Kebijakan Cap Paspor Dihapus, Uni Eropa Terapkan Pemeriksaan Biometrik Mulai Oktober 2025

3 months ago 23

Liputan6.com, Brussels - Mulai 12 Oktober 2025, cap paspor bagi pelancong yang masuk dan keluar Uni Eropa akan digantikan oleh sistem pemeriksaan biometrik. Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Entry/Exit System (EES), yang akan memindai sidik jari dan wajah penumpang di perbatasan negara-negara anggota Uni Eropa.

EES bertujuan menggantikan pemeriksaan paspor manual yang selama ini dilakukan, sebagai upaya memperkuat keamanan perbatasan. Skema ini akan diterapkan secara bertahap selama enam bulan dan diharapkan sepenuhnya berlaku pada 10 April 2026. Sebelumnya, peluncuran sistem ini direncanakan pada November tahun lalu, namun tertunda akibat kendala teknis.

Dengan diberlakukannya EES, warga negara non-Uni Eropa—termasuk warga Inggris pasca-Brexit—wajib mendaftarkan data biometrik mereka, seperti sidik jari dan foto wajah, bersamaan dengan detail paspor saat memasuki wilayah Uni Eropa. Mereka yang menolak memberikan data biometrik tidak akan diizinkan masuk, dikutip dari laman BBC, Minggu (3/8/2025).

Proses pendaftaran biometrik akan dilakukan di titik-titik keberangkatan seperti bandara, pelabuhan, dan stasiun kereta api. Di sana, akan tersedia bilik khusus untuk pemindaian sidik jari dan pengambilan foto. Data tersebut akan berlaku selama tiga tahun, sehingga pada kunjungan berikutnya, pelancong cukup memverifikasi identitasnya melalui pemeriksaan biometrik, yang diklaim Uni Eropa akan lebih cepat dibandingkan pemeriksaan manual.

Pelancong yang menggunakan e-Paspor nantinya juga bisa memanfaatkan e-gate untuk mempercepat proses imigrasi. Pendaftaran EES ini tidak dikenakan biaya.

Data digital akan disimpan selama tiga tahun dan satu hari bagi sebagian besar pelancong. Namun, bagi mereka yang melanggar batas waktu tinggal 90 hari tanpa visa, data biometrik akan disimpan selama lima tahun.

Dalam pertemuan tingkat tinggi di PBB tentang solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina, Prancis menyerukan Uni Eropa agar menekan Israel untuk menerima solusi damai tersebut.

Muncul Kekhawatiran

Kendati bertujuan memperketat keamanan dan meningkatkan efisiensi, penerapan EES menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya antrean panjang, khususnya di masa-masa awal penerapan. Pemerintah Inggris pun telah mengimbau warganya untuk bersiap menghadapi potensi antrean di jam-jam sibuk, mengingat proses pendaftaran biometrik memerlukan waktu beberapa menit.

Uni Eropa, di sisi lain, optimistis bahwa setelah sistem berjalan optimal, waktu tunggu di perbatasan justru akan berkurang karena data pelancong telah terekam sebelumnya. Sejak Inggris resmi keluar dari Uni Eropa, antrean panjang memang kerap terjadi di bandara maupun jalur darat, seperti di Eurotunnel, karena proses pemeriksaan paspor yang lebih ketat.

Salah satu inovasi untuk mengurangi kemacetan di jalur darat adalah penggunaan perangkat genggam yang memungkinkan penumpang mendaftar biometrik dari dalam kendaraan mereka. Selain itu, pos pemeriksaan perbatasan Prancis di Inggris akan tetap beroperasi di Pelabuhan Dover, Eurotunnel di Folkestone, serta terminal Eurostar St. Pancras di London.

Pada Mei lalu, Inggris dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan warga Inggris menggunakan e-gate Uni Eropa. Namun, kebijakan ini baru berlaku setelah EES resmi diterapkan. Sejumlah negara Uni Eropa, seperti Jerman dan Bulgaria, bahkan sudah lebih dulu membuka akses e-gate bagi warga Inggris.

"Begitu EES diberlakukan, warga Inggris akan dapat menggunakan e-gate di lokasi yang tersedia, asalkan mereka telah terdaftar di dalam sistem," ujar juru bicara Komisi Eropa kepada BBC.

Read Entire Article