Putin Undang Trump ke Rusia, Dubes Tolchenov: Pertemuan Lanjutan Sedang Dipertimbangkan

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov mengungkapkan bahwa Presiden Vladimir Putin mengundang mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk berkunjung ke Rusia.

Menurut Tolchenov, undangan tersebut muncul di penghujung negosiasi saat keduanya bertemu di Alaska, AS, pada Jumat (15/8/2025)

Ia menyebut bahwa sudah saatnya Trump membalas kunjungan, meski pernyataan Putin disampaikan dengan nada berseloroh.

"Cukup banyak orang masih mengingat bahwa Alaska dulunya adalah wilayah Rusia sebelum menjadi bagian dari AS. Tapi tentu saja, itu hanya sebuah lelucon," ujar Tolchenov di Jakarta.

Meski demikian, ia menekankan bahwa peluang pertemuan lanjutan di Rusia tetap terbuka.

"Mungkin saja pertemuan berikutnya akan berlangsung di Rusia, siapa tahu, dalam beberapa bulan ke depan. Karena pembicaraan ini penting untuk dilanjutkan, baik terkait isu internasional maupun bilateral," tambahnya.

Tolchenov menegaskan bahwa dialog antara kedua pemimpin memang perlu diteruskan, mengingat banyak isu strategis yang menyangkut kepentingan kedua negara.

Trump mengatakan kepada Zelenskyy bahwa ia bersikap tidak sopan karena Zelenskyy mendorong komitmen keamanan AS untuk menjaga negaranya tetap aman dari agresi Rusia. Trump mengatakan bahwa Zelenskyy tidak berada dalam posisi yang tepat untuk menuntut...

Dubes Sergei Tolchenov menegaskan bahwa Putin dan Trump sepakat melanjutkan pembicaraan langsung terkait krisis Ukraina. Pertemuan di Alaska, tidak hanya membahas kemungkinan gencatan senjata, tetapi juga solusi jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan nasional masing-masing pihak.

"Hal yang terpenting bagi kami adalah kesepahaman awal yang sudah dicapai antara Presiden Putin dan Presiden Trump di Anchorage, Alaska. Keduanya menekankan pentingnya mencari jalan keluar yang langgeng, bukan sekadar solusi sementara," ujarnya.

Tolchenov menyebut bahwa selama pembicaraan, Putin menegaskan Rusia memiliki kepentingan nasional yang harus dilindungi, sama halnya dengan Amerika Serikat, Ukraina, dan Eropa.

Menurutnya, salah satu kekhawatiran terbesar Rusia adalah ekspansi NATO ke perbatasan barat, termasuk rencana pendirian pangkalan militer di Ukraina serta pengiriman senjata jarak jauh kepada pasukan Kyiv.

"Itu semua adalah ancaman nyata bagi keamanan nasional kami. Akar penyebab krisis Ukraina harus diatasi, termasuk status netral Ukraina serta penghormatan terhadap hak-hak penduduk berbahasa Rusia di sana," tambahnya.

Tolchenov juga menyinggung perubahan situasi di medan perang. Ia menyebut wilayah yang saat ini dikuasai pasukan Rusia sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai bagian dari Ukraina.

"Jika kesepakatan damai tercapai pada Maret atau April 2022, pembicaraan hanya mencakup Krimea, Donetsk, dan Lugansk. Namun sekarang, Kyiv sudah kehilangan lebih banyak wilayah, dan jika Presiden Zelenskyyy memilih melanjutkan perang, kerugiannya akan semakin besar," tegasnya.

Menurut Tolchenov, pembahasan antara Putin dan Trump akan terus berlanjut, baik dalam isu Ukraina maupun persoalan internasional lainnya, dengan tujuan mencari solusi yang berkelanjutan.