Mengerikannya Mafia China Kuasai Bisnis dan Kota-Kota di Italia

3 months ago 27

Liputan6.com, Roma - Polisi Italia menangkap 13 orang menyusul penyisiran kelompok mafia China pada hari Senin. Operasi ini dilakukan seiring dengan terjadinya kasus kekerasan antarkeluarga yang bertikai berujung maut.

Penangkapan tersebut mencakup tuduhan seperti perdagangan narkoba, perdagangan seks, dan perampokan berat, kata polisi.

Penggerebekan terjadi di 25 provinsi, termasuk Milan, Roma, Firenze, Prato, dan Catania, kata pejabat polisi anti-kejahatan terorganisir, Andrea Olivadese.

Sebanyak 31 orang lainnya dilaporkan oleh polisi ke otoritas kehakiman, meskipun mereka tidak ditangkap. Sekitar 550 gram, atau 5.500 dosis, metamfetamin kristal "sabu" juga disita. Kejahatan geng-geng tersebut cenderung menyasar sesama warga Tiongkok.

"Seperti mafia tradisional, mereka menggunakan intimidasi atau kekerasan untuk mencapai tujuan mereka. Mereka juga berusaha mendominasi wilayah tempat mereka beroperasi," kata polisi, dikutip dari ABC.

Kelompok mafia China beroperasi dengan konsep balas dendam yang mengakar kuat dan dapat berbentuk perseteruan

Kebangkitan Mafia China

Kebangkitan mafia Tiongkok di Italia khususnya terasa di kota Prato, Tuscany, tempat berbagai kelompok berebut kendali atas pusat manufaktur pakaian jadi terbesar di Eropa.

Geng-geng tersebut berjuang untuk mengendalikan produksi ratusan juta gantungan baju setiap tahun. Pasarnya diperkirakan bernilai 100 juta euro (USD 178 juta).

Mantan kepala unit investigasi kepolisian Prato, Francesco Nannucci, mengatakan, mafia China menjalankan sarang taruhan, prostitusi, dan narkoba. Mereka juga memberikan transfer uang secara diam-diam kepada rekan-rekan mereka di Italia.

"Bagi para pemimpin mafia, yang mampu memimpin di Prato berarti mampu memimpin di sebagian besar Eropa," ujar Nannucci kepada AFP.

Perebutan kota tersebut telah berubah menjadi pertempuran berdarah, dengan seorang rekan mafia Prato ditembak mati pada bulan April saat berjalan di jalanan Roma.

Dengan salah satu komunitas Tionghoa terbesar di Eropa, kota berpenduduk hampir 200.000 jiwa ini telah menyaksikan para pemilik bisnis dan pekerja pabrik Tionghoa dipukuli atau diancam dalam beberapa bulan terakhir, dengan mobil dan gudang dibakar.

Situasi ini menjadi begitu mendesak sehingga jaksa Prato, Luca Tescaroli, telah meminta bantuan Roma, menyerukan pembentukan divisi anti-mafia dan bala bantuan bagi para hakim dan polisi.

Bisnis Penyelundupan

Penangkapan yang diumumkan pada hari Senin menyusul investigasi terpisah yang mengungkap dugaan penganiayaan pekerja di bengkel-bengkel milik Tionghoa di Italia yang merupakan bagian dari rantai pasokan merek-merek mewah seperti Valentino, Giorgio Armani, dan Loro Piana.

Sekitar 5.000 bisnis pakaian dan rajutan di Prato, yang sebagian besar merupakan subkontraktor kecil yang dikelola orang Tionghoa, menghasilkan barang-barang murah yang akhirnya dijual di toko-toko di seluruh Eropa.

Mereka muncul dengan cepat dan tutup dengan cepat pula, bermain kucing-kucingan dengan pihak berwenang untuk menghindari pajak atau denda.

Kain diselundupkan dari China, menghindari bea cukai dan pajak, sementara keuntungannya dikembalikan ke China melalui transfer uang ilegal, kata polisi.

Agar tetap kompetitif, sektor ini bergantung pada tenaga kerja murah yang bekerja 24 jam, sebagian besar dari China dan Pakistan.

Read Entire Article