Kasus Langka di AS: Virus Rabies Menular Lewat Transplantasi Ginjal

3 days ago 9

Liputan6.com, Washington D.C - Seorang pria di Amerika Serikat meninggal dunia akibat infeksi virus rabies setelah menjalani transplantasi ginjal, dalam sebuah kasus langka yang kini menjadi sorotan otoritas kesehatan.

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pasien tersebut menerima ginjal kiri dari seorang donor yang telah meninggal dunia di Idaho pada Desember 2024. Prosedur transplantasi awalnya berjalan lancar dan pasien sempat menunjukkan pemulihan yang baik.

Namun, lebih dari lima minggu setelah operasi, kondisi pasien memburuk. Ia mulai mengalami tremor, kelemahan pada kaki, kebingungan, serta inkontinensia urin. Gejala tersebut berkembang cepat hingga pasien harus dirawat intensif di rumah sakit, sebagaimana dilaporkan Oddity Central, Senin (22/12/2025).

Selama perawatan, pasien mengalami demam tinggi, kesulitan menelan, hidrofobia, gangguan sistem saraf otonom, dan akhirnya memerlukan ventilasi mekanis. Meski mendapat perawatan intensif, ia meninggal dunia sekitar sepekan setelah dirawat.

Hasil pemeriksaan pascakematian mengungkap keberadaan virus rabies pada air liur, kulit leher, dan jaringan otak pasien. Temuan ini mengejutkan tim medis, mengingat keluarga menyatakan korban tidak memiliki riwayat kontak dengan hewan pembawa rabies.

Penyelidikan lanjutan kemudian mengarah pada donor ginjal. Donor tersebut merupakan seorang pria yang sebelumnya dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan dinyatakan mati otak beberapa hari kemudian. Pemeriksaan menunjukkan donor kemungkinan telah terinfeksi rabies sebelum organ diambil untuk transplantasi.

CDC menyatakan kasus ini sangat jarang terjadi, namun menjadi pengingat akan pentingnya skrining menyeluruh terhadap donor organ, terutama pada kasus kematian dengan penyebab yang belum sepenuhnya jelas.

Paparan Pendonor

Dokumen pendonor menunjukkan bahwa ia pernah dicakar sigung sebelum akhirnya ia koma dan tidak pernah sadarkan kembali. Cakaran ini terjadi di pertaniannya yang berusaha melindungi seekor anak kucing dari sigung.

Tidak ada bagian tubuh yang terkena gigitan hewan liar itu, tetapi goresan di tulang kering membuat kesehatannya menurun hingga dalam waktu lima minggu kemudian, ia menunjukkan tanda-tanda kebingungan, kesulitan berjalan dan menelan, kaku leher, dan halusinasi.

Dua hari setelahnya, ia tak sadarkan diri yang ditemukan di rumahnya dan otaknya juga mati. Keluarga korban mulai mengatur donasi organ yang akan disumbangkan, yaitu ginjal kiri, jantung, paru-paru, dan kornea. 

Hasil Uji Lanjutan

Sebelum diberikan kepada orang yang membutuhkan, tes awal rabies menunjukkan hasil negatif, sehingga transplantasi tetap dilanjutkan. Namun, kematian penerima ginjal ini membuat CDC melakukan pengujian lebih lanjut pada sampel yang disimpan. Ternyata, dokter menemukan RNA virus rabies dalam biopsi ginjal kanan pendonor.

Tiga penerima organ dari pendonor yang sama di California, Idaho, dan New Mexico, segera menjalani pengangkatan transplantasi mereka. Mereka juga menerima imunoglobulin rabies dan empat dosis vaksin. Hingga satu pun dari mereka tidak ada yang mengalami gejala apa pun.

Terlepas dari sebutan CDC sebagai "kejadian yang sangat langka," risiko penularan rabies atau infeksi lain melalui transplantasi organ ini tetap sangat rendah. Sejak 1978, hanya empat kasus rabies yang ditularkan melalui transplantasi yang tercatat di Amerika Serikat.

TPPO mengintai WNI di balik tawaran kerja menggiurkan di luar negeri. Simak wawancara khusus Liputan6.com dengan Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Judha Nugraha.

Read Entire Article