Remaja Umur 17 Kena Kanker Payudara, Dokter Bedah Ungkap Faktor Penyebabnya

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang kesehatan termasuk penyakit kanker.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2022, kanker menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Tercatat lebih dari 408 ribu kasus baru dengan angka kematian hampir mencapai 242 ribu jiwa.

Dari seluruh jenis kanker, kanker payudara menjadi yang paling banyak ditemukan sekaligus penyumbang angka kematian tertinggi. Yang memprihatinkan, penyakit ini kini tidak hanya menyerang kelompok usia dewasa, tetapi juga mulai ditemukan pada remaja.

Dokter spesialis bedah onkologi, Sonar Soni Panigoro, Sp.B(K) Onk, M.Epid, MARS, mengungkapkan kasus kanker payudara pada remaja termuda yang pernah ia tangani terjadi pada usia 17 tahun.

“Kalau remaja yang saya temukan itu termuda 17 tahun,” ujar Sonar dalam acara Pendekatan Terpadu dalam Onkologi: Adaptasi Teknologi, Kolaborasi Multidisiplin, dan Protokol Rujukan di Eka Tjipto Widjaja Cancer Center, Eka Hospital Group pada Rabu, 17 Desember 2025.

Sonar menjelaskan, munculnya kanker payudara di usia yang sangat muda umumnya berkaitan dengan aktivitas hormonal dan faktor keturunan. Selain itu, kanker payudara biasanya lebih banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Oleh karena itu, jika terjadi pada usia remaja, besar kemungkinan terdapat faktor genetik dari keluarga.

“Biasanya kanker payudara banyak di usia 40-an. Jadi kalau usia 17 sudah kena, biasanya ada faktor genetik atau keturunan,” jelasnya.

Kapan Remaja Perlu Mulai Periksa Payudara?

Kesadaran menjaga kesehatan payudara sebaiknya ditanamkan sejak usia dini. Remaja dianjurkan mulai mengenal dan memeriksa payudaranya sendiri melalui metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri) sejak memasuki masa pubertas atau akil balig.

Pemeriksaan sederhana ini bertujuan agar remaja memahami kondisi tubuhnya sendiri dan lebih peka terhadap perubahan yang tidak biasa, seperti munculnya benjolan, nyeri, atau perubahan bentuk payudara.

Dengan terbiasa melakukan SADARI, remaja dapat mendeteksi tanda-tanda awal gangguan kesehatan payudara sejak dini. Seiring bertambahnya usia, jenis pemeriksaan juga perlu disesuaikan. 

Selain itu, memasuki usia 20 tahun, pemeriksaan payudara dapat dilengkapi dengan pemeriksaan USG untuk hasil yang lebih akurat. Sementara itu, pada usia 40 tahun ke atas, pemeriksaan rutin menggunakan mamografi menjadi sangat penting sebagai langkah deteksi dini kanker payudara.

“Setelah akil baligh cukup SADARI saja. Usia 20 tahun boleh ditambah USG, dan usia 40 tahun ditambah mamografi,” ujar Sonar.

Deteksi dini terbukti meningkatkan peluang penanganan yang lebih efektif. Oleh karena itu, kebiasaan memeriksa payudara secara rutin perlu dilakukan.

Langkah Pencegahan Kanker Payudara pada Remaja

Lebih sering terjadi pada usia dewasa, remaja tetap perlu melakukan langkah pencegahan sejak dini untuk menurunkan risiko kanker payudara. Salah satu upaya utama adalah menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Sonar menganjurkan remaja mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan memperbanyak sayur dan buah, serta membatasi makanan tinggi gula, karbohidrat sederhana, dan lemak berlebih. Pola makan yang sehat membantu menjaga berat badan ideal dan keseimbangan hormon.

Selain itu, menghindari kebiasaan merokok menjadi langkah penting karena zat berbahaya dalam rokok dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker. Aktivitas fisik atau olahraga secara rutin, minimal 30 menit per hari, juga berperan menjaga kebugaran dan daya tahan tubuh.

Remaja juga disarankan mulai mengenali kondisi tubuhnya, termasuk melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri dan tidak ragu melakukan pemeriksaan kesehatan jika diperlukan. Deteksi dini menjadi kunci penting dalam penanganan kanker.

“Pola hidup sehat, pola makan yang sehat, hindari merokok, ada olahraganya, dan lakukan check up berkala,” kata Sonar.

Perhatikan Asupan Nutrisi Sejak Dini

Asupan nutrisi berperan penting dalam menurunkan risiko kanker sejak usia muda. Oleh karena itu, remaja perlu lebih bijak dalam memilih makanan sehari-hari. Pola makan yang tidak seimbang, khususnya konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan, dapat memicu berbagai masalah kesehatan apabila berlangsung dalam jangka panjang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain membatasi asupan karbohidrat, mengurangi makanan tinggi lemak, serta meningkatkan konsumsi serat. Serat dapat diperoleh dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan berbagai bahan pangan alami yang berfungsi membantu menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.

Penerapan pola makan sehat tidak harus rumit atau mahal, tetapi perlu dilakukan secara konsisten. Dengan membiasakan diri mengonsumsi makanan bergizi sejak remaja, risiko berbagai penyakit, termasuk kanker, dapat ditekan.

“Asupan karbohidrat jangan berlebihan, lemak perlu dibatasi, dan serat harus diperbanyak,” ujar Sonar.

Read Entire Article