Menteri Israel Itamar Ben-Gvir Langgar Status Quo, Pimpin Salat Yahudi di Kompleks Al-Aqsa

3 months ago 26

Liputan6.com, Yerusalem - Menteri Keamanan Nasional Israel yang berasal dari sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, kembali memicu ketegangan di Yerusalem Timur setelah melakukan kunjungan kontroversial ke kompleks Masjid Al-Aqsa dan memimpin salat Yahudi di sana.

Tindakannya ini dianggap melanggar kesepakatan status quo yang telah berlangsung selama puluhan tahun di salah satu situs paling sensitif di Timur Tengah, dikutip dari BBC, Senin (4/8/2025).

Foto dan video yang beredar menunjukkan Ben-Gvir berada di Temple Mount -- sebutan bagi situs tersebut dalam tradisi Yahudi -- diapit oleh petugas polisi Israel. Ia terlihat memimpin doa di kawasan yang selama ini hanya diizinkan untuk dikunjungi oleh umat Yahudi, namun dilarang digunakan untuk beribadah.

Pemerintah Israel segera merilis pernyataan resmi yang menegaskan bahwa kebijakan status quo tetap berlaku, di mana hanya umat Muslim yang diizinkan beribadah di kompleks tersebut. Namun, kunjungan Ben-Gvir tetap menuai kecaman luas.

Yordania, yang memiliki peran historis sebagai pengelola situs, mengecam tindakan Ben-Gvir sebagai "provokasi yang tidak dapat diterima." Hamas menyebut kunjungan itu sebagai bentuk "agresi berkelanjutan terhadap rakyat Palestina," sementara Otoritas Palestina menegaskan bahwa langkah tersebut "telah melampaui semua batas merah."

Kompleks Al-Aqsa adalah situs suci bagi umat Islam, diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad melakukan Isra’ Mi’raj. Bagi umat Yahudi, lokasi ini adalah tempat berdirinya dua Bait Suci yang disebutkan dalam Alkitab, menjadikannya situs tersuci dalam tradisi Yahudi.

Australia menjatuhkan sanksi keuangan dan larangan perjalanan terhadap dua menteri senior Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, atas dugaan pelanggaran HAM serius terkait kekerasan pemukim Israel di Tepi Barat.

Al-Aqsa di Bawah Pengaturan Status Quo

Sejak direbut Israel dari Yordania dalam Perang Enam Hari tahun 1967, situs ini berada di bawah pengaturan status quo yang memungkinkan Yordania tetap mengelola tempat tersebut melalui lembaga Waqf, sementara Israel mengendalikan akses dan keamanan.

Namun, warga Palestina kerap menuduh Israel secara perlahan mengikis kesepakatan ini, dengan semakin seringnya umat Yahudi terlihat berdoa di dalam kompleks tanpa intervensi aparat.

Menurut Waqf, Ben-Gvir termasuk di antara 1.250 warga Yahudi yang memasuki kawasan tersebut pada Minggu pagi. Meski Ben-Gvir sebelumnya pernah mengunjungi Al-Aqsa, media Times of Israel menyebut ini sebagai pertama kalinya ia berdoa secara terbuka di lokasi tersebut dalam kapasitas resminya sebagai pejabat negara.

Dalam pernyataannya di lokasi, Ben-Gvir menyinggung video para sandera Israel yang baru-baru ini dibebaskan Hamas, menggambarkan kondisi mereka yang memprihatinkan. Ia menilai video tersebut sebagai upaya menekan Israel, seraya kembali menyerukan agar para sandera segera dipulangkan.

Ben-Gvir juga mengulangi tuntutannya agar Israel menduduki seluruh Jalur Gaza dan mendorong "emigrasi sukarela" warga Palestina dari wilayah tersebut—pernyataan yang oleh para pakar disebut sebagai bentuk pemindahan paksa, yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang.

Tindakan dan retorika keras Ben-Gvir sebelumnya telah membuatnya dikenai sanksi oleh Inggris atas tuduhan menghasut kekerasan terhadap komunitas Palestina di Tepi Barat.

Read Entire Article