Laporan Liputan6.com dari Kosta Rika: Tenun Kebersamaan dalam Hangatnya Kopi Sumatera

3 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Beto Pimentel memulai harinya dengan secangkir kopi hangat Sumatera. Setiap pagi, di Lausanne, Swiss. Bagi Senior Green Coffee Trader Starbucks Coffee Trading Company (SCTC) ini, minum kopi bukan sekadar rutinitas. Ini semacam ritual pengingat hubungan panjang dan keakraban bersama para petani kopi Indonesia.

“Ini kopi favorit saya. Ini adalah kopi yang saya minum setiap pagi. Dan setiap kali saya memegang gelas saya, semua wajah dan semua koneksi yang kami miliki di Sumatera langsung teringat,” kata Beto kepada Liputan6.com di Starbucks Visitor Center Hacienda Alsacia, Kosta Rika pada Kamis (11/12).

Relasi personal terbangun tanpa sekat. Tak heran jika pembicaraan tentang kopi Indonesia di Starbucks tidak pernah berdiri sendiri. Terhubung dengan riset, kebijakan keberlanjutan, dan kerja lapangan yang jaraknya ribuan kilometer jauhnya. Yakni di lereng pegunungan Kosta Rika, tepatnya di Hacienda Alsacia.

Dari Kebun Riset di Kosta Rika

Hacienda Alsacia bukan sekadar kebun kopi milik Starbucks. Di lahan seluas 240 hektare ini, riset agronomi dijalankan sebagai fondasi masa depan kopi dunia. Kebun ini juga menjadi satu-satunya Starbucks Farmer Support Center (FSC) di dunia yang memiliki kebun aktif.

Di sini, varietas kopi hibrida dikembangkan melalui proses penyerbukan silang manual. Ketika bunga kopi diserbukkan menggunakan kuas, lalu dibungkus untuk mengontrol perkembangan genetikanya. Tujuannya, menghasilkan tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit seperti karat daun, lebih adaptif terhadap perubahan iklim, dan memiliki tingkat produkivitas yang lebih tinggi.

Hasil riset tidak disimpan sebagai pengetahuan eksklusif. Starbucks menyumbangkan sekitar satu juta benih kopi setiap tahun di Kosta Rika saja, dan secara global telah mendistribusikan benih untuk sekitar 150 juta pohon kopi yang lebih resilien. Pengetahuan dan praktiknya dibagikan secara terbuka dan gratis kepada petani dari berbagai negara.

Sumatera dalam Strategi Global Starbucks

Para agronomis di Hacienda Alsacia berulang kali mengingatkan. Keberhasilan di Kosta Rika tidak serta-merta diterapkan mentah-mentah di negara lain. Perbedaan ketinggian, jenis tanah, dan iklim menuntut pentingnya dilakukan adaptasi lokal. Di sinilah peran Farmer Support Center menjadi krusial, termasuk di Sumatera, Indonesia. Menurut Beto, Indonesia telah lama menjadi origin strategis Starbucks.

“Sumatera adalah komponen yang sangat terkenal dalam blend kami. Profil cupping yang unik dari kopi Sumatera adalah kunci dalam komposisi banyak kopi yang kami sajikan di gerai,” ujarnya.

“Tugas kami adalah menjaga agar kekuatan ini tetap ada, bahkan lebih direvitalisasi.”

Starbucks mendekatkan diri, setia di sisi para petani kopi. Di Berastagi, Sumatera Utara, Starbucks mengoperasikan Farmer Support Center yang memberikan pendampingan gratis bagi petani. Di pusat ini, agronomis bekerja langsung dengan produsen kopi, mulai dari pelatihan praktik budidaya hingga analisis tanah.

“Kami akan mengumpulkan sampel tanah di Sumatera Utara, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” jelas Beto. “Sampel ini dikirim ke laboratorium untuk memberi resep yang tepat, supaya petani tidak membuang investasi mereka.”

Pendekatan ini mencerminkan prinsip yang juga diterapkan di Hacienda Alsacia: riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi diterjemahkan menjadi keputusan praktis di kebun.

Praktik C.A.F.E. yang Dipeluk Petani

Hampir seluruh kopi Starbucks kini bersumber dari pemasok yang terverifikasi melalui C.A.F.E. Practices (Coffee and Farmer Equity) atau Praktik Kopi dan Kesetaraan Petani. Bagi Beto, kekuatan program ini bukan pada kewajiban, melainkan pada penerimaan petani.

“Petani memeluk prinsip C.A.F.E. Practices karena mereka memahami bahwa ini adalah cara yang benar untuk memproduksi kopi dan menjaga pendapatan mereka tetap kuat dari tahun ke tahun.”

Di Indonesia, ribuan petani telah menjadi bagian dari sistem ini selama bertahun-tahun. C.A.F.E. Practices menyediakan kerangka manajerial—bagaimana mengelola lahan, memastikan praktik yang bertanggung jawab, dan menjaga keberlanjutan ekonomi keluarga petani.

Prinsip serupa terlihat di Kosta Rika, di mana keberlanjutan tidak hanya diukur dari hasil panen, tetapi juga dari kualitas hidup pekerja. Di Hacienda Alsacia, Starbucks menyediakan rumah bagi pemetik kopi musiman, pusat penitipan anak, klinik kecil, dan menerapkan kebijakan tanpa pekerja anak secara ketat.

Model tersebut menjadi gambaran bagaimana keberlanjutan dipahami sebagai satu kesatuan: lingkungan, ekonomi, dan manusia.

Komitmen Kebersamaan

Harmonisasi hubungan antara Starbucks dan petani Sumatera tak sekadar hangat di secangkir kopi. Kesedihan dan duka pun terasa ketika bencana menerjang Sumatera akhir November 2025. Beto mengingat saat kabar itu pertama kali diterimanya.

“Saya berbicara dengan pemasok kami setiap hari. Dalam satu percakapan, tiba-tiba koneksi terputus karena badai yang sangat kuat,” ujar Beto.

Relasi dengan petani tidak berhenti pada kerja sama menghasilkan biji kopi terbaik. Di saat krisis, yang diuji adalah komitmen di luar rantai pasok.

Respons bantuan tidak bisa dilakukan sekaligus. Akses ke wilayah terdampak terbatas, dan kondisi geografis Aceh membuat distribusi logistik menjadi tantangan besar.

“Kami juga berupaya menggalang donasi melalui saluran lain, saluran LSM, dan kami telah memberikan dukungan yang sangat, sangat baik di sisi ini dengan berada di sisi pemasok untuk membantu petani praktik C.A.F.E. kami dengan cara terbaik,” ujar Beto.

Starbucks bergerak cepat. Koordinasi bersama mitra lokal dan tim Farmer Support Center di Sumatera, yang sudah lama bekerja langsung dengan komunitas petani. Keberadaan FSC di lapangan memungkinkan respons yang lebih cepat untuk kebutuhan logistik, tetapi juga konteks sosial dan ekonomi petani setempat.

“Ketika Anda berada di Sumatera dan melihat apa yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, pasokan air, waduk yang telah dibangun di utara Takangon, dan desa-desa yang saat ini memiliki akses air yang disediakan oleh Starbucks, dan banyak klinik medis lainnya yang dibangun selama bertahun-tahun,” tutur Beto.

“Semua ini dapat menggambarkan apa yang dilakukan Starbucks untuk wilayah tersebut dalam melestarikan produksi dengan selalu berada di sisi petani, lanjutnya.

Masa depan Kopi Bukan Hanya dari Rasa

Pendekatan ini sejalan dengan filosofi yang dikembangkan di Hacienda Alsacia. Di Kosta Rika, keberlanjutan tidak dimaknai sebatas produktivitas kebun, tetapi juga kesiapan sistem untuk melindungi manusia di balik kopi.

Ketika bencana menghantam Aceh, prinsip yang sama diterapkan: memastikan petani tidak dibiarkan menghadapi krisis sendirian.

Bencana tersebut juga memperkuat urgensi riset jangka panjang yang dilakukan Starbucks. Perubahan iklim tidak lagi bersifat abstrak. Hadir dalam bentuk badai ekstrem, gagal panen, dan gangguan rantai pasok. Di sinilah benih kopi yang lebih tahan serta pendampingan agronomi menjadi relevan bukan hanya untuk kualitas, tetapi untuk ketahanan komunitas.

Dari Aceh hingga Kosta Rika, satu benang merah menjadi semakin jelas: masa depan kopi tidak hanya ditentukan oleh rasa di cangkir, tetapi oleh seberapa kuat sistem yang melindungi para petani ketika alam berubah menjadi semakin tak terduga.

Read Entire Article