Liputan6.com, Bangkok - Polisi Thailand menangkap seorang perempuan yang diduga melakukan hubungan seksual dengan para biksu, lalu menggunakan foto dan video dari perbuatan tersebut untuk memeras mereka.
Pada Selasa (16/7/2025) polisi mengatakan, perempuan yang dipanggil "Nona Golf" itu telah berhubungan seks dengan sedikitnya sembilan biksu. Mereka meyakini dia telah menerima sekitar 385 juta baht selama tiga tahun terakhir. Demikian dilansir BBC.
Menurut juru bicara polisi, para penyelidik yang menggeledah rumahnya menemukan lebih dari 80.000 foto dan video yang digunakan untuk memeras para biksu.
Polisi mengatakan kasus ini pertama kali terungkap pada pertengahan Juni, ketika mereka mengetahui bahwa seorang kepala biksu di Bangkok tiba-tiba meninggalkan kehidupan kebiksuan setelah diperas oleh seorang perempuan.
Menurut polisi, Nona Golf menjalin hubungan dengan biksu tersebut pada Mei 2024. Dia kemudian mengaku mengandung anak sang biksu dan menuntut tunjangan anak lebih dari tujuh juta baht.
Pihak berwenang lalu menemukan bahwa biksu-biksu lain juga mentransfer uang kepada Nona Golf – dan polisi menyebut ini sebagai "modus operandi"-nya.
Polisi menambahkan bahwa hampir seluruh uang tersebut telah ditarik tunai dan sebagian digunakan untuk judi online.
Skandal Institusi Kebiksuan
Saat penyidik menggeledah rumah Nona Golf awal bulan ini, kata polisi, mereka menyita ponselnya dan menemukan lebih dari 80.000 foto dan video yang digunakan untuk memeras para biksu.
Perempuan itu kini menghadapi sejumlah dakwaan, termasuk pemerasan, pencucian uang, dan menerima barang hasil kejahatan.
Polisi juga telah membuka jalur pengaduan bagi masyarakat untuk melaporkan "biksu-biksu yang berperilaku menyimpang".
Skandal ini mendorong Dewan Tertinggi Sangha – badan pengatur lembaga Buddha Thailand – untuk menyatakan bahwa mereka akan membentuk panitia khusus guna meninjau ulang peraturan monastik.
Pemerintah juga tengah mendorong diberlakukannya hukuman yang lebih berat – termasuk denda dan hukuman penjara – bagi biksu yang melanggar aturan kebiksuan.
Pekan ini, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mencabut perintah kerajaan yang sebelumnya dia keluarkan pada Juni, yang memberikan gelar kehormatan lebih tinggi kepada 81 biksu. Dia menyebut kasus-kasus pelanggaran yang belakangan terungkap telah menyebabkan penderitaan besar dalam batin umat Buddha.
Di Thailand, di mana lebih dari 90 persen penduduknya menganut agama Buddha, para biksu sangat dihormati. Banyak laki-laki Thailand juga memilih menjalani penahbisan sementara sebagai biksu demi mengumpulkan karma baik.
Namun, institusi kebiksuan telah lama dilanda skandal.
Tantangan Utama
Wirapol Sukphol, seorang biksu yang dikenal gemar bepergian dengan gaya hidup mewah, menjadi berita utama internasional pada 2017 ketika dia didakwa atas pelanggaran seksual, penipuan, dan pencucian uang. Sementara pada 2022, sebuah kuil di Provinsi Phetchabun, kehilangan seluruh biksunya setelah keempat biksunya ditangkap dalam penggerebekan narkoba dan dilucuti jubah kebiksuannya.
Meski selama bertahun-tahun lembaga Sangha Thailand mendapat kritik terkait masalah disiplin dan akuntabilitas, banyak pihak menilai belum ada perubahan nyata dalam institusi yang telah berusia berabad-abad itu. Para pakar menyebut salah satu masalah utamanya adalah struktur hierarki yang sangat kaku.
"Itu adalah sistem otoriter yang mirip dengan birokrasi Thailand, di mana biksu senior seperti pejabat tinggi dan biksu junior adalah bawahannya," kata pakar agama Suraphot Thaweesak kepada BBC Thai. "Ketika mereka melihat sesuatu yang tidak pantas, mereka tidak berani bicara karena sangat mudah untuk disingkirkan dari kuil."
Namun, beberapa orang melihat penyelidikan yang tengah berlangsung, baik oleh polisi maupun oleh Dewan Sangha, sebagai langkah penting untuk mendorong reformasi yang sangat dibutuhkan.
"Yang penting adalah mengungkap kebenaran agar publik bisa menghilangkan keraguan mereka apakah Sangha benar-benar tidak bersalah," ujar Prakirati Satasut, seorang pakar sosiologi dari Universitas Thammasat di Bangkok.
"Itu tergantung apakah Dewan Tertinggi Sangha bersedia memotong sebagian tangan dan kaki demi menyelamatkan tubuh organisasinya."

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5406089/original/006566900_1762512009-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5405703/original/088328900_1762495927-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5404907/original/048142000_1762418883-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5404719/original/031815100_1762414585-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403850/original/018730500_1762338996-7.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403844/original/088109900_1762338993-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4856410/original/085614500_1717749518-20240512_112214.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5264344/original/007151400_1750845056-zohran.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403410/original/023036900_1762326590-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403478/original/084562800_1762328141-Untitled.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403265/original/094766500_1762322476-1.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5306844/original/053364400_1754451455-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5236094/original/8487869-g_8___8_potret_mas_brewog_sound_horeg_ungkap_nilai_full_set_audio_1_truk_capai_angka_miliaran_kini_punya_10_yang_laris_manis_keliling_jawa_timur_mas_brewog_sound_horeg-20250526-034-gunturm.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5306465/original/017032900_1754393503-WhatsApp_Image_2025-08-05_at_18.28.55.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5252086/original/007300100_1749857885-Untitled.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1427491/original/065234600_1481000798-PANTI-JOMPO.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5221694/original/003674800_1747367357-Untitled.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5287704/original/087405000_1752830776-john_fredy.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288092/original/067044200_1752891478-9f3bfbe0-fecb-44d2-b8d4-1b4836ebe25d.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/3934359/original/048979900_1644900282-IMG20200129114536.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3442371/original/048867300_1619606697-20210428-Melihat_Lebih_Dekat_Para_Santri_Tadarusan_dengan_Al-Quran_Braille-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5286819/original/086327400_1752758458-irak.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5283987/original/096142600_1752570992-dna-cceeb4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285952/original/053913200_1752732898-54641762928_3a60b4a2af_c.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288739/original/058288800_1752989078-Screenshot_2025-07-18-15-12-39-63_1c337646f29875672b5a61192b9010f9_2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5266915/original/058178600_1751023901-IMG-20250627-WA0180.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5287155/original/043147000_1752812525-WhatsApp_Image_2025-07-18_at_11.20.42_AM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5284413/original/015257600_1752633547-72dabf29-5dee-4de2-bc9f-770e1ee1ad21.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288850/original/048376300_1752998023-Screenshot_2025-07-20_143619.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5289351/original/002614900_1753068428-aad3ff27-7e8a-4a28-ae02-b50df1701565.jpg)