Liputan6.com, Jakarta - Berbagai bencana termasuk banjir tengah melanda berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam situasi seperti ini setiap masyarakat terutama yang menyandang disabilitas perlu mengerti soal tanggap darurat kebencanaan. Pasalnya, difabel adalah kelompok rentan yang dapat memiliki kesulitan lebih ketika hendak mengevakuasi diri.
Di sisi lain, peran warga atau tetangga juga sangat penting untuk membantu para difabel selamat dari dampak bencana.
Hal ini melatarbelakangi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi dalam menggelar sosialisasi waspada kebencanaan bagi komunitas Tuli. Ini adalah upaya peningkatan pemahaman mitigasi kebencanaan secara inklusif kepada masyarakat tak terkecuali penyandang disabilitas.
Pelaksanaan kegiatan berlangsung di aula Kecamatan Cimahi Utara Jalan Jati Serut. Warga disabilitas rungu tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut, mereka ikut aktif pelatihan penyelamatan yang diajarkan dalam sosialisasi.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi, Fithriandy Kurniawan mengatakan, pihaknya ingin memastikan semua warga termasuk penyandang disabilitas memiliki akses yang setara terhadap informasi kebencanaan.
"Sosialisasi ini sangat penting, mengingat bencana alam bisa terjadi kapan saja," ujar Fithriandy dalam keterangan pers yang dipublikasi di laman resmi Kota Cimahi, Senin (24/2/2025).
Dalam sosialisasi ini, BPBD melakukan edukasi soal penggunaan alat komunikasi berbasis visual, seperti lampu peringatan dan sinyal cahaya sebagai bagian dari sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS).
Berawal melihat teman-teman tuli kesulitan mendapatkan pekerjaan, tiga sekawan yakni Putri, Adhika, dan Erwin, tergerak hatinya untuk membuka peluang usaha yang dapat memberdayakan teman tuli. Sambil bekerja, mereka juga bisa mengajarkan bahasa isyar...
Pastikan Teman Tuli Dapat Informasi Tepat
Fithriandy menyampaikan, salah satu fokus utama mereka adalah untuk memastikan teman Tuli mendapat informasi yang tepat dalam situasi darurat.
"Salah satu fokus utama kami adalah memastikan teman-teman Tuli mendapatkan informasi yang tepat, mudah dipahami, dan dapat diterapkan dalam situasi darurat.”
“Sehingga, mereka memiliki pemahaman mengenai langkah-langkah mitigasi yang harus diambil saat terjadi bencana," jelasnya.
Pastikan Informasi Mitigasi Dapat Diakses Secara Merata
Lebih lanjut, Fithriandy mengatakan, Wilayah Kota Cimahi menghadapi berbagai potensi bencana.
"Oleh karena itu, BPBD terus berupaya memastikan informasi mitigasi dapat diakses secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas. Setiap kelompok akan mendapatkan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan mereka, termasuk metode braille untuk tunanetra dan komunikasi berbasis visual bagi tunarungu.”
“Dengan langkah ini, penanggulangan bencana akan semakin inklusif, sehingga semua individu masyarakat bisa turut berperan dalam membangun ketahanan menghadapi bencana," tuturnya.
Pelatihan Bahasa Isyarat bagi Petugas Pemerintahan
Upaya mitigasi bencana inklusif mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Cimahi. Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Muhammad Ronny, mengatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan pelatihan bahasa isyarat bagi petugas pemerintahan.
"Kami akan menempatkan satu orang di setiap perangkat daerah agar menguasai bahasa isyarat. Ini penting agar komunikasi dengan teman-teman Tuli bisa lebih efektif," ujarnya.
Ronny mengakui, kendala terbesar saat ini adalah kurangnya pemahaman terhadap bahasa isyarat di kalangan petugas dan masyarakat umum.
"Banyak yang belum memahami bahasa isyarat, dan ini yang harus kita benahi bersama, termasuk dalam pencegahan dan penanganan kebencanaan," pungkasnya.