnya tetap demiliterisasi dan mulai melakukan pembantaian terhadap kaum Druze. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kami terima," klaim Netanyahu.

Menurut media pemerintah Suriah, serangan Israel pada Kamis menghantam sebagian dari Kementerian Pertahanan Suriah dan wilayah-wilayah di dekat istana kepresidenan. Militer Israel juga kembali menyerang Sweida pada Kamis.

Ketegangan yang Sudah Lama

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory of Human Rights/SOHR) menyatakan bahwa 594 orang tewas dalam kekerasan terbaru di wilayah selatan Suriah yang berkembang menjadi konflik sektarian.

Kelompok yang berbasis di Inggris itu mendokumentasikan ledakan brutalitas yang signifikan dalam kekerasan yang melanda Provinsi Sweida sejak Minggu (13/7).

"Tiga ratus anggota komunitas agama Druze tewas, termasuk 146 pejuang dan 154 warga sipil, 83 di antaranya 'dieksekusi sewenang-wenang' oleh pasukan pemerintah," kata SOHR pada Kamis malam.

"Setidaknya 257 personel pemerintah dan 18 pejuang Badui juga tewas, sementara tiga warga sipil Badui dibunuh oleh pejuang Druze."

Pertempuran ini dipicu oleh laporan penculikan warga Druze oleh Arab Badui, di mana keduanya memulai bentrok pada Minggu. Di luar pemicu kekerasan terbaru, dua kelompok ini telah lama bersengketa terkait perebutan tanah, sumber daya, dan pengaruh lokal.

Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa 15 personel pemerintah lainnya tewas dalam serangan udara Israel, yang menurut Israel dilakukan untuk melindungi kaum Druze dan memaksa pasukan pemerintah mundur dari Sweida.

Tidak memungkinkan untuk segera memverifikasi angka-angka dari SOHR tersebut.

Namun, sumber-sumber keamanan menyebutkan jumlah korban mencapai 300, sementara kelompok pemantau lainnya, Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (Syrian Network for Human Rights), menyatakan telah mendokumentasikan sedikitnya 169 kematian warga sipil.

Read Entire Article