Liputan6.com, Washington, DC - Protes dan berbagai aksi menentang kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump—termasuk deportasi massal serta pemangkasan anggaran Medicaid dan jaring pengaman sosial lain bagi warga miskin—telah dimulai pada Kamis (17/7/2025) di lebih dari 1.600 lokasi di seluruh Amerika Serikat (AS).
Hari aksi nasional bertajuk "Good Trouble Lives On" ini digelar pula untuk menghormati mendiang anggota kongres sekaligus pemimpin gerakan hak-hak sipil, John Lewis. Protes dilakukan di sepanjang jalan, di gedung-gedung pengadilan, dan ruang publik lainnya. Penyelenggara menyerukan agar aksi-aksi tersebut berlangsung damai.
"Kita sedang menghadapi salah satu momen paling menakutkan dalam sejarah bangsa kita," kata Lisa Gilbert, co-president Public Citizen, dalam konferensi pers daring Selasa (15/7), seperti dilansir PBS.
"Kita semua sedang bergulat dengan bangkitnya otoritarianisme dan pelanggaran hukum di dalam pemerintahan kita ... saat hak-hak, kebebasan, dan ekspektasi dalam demokrasi kita sendiri sedang digugat."
Public Citizen adalah organisasi nirlaba dengan misi yang menyatakan diri melawan kekuatan korporasi. Organisasi ini menjadi bagian dari koalisi kelompok-kelompok di balik aksi protes.
Protes besar direncanakan berlangsung di Atlanta dan St. Louis, serta di Oakland, California, dan Annapolis, Maryland.
Menghormati Warisan Perjuangan Lewis
Lewis pertama kali terpilih menjadi anggota Kongres pada tahun 1986. Dia meninggal pada 2020 dalam usia 80 tahun setelah didiagnosis menderita kanker pankreas stadium lanjut.
Dia adalah anggota termuda dan satu-satunya yang tersisa dari "Big Six", kelompok enam besar aktivis hak-hak sipil yang dipimpin oleh Pendeta Martin Luther King Jr. Pada 1965, Lewis yang saat itu berusia 25 tahun memimpin sekitar 600 pengunjuk rasa dalam aksi "Bloody Sunday", melintasi Jembatan Edmund Pettus di Selma, Alabama. Lewis dipukuli oleh polisi hingga mengalami retak pada tengkorak kepalanya.
Dalam hitungan hari, King memimpin lebih banyak aksi unjuk rasa di negara bagian itu dan Presiden Lyndon Johnson mendesak Kongres untuk mengesahkan Undang-Undang Hak Pilih (Voting Rights Act) yang kemudian menjadi produk hukum.
"Buatlah keributan yang baik, yang perlu, dan pulihkan jiwa Amerika," kata Lewis pada tahun 2020 saat memperingati aksi long march tahun 1965 dari Selma ke Montgomery, Alabama—sebuah aksi damai untuk menuntut hak pilih bagi warga kulit hitam.
Chicago disebut menjadi kota utama dalam aksi protes "Good Trouble Lives On", di mana para demonstran berkumpul di pusat kota pada sore hari waktu setempat.
Betty Magness, wakil presiden eksekutif League of Women Voters Chicago dan salah satu penyelenggara acara di Chicago, mengatakan bahwa aksi tersebut juga akan diakhiri dengan nyala lilin untuk menghormati Lewis.
Protes Kebijakan Trump
Penolakan terhadap Trump sejauh ini di masa jabatan keduanya berfokus pada deportasi dan taktik penegakan hukum imigrasi.
Awal bulan ini, para pengunjuk rasa terlibat dalam konfrontasi dengan otoritas federal yang tengah melakukan penangkapan massal di dua perkebunan ganja di California Selatan. Dalam penggerebekan yang berlangsung kacau, seorang pekerja pertanian tewas setelah terjatuh dari atap rumah kaca.
Penggerebekan itu menyusul pengerahan luar biasa Garda Nasional oleh Trump ke luar gedung-gedung federal serta untuk melindungi agen imigrasi yang melakukan penangkapan di Los Angeles. Pada 8 Juni, ribuan pengunjuk rasa mulai turun ke jalan-jalan di Los Angeles.
Sementara itu, penyelenggara aksi "No Kings" pada 14 Juni mengatakan bahwa jutaan orang turun ke jalan dalam ratusan acara dari New York hingga San Francisco. Para demonstran mengecam Trump sebagai diktator dan calon raja karena memilih merayakan ulang tahunnya lewat parade militer.