Tekanan Meluas, Israel Terapkan Jeda Serangan di Tiga Wilayah Gaza Ini agar Bantuan Masuk

3 months ago 33

Liputan6.com, Gaza - Militer Israel pada Minggu (27/7/2025) mulai memberlakukan jeda terbatas dalam pertempuran di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza. Jeda ini berlangsung selama 10 jam setiap hari dan merupakan bagian dari serangkaian langkah untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk melalui udara.

Kebijakan ini diterapkan di tengah kekhawatiran yang semakin besar atas melonjaknya angka kelaparan serta kritik internasional yang terus menguat terhadap cara Israel menangani perang yang telah berlangsung selama 21 bulan.

Militer menyatakan bahwa "jeda taktis" dari pukul 10 pagi hingga 8 malam di Kota Gaza, Deir al-Balah, dan Muwasi — semuanya daerah dengan populasi besar — bertujuan untuk meningkatkan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

Kepala urusan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tom Fletcher menyambut baik keputusan Israel untuk mendukung peningkatan bantuan selama satu minggu. Dia mengatakan bahwa beberapa pembatasan pergerakan telah dilonggarkan. Namun, dia menegaskan bahwa tindakan ini harus terus berlanjut, berskala besar, dan cepat.

"Jalur mana pun yang kita pilih, kita harus terus mengizinkan masuknya pasokan kemanusiaan dalam jumlah minimal," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti dilansir AP.

Gambar-gambar anak-anak Palestina di Gaza yang kurus kering memicu kritik terhadap Israel, termasuk dari para sekutunya yang menyerukan diakhirinya perang. Israel telah membatasi bantuan ke lebih dari 2 juta penduduk Gaza dengan alasan bahwa Hamas menyalahgunakannya untuk memperkuat kekuasaannya, tanpa memberikan bukti padahal sebagian besar penduduk yang kini terdesak di area-area yang semakin sempit sangat bergantung pada bantuan.

Seperti yang telah diperingatkan oleh militer, operasi tempur tetap berlanjut. Otoritas kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 41 warga Palestina sejak Sabtu malam hingga Minggu, termasuk 26 orang yang sedang berusaha mendapatkan bantuan.

Tidak Merata

"Saya datang untuk mencari tepung untuk anak-anak saya karena mereka sudah lebih dari seminggu tidak mencicipi tepung dan alhamdulillah Tuhan memberi saya satu kilo beras dengan susah payah," kata Sabreen Hassona, sementara warga Palestina lainnya menyusuri jalanan berdebu sambil membawa karung-karung berisi bantuan pangan dari perbatasan Zikim.

Namun, bantuan datang dengan lambat bagi sebagian lainnya atau bahkan tidak datang sama sekali.

"Kami melihat pesawat-pesawatnya, tapi kami tidak melihat apa yang mereka jatuhkan," kata Samira Yahya di Zawaida, Gaza tengah. "Mereka bilang truk akan lewat, tapi kami tidak melihat truk-truk itu."

Sementara itu, Ahmed al-Sumairi menuturkan bahwa beberapa orang takut keluar rumah karena khawatir kotak bantuan bisa jatuh menimpa anak-anak mereka.

Militer Israel mengatakan telah menjatuhkan 28 paket bantuan berisi makanan dari udara dan menyatakan akan menyediakan jalur-jalur aman untuk pengiriman bantuan. Dikatakan bahwa langkah-langkah ini dilakukan dengan koordinasi bersama PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya.

Program Pangan Dunia (WFP) PBB menekankan bahwa mereka memiliki cukup makanan di Gaza atau dalam perjalanan menuju Gaza untuk memberi makan seluruh wilayah itu selama hampir tiga bulan. Mereka menyebut hampir setengah juta orang di Gaza mengalami kondisi kelaparan ekstrem.

Direktur WFP untuk wilayah Palestina yang diduduki Antoine Renard mengonfirmasi bahwa sekitar 80 truk WFP telah memasuki Gaza, sementara lebih dari 130 truk lainnya datang melalui Yordania, Ashdod, dan Mesir. Dia menyatakan bahwa bantuan lainnya juga masuk melalui perbatasan Kerem Shalom dan Zikim.

Namun, Renard menegaskan bahwa itu semua belum cukup untuk mengatasi kelaparan yang sedang berlangsung.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Gaza mencatat 63 kematian terkait malnutrisi sepanjang Juli, termasuk 24 anak di bawah usia 5 tahun.

Kemarahan terhadap Israel

Setelah mengakhiri gencatan senjata terakhir pada Maret, Israel menghentikan masuknya makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan pasokan lainnya ke Gaza dengan tujuan menekan Hamas agar membebaskan para sandera. Saat ini, 50 orang masih disandera di Gaza, lebih dari setengahnya diyakini telah tewas.

Di bawah tekanan internasional, Israel sedikit melonggarkan blokade pada Mei. Sejak saat itu, rata-rata truk yang masuk hanya 69 per hari, jauh di bawah 500 hingga 600 truk yang menurut PBB dibutuhkan. PBB menyatakan mereka tidak mampu mendistribusikan banyak bantuan karena kerumunan orang kelaparan dan geng-geng sering merampas bantuan dari truk.

Dalam upaya mengalihkan distribusi bantuan dari kendali PBB, Israel mendukung Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang terdaftar di Amerika Serikat, yang pada Mei membuka empat pusat distribusi. Lebih dari 1.000 warga Palestina, menurut kantor hak asasi manusia PBB, telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak Mei saat mencoba mendapatkan makanan—kebanyakan di sekitar pusat-pusat distribusi bantuan yang dikelola GHF.

Israel menyatakan sistem PBB memungkinkan Hamas mencuri bantuan. PBB membantahnya.

"Gaza bukan pulau terpencil. Infrastruktur dan sumber daya untuk mencegah kelaparan itu ada; kami hanya butuh akses yang aman dan berkelanjutan," kata Wakil Presiden Urusan Kebijakan dan Advokasi Global Mercy Corps Kate Phillips-Barrasso.

Read Entire Article