Tragis! 15 Orang Termasuk 8 Anak Antre Obat di Klinik Gaza Tewas Jadi Target Serangan Israel

11 hours ago 4

Liputan6.com, Gaza - Setidaknya 15 warga Palestina, termasuk delapan anak-anak dan dua perempuan, tewas dalam serangan Israel saat mengantre untuk mendapatkan suplemen gizi di depan sebuah klinik di Gaza tengah, kata sebuah rumah sakit.

Video dari Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, seperti diberitakan BBC yang dikutip Jumat (11/7/2025) menunjukkan jenazah beberapa anak dan lainnya tergeletak di lantai saat petugas medis merawat luka mereka.

Project Hope, kelompok bantuan yang berbasis di AS, yang mengelola klinik tersebut, mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Sementara militer Israel mengatakan telah menyerang seorang "teroris Hamas" dan menyesalkan kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil.

Mereka termasuk di antara 66 orang yang dilaporkan tewas dalam serangan Israel pada hari Kamis (10/7), sementara Israel dan Hamas melanjutkan perundingan mengenai kesepakatan gencatan senjata.

Meskipun AS, yang bertindak sebagai mediator bersama Qatar dan Mesir, optimisme mereka sejauh ini tampaknya belum mendekati titik temu.

Detik-detik Serangan dan Kesaksian Warga

Project Hope mengatakan bahwa serangan Kamis (11/7) pagi di depan klinik kesehatan Altayara di Deir al-Balah terjadi ketika para pasien berkumpul di luar, menunggu klinik dibuka untuk menerima perawatan atas malnutrisi, infeksi, penyakit kronis, dan lainnya.

"Tiba-tiba, kami mendengar suara drone (pesawat tak berawak) mendekat, dan kemudian ledakan terjadi," kata saksi mata Yousef al-Aydi kepada kantor berita AFP. "Tanah berguncang di bawah kaki kami, dan segala sesuatu di sekitar kami berubah menjadi darah dan jeritan yang memekakkan telinga."

Rekaman grafis yang diunggah di media sosial, yang telah diverifikasi oleh BBC, menunjukkan langsung setelah serangan itu, dengan orang dewasa dan anak-anak tergeletak di jalan, beberapa terluka parah dan yang lainnya tidak bergerak.

Di kamar jenazah rumah sakit al-Aqsa di dekatnya, kerabat korban tewas menangis saat mereka membungkus anak-anak yang meninggal dengan kain kafan putih dan kantong jenazah sebelum melaksanakan salat jenazah.

Seorang perempuan mengatakan kepada BBC bahwa keponakannya yang sedang hamil, Manal, dan putrinya, Fatima, termasuk di antara mereka, dan bahwa putra Manal berada di unit perawatan intensif.

"Dia sedang mengantre untuk mendapatkan suplemen anak-anak ketika insiden itu terjadi," kata Intisar.

Seorang perempuan lain yang berdiri di dekatnya berkata: "Karena dosa apa mereka dibunuh?"

"Kami sekarat di depan mata dan telinga seluruh dunia. Seluruh dunia sedang menyaksikan Jalur Gaza. Jika orang-orang tidak dibunuh oleh tentara Israel, mereka akan mati saat berusaha mendapatkan bantuan."

Klinik itu Tempat Berlindunga Warga Gaza

Presiden dan CEO Project Hope, Rabih Torbay, mengatakan bahwa klinik-klinik kelompok bantuan tersebut adalah "tempat berlindung di Gaza di mana orang-orang membawa anak-anak kecil, para perempuan mendapatkan akses ke perawatan kehamilan dan pascapersalinan, orang-orang menerima perawatan untuk malnutrisi, dan banyak lagi".

"Namun, pagi ini, keluarga-keluarga tak berdosa diserang tanpa ampun saat mereka berdiri dalam antrean menunggu pintu dibuka," tambahnya. "Rasa ngeri dan patah hati tidak dapat lagi mengungkapkan perasaan kami dengan tepat."

"Ini adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional, dan sebuah pengingat yang jelas bahwa tidak seorang pun dan tidak ada tempat yang aman di Gaza, meskipun perundingan gencatan senjata terus berlanjut. Ini tidak boleh berlanjut."

Kepala UNICEF, Catherine Russell, mengatakan: "Pembunuhan keluarga yang berusaha mengakses bantuan penyelamat jiwa tidak dapat diterima."

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyerang seorang anggota pasukan elit Nukhba dari sayap militer Hamas yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel.

"IDF mengetahui laporan mengenai sejumlah individu yang terluka di daerah tersebut. Insiden ini sedang ditinjau," tambahnya. "IDF menyesalkan kerugian apa pun yang dialami individu yang tidak terlibat."

Serangan Lain Israel

Di tempat lain, lima orang tewas ketika sebuah pesawat tanpa awak Israel menyerang tenda-tenda di daerah pesisir al-Mawasi, di Gaza selatan, menurut badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas.

IDF mengunggah video yang menunjukkan petugas tanggap darurat mengevakuasi jenazah tiga anak kecil yang terkubur di bawah pasir dan puing-puing.

Serangan itu terjadi ketika para mediator berusaha membangun momentum menuju kesepakatan gencatan senjata dalam perundingan jarak dekat tidak langsung di Doha.

Namun, kesenjangan yang signifikan antara Israel dan Hamas tampaknya masih ada.

Pada Rabu (9/7) malam, seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada para wartawan di Washington bahwa mungkin diperlukan waktu satu atau dua minggu untuk mencapai kesepakatan.

Pejabat tersebut, yang berbicara saat kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke AS, juga mengatakan bahwa jika kesepakatan gencatan senjata 60 hari tercapai, Israel akan menggunakan waktu tersebut untuk menawarkan penghentian perang secara permanen yang mengharuskan Hamas untuk melucuti senjatanya.

Pada hari Kamis, Netanyahu menegaskan bahwa "pada awal gencatan senjata itu, kami akan memasuki negosiasi tentang penghentian perang secara permanen, yaitu, gencatan senjata permanen" dan bahwa syarat Israel adalah Hamas harus melucuti senjata dan Gaza harus didemiliterisasi.

"Jika ini dapat dicapai dalam negosiasi - itu lebih baik. Jika ini tidak tercapai dalam negosiasi setelah 60 hari, kami akan mencapainya dengan cara lain; dengan mengerahkan kekuatan tentara heroik kami," katanya.

Netanyahu mengatakan kepada media sayap kanan AS, Newsmax, bahwa Hamas masih menyandera 50 orang, "20 orang pasti masih hidup, dan sekitar 30 orang tidak hidup".

"Kami sekarang memiliki kesepakatan yang konon akan membebaskan separuh dari yang hidup dan separuh yang mati," tambahnya, mengatakan kepada Newsmax "ini seperti neraka" bagi mereka.

Sebelumnya, Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa perundingan itu sulit, menyalahkan "kekeraskepalaan" Israel. Kelompok itu mengatakan telah menunjukkan fleksibilitas dalam menyetujui pembebasan 10 sandera, tetapi menegaskan kembali bahwa mereka mengupayakan kesepakatan "komprehensif" yang akan mengakhiri serangan Israel.

Uni Eropa Capai Kesepakatan dengan Israel untuk Beri Bantuan ke Gaza

Sementara itu, Uni Eropa pada hari Kamis (10/7) mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk membuka lebih banyak penyeberangan bagi bantuan, serta untuk memperbaiki infrastruktur dan melindungi pekerja bantuan.

"Kami mengandalkan Israel untuk melaksanakan setiap langkah yang disepakati," kata kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas.

Adapun PBB menyatakan telah mengirimkan kiriman bahan bakar pertama ke Gaza dalam empat bulan, tetapi memperingatkan bahwa 75.000 liter tersebut masih kurang dari kebutuhan satu hari.

Seorang juru bicara memperingatkan bahwa layanan vital akan terhenti kecuali pasokan bahan bakar yang memadai segera tiba.

Militer Israel melancarkan operasi di Gaza sebagai tanggapan atas serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Setidaknya 57.762 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Sebagian besar penduduk Gaza juga telah mengungsi beberapa kali. Lebih dari 90% rumah diperkirakan rusak atau hancur; sistem perawatan kesehatan, air, sanitasi, dan kebersihan telah runtuh; dan terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal.

Read Entire Article