Jaga Kesehatan Pekerja, Perusahaan Perlu Siap Siaga Tangani Kegawatdaruratan di Lingkungan Kerja

1 week ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Kesehatan karyawan atau tenaga kerja adalah hal penting bagi setiap perusahaan dan tempat kerja lainnya. Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti pentingnya kesiapsiagaan penanganan kegawatdaruratan di lingkungan kerja. Terutama pada aktivitas riset yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja.

Dokter ahli madya, Rudi Gunawan, menjelaskan kriteria kegawatdaruratan medis. Menurutnya, ada beberapa kondisi kegawatdaruratan medis yang mengancam nyawa dan membahayakan diri, orang lain, atau lingkungan.

Ketua Tim Layanan Kesehatan dan Kedaruratan Nuklir Cisitu itu memberi contoh, kegawatdaruratan ini bisa berupa gangguan jalan napas hingga penurunan kesadaran.

“Adanya gangguan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi, adanya penurunan kesadaran, gangguan hemodinamik, dan memerlukan tindakan segera untuk mencegah komplikasi,” kata Rudi dalam Webinar “Kegawatdaruratan di Tempat Kerja” yang diselenggarakan Direktorat Pengelolaan Laboratorium dan Fasilitas Riset BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung pada Kamis (11/12/2025).

Ia juga memaparkan perbedaan risiko berdasarkan kategori usia pekerja, sebagai berikut:

  • Pekerja muda (18–35 tahun) lebih rentan mengalami cedera akibat minimnya pengalaman dan perilaku berisiko, sehingga membutuhkan pelatihan intensif dan pengawasan.
  • Pekerja madya (36–50 tahun) cenderung rentan terhadap penyakit akut dan masalah muskuloskeletal sehingga pemeriksaan rutin dan manajemen stres sangat dianjurkan.
  • Pekerja tua (51–65 tahun) menghadapi risiko lebih tinggi karena penyakit kronis dan respons tubuh yang lebih lambat dalam situasi darurat.
  • Pekerja lansia (65+ tahun), keterbatasan fisik membuat risiko insiden menjadi lebih kompleks.

Potensi Bahaya di Tempat Kerja bagi Para Peneliti

Dalam konteks BRIN, berbagai potensi bahaya seperti bahan kimia, mekanik, listrik, dan radiasi menuntut penanganan cepat sesuai protokol ABCDE, yakni:

  • Airway: buka dan bersihkan jalan napas jika tersumbat.
  • Breathing: periksa napas dan berikan napas buatan bila diperlukan.
  • Circulation: cek nadi dan lakukan kompresi dada jika terjadi henti jantung.
  • Disability: periksa kesadaran dan reaksi pupil.
  • Exposure: periksa tubuh untuk luka tanpa menggerakkan secara berlebihan.

Rudi pun menekankan pentingnya pencegahan melalui penggunaan alat pelindung diri (APD), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rutin, dan pengecekan area kerja.

Kondisi Darurat pada Rongga Mulut

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Gigi Ahli Muda BRIN, Rizky Friskylia, memaparkan kondisi darurat pada rongga mulut.

“Kondisi tersebut disebabkan trauma gigi dan jaringan penyangga, infeksi rongga mulut, serta komplikasi pasca perawatan gigi. Gejalanya berupa nyeri tak tertahankan, pembengkakan, pendarahan tak terkontrol, serta gigi patah, goyang, atau lepas dari soket,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya pencegahan melalui penggunaan pelindung gigi, menghindari kebiasaan menggigit makanan keras, tidak menggunakan gigi untuk membuka botol atau kemasan, serta melakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan.

Kenali Penyebab Nyeri Dada

Sementara, Dokter Ahli Muda BRIN, Prabandhini Wardani, membahas penyebab nyeri dada yang bisa berasal dari organ di rongga dada, penjalaran dari organ perut, ataupun faktor psikis seperti serangan panik.

“Nyeri dada bisa disebabkan jantung (angina) dan bukan jantung. Angina rasanya seperti tertindih benda berat, tercekik, durasinya 2–20 menit, dan menjalar ke rahang, leher, lengan, atau punggung,” jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa nyeri dada harus diwaspadai sebagai indikasi serangan jantung, terutama pada individu berusia di atas 50 tahun, perokok, penderita hipertensi, diabetes, kadar lemak tinggi, atau obesitas.

Di akhir sesi, Prabandhini menegaskan pentingnya pola hidup sehat untuk pencegahan.

“Kenali riwayat inti, rutin berolahraga, konsumsi makanan berserat, batasi lemak jenuh, jaga berat badan ideal, obati hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, kelola stres, tidak merokok, serta batasi konsumsi alkohol,” tutupnya.

Read Entire Article