Real Food Dukung Kesehatan Gigi dan Gusi, Dokter Anjurkan Kurangi Makanan dan Minuman Bergula

13 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan makanan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut. Real food alias makanan alami yang minim atau tanpa proses pengolahan dinilai lebih baik ketimbang makanan ultra proses.

"Makanan, apakah ada pengaruhnya pada kesehatan gigi dan mulut? Tentu saja, karena kita makan lewat mulut. Jadi pasti yang pertama kali terpapar makanan adalah gigi dan mulut," kata dokter gigi sekaligus guru besar ilmu periodonsia Universitas Padjadjaran (Unpad) Profesor Amaliya dalam temu media di Jakarta, Rabu (17/12/2025).

Ia pun menganjurkan konsumsi real food untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

"Kita sedang merekomendasikan real food, jadi konsumsi gula, garam, lemak sebaiknya diawasi. Karena ternyata gula itu meningkatkan peradangan dan juga memudahkan terjadinya lubang pada gigi, karena si bakterinya senang dia kalau ada gula," jelas Amaliya.

Dia menambahkan, ada penelitian yang menempatkan orang-orang untuk tinggal di suatu kampung pinggir sungai di Perancis.

"Itu selama satu bulan tidak boleh sikat gigi, tapi enggak boleh makan makanan yang mengandung gula, hanya makanan yang ada di hutan, hanya yang alami."

"Itu satu bulan tidak sikat gigi harusnya mengalami peradangan gusi ya, tapi ternyata setelah satu bulan mereka tidak makan makanan modern hanya makan makanan alamiah, plak giginya banyak, jigong-jigongnya banyak, tapi peradangan gusinya tidak ada," jelas Amaliya.

Dari penelitian ini, Amaliya melihat bahwa kebiasaan kembali mengonsumsi makanan alami dan mengurangi penggunaan gula dapat meningkatkan kesehatan gusi.

"Jadi enggak ada peradangan giginya, padahal sebulan enggak sikat gigi," katanya.

Pentingnya Jaga Kesehatan Gusi

Amaliya kemudian mengumpamakan gigi dan gusi seperti pohon dan tanah.

“Kita kalau umpamakan pohon, pohon itu sangat penting untuk kita, tapi kalau tanah yang mendukung pohon itu tidak ada nutrisi, kering kerontang, maka pohon akan mati. Bisa layu, tumbang, dan lain sebagainya,” kata Amaliya dalam Indonesia Hygiene Forum (IHF).

“Sama dengan gigi, gigi juga kalau tidak ada jaringan pendukung yaitu gusi dan tulang yang memegang gigi erat di mulut kita, gigi juga bisa goyang, bisa lepas dengan sendirinya,” tambahnya.

Sayangnya, selama ini masyarakat Indonesia kurang sadar akan kesehatan gusi. Padahal, tanpa gusi yang sehat, gigi pun tidak bisa tahan dengan baik di mulut.

“Di masyarakat itu masih kurang kesadaran mengenai kesehatan gusi. Karena selama ini yang dirasakan adalah sakit gigi (bukan sakit gusi). Padahal, gigi tak bisa hidup tanpa adanya jaringan pendukung yaitu gusi serta tulang,” kata Amaliya.

Maka dari itu, ia menyarankan untuk menjaga kesehatan gigi, gusi, dan mulut dengan pemeriksaan rutin. Kebiasaan menyikat gigi juga perlu dilakukan tepat waktu, yakni sehari dua kali, setelah sarapan dan sebelum tidur.

Peradangan Gusi Kerap Terabaikan

Penyakit gusi seperti periodontitis (radang gusi) adalah silent killer alias pembunuh dalam senyap, sambung Amaliya.

“Karena, kalau gusi sudah meradang, itu enggak ada rasanya. Beda kalau gigi yang meradang nyut nyut sakit, tapi kalau gusi meradang, jarang disadari oleh kita.”

Meski begitu, ada salah satu tanda yang patut dicurigai, yaitu ada darah saat menyikat gigi.

“Saat buang ludah atau sisa pasta gigi, itu kelihatan ada darah. Berdarah saat sikat gigi itu salah satu tanda gusi mengalami peradangan atau perdarahan. Itu salah satu tanda, tapi kadang-kadang kita menganggap remeh dan hal biasa.”

Jika peradangan gusi ini dibiarkan dan tidak dirawat, maka masalah bisa menjalar ke area yang lebih dalam yaitu tulang.

“Nah kalau tulangnya sudah kena peradangan, sama seperti pohon, tanahnya habis, tanahnya longsor, pohon tumbang. Berarti gigi pun goyang atau hilang,” jelas Amaliya.

1,5 Miliar Orang Diprediksi Alami Periodontitis pada 2050

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi sekitar 1,5 miliar orang di dunia akan mengalami masalah gusi periodontitis pada 2050.

“WHO memperkirakan di tahun 2050 akan ada 1,5 miliar orang di dunia yang mengalami masalah periodontitis, masalah gusi yang lebih lanjut dan itu akan menyebabkan sekitar 660 juta orang kehilangan giginya,” ujar dokter gigi Ratu Mirah Afifah dalam kesempatan yang sama.

Menurut Mirah, periodontitis alias radang gusi akan sangat berpengaruh pada produktivitas para pasien. Pasalnya, masalah gigi, gusi, dan mulut dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

“WHO juga sudah melihat ternyata di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Vietnam itu adalah wilayah yang memiliki prevalensi periodontitis tertinggi dengan penambahan kasus sekitar 6,6 juta per tahun,” ujar Mirah.

Read Entire Article