Ratusan Ribu Warga Israel Demo Desak Pembebasan Sandera dan Hentikan Perang Gaza

2 months ago 16

Liputan6.com, Tel Aviv - Ratusan ribu orang berkumpul di Israel untuk menuntut diakhirinya perang di Gaza dan mendesak tercapainya kesepakatan pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas.

Kerumunan terbesar terlihat pada Minggu (17/8/2025) di Alun-Alun Sandera Tel Aviv. Penyelenggara aksi memperingatkan bahwa rencana pemerintah Israel merebut kendali Kota Gaza justru membahayakan sekitar 20 sandera yang masih berada di tangan Hamas.

Sebagai bagian dari gelombang protes, digelar aksi mogok nasional sehari yang membuat jalan, kantor, dan universitas di sejumlah wilayah ditutup. Hampir 40 orang ditangkap sepanjang aksi berlangsung. Demikian seperti dilansir BBC.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam protes tersebut dengan alasan aksi itu akan menguatkan posisi Hamas dan justru memperlambat upaya pembebasan sandera.

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich juga menuduh protes itu sebagai kampanye berbahaya yang menguntungkan Hamas.

Aksi mogok nasional ini dipelopori oleh keluarga para sandera dan kelompok masyarakat yang menolak perluasan perang.

Suara Keluarga Sandera

Einav Zangauker, ibu dari sandera bernama Matan dan salah satu tokoh utama Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, menegaskan bahwa kelompoknya menuntut perjanjian yang komprehensif, realistis, serta diakhirinya perang.

"Kami menuntut apa yang memang menjadi hak kami—anak-anak kami, katanya di hadapan massa di Tel Aviv. "Pemerintah Israel telah mengubah perang yang semula dianggap benar menjadi perang yang tidak ada gunanya."

Pernyataan itu muncul setelah beredarnya sebuah video tentang putranya.

"Hati saya terbakar oleh kerinduan. Seluruh hati saya hangus karena Matan. Matan, aku, seluruh bangsa, kami melakukan segalanya untukmu, untuk semua sandera," ucapnya.

Pendudukan Total Gaza

Protes besar ini terjadi seminggu setelah kabinet perang Israel memutuskan untuk menduduki Kota Gaza—kota terbesar di wilayah tersebut—dan memindahkan penduduknya. Keputusan itu dikecam oleh Dewan Keamanan PBB.

Sejak keputusan diumumkan, ribuan warga melarikan diri dari lingkungan Zeitoun di Gaza Selatan, tempat serangan udara Israel tanpa henti menciptakan situasi yang disebut pemerintah Kota Gaza sebagai "bencana".

Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 40 orang tewas akibat serangan Israel pada Sabtu (16/8).

Dalam pernyataannya, Hamas menyebut pasukan Israel melancarkan "serangan terus-menerus di kawasan timur dan selatan Kota Gaza, terutama di Zeitoun".

Militer Israel mengatakan akan kembali mengizinkan lembaga bantuan memasukkan tenda ke Gaza.

"Sebagai bagian dari persiapan memindahkan penduduk dari zona pertempuran ke Gaza bagian selatan demi perlindungan mereka, pasokan tenda dan peralatan tempat tinggal akan dilanjutkan," kata badan militer Israel, COGAT.

Israel berencana memaksa sekitar satu juta orang mengungsi dari Kota Gaza ke kamp-kamp di selatan, meski belum menetapkan jadwal pasti kapan pasukan akan masuk ke kota tersebut. Netanyahu sendiri dilaporkan ingin seluruh Kota Gaza berada di bawah pendudukan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Krisis Kemanusiaan

Menurut PBB, sekitar 1,9 juta orang atau 90 persen dari penduduk Gaza sudah mengungsi. Badan internasional itu juga memperingatkan terjadinya malnutrisi luas, dengan laporan pakar yang didukung PBB bulan lalu menyebut skenario terburuk berupa kelaparan kini benar-benar terjadi di Gaza.

Perang Gaza meletus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 lainnya.

Sejak itu, otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina.

Read Entire Article