Fakta Anak-anak Gaza Bisa Masuk AS Tuai Kritik, Trump Putuskan Hentikan Visa

2 months ago 15

Liputan6.com, Washington, DC - Sehari setelah aktivis konservatif Laura Loomer mengunggah video di media sosial yang memperlihatkan anak-anak dari Gaza tiba di Amerika Serikat (AS) untuk menjalani perawatan medis dan mempertanyakan bagaimana mereka bisa mendapatkan visa, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan sikap. Pihaknya menghentikan seluruh penerbitan visa kunjungan bagi warga Gaza sambil menunggu proses peninjauan.

Kementerian Luar Negeri AS pada Sabtu (16/8/2025) mengatakan visa tersebut dihentikan sementara sembari meninjau bagaimana sejumlah kecil visa kemanusiaan sementara untuk tujuan medis dikeluarkan dalam beberapa hari terakhir. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Minggu (17/8) menjelaskan dalam program Face the Nation di CBS bahwa penghentian sementara itu dilakukan setelah adanya komunikasi dari beberapa kantor kongres yang mengajukan pertanyaan terkait hal tersebut.

Rubio mengatakan hanya sejumlah kecil visa diberikan kepada anak-anak yang membutuhkan bantuan medis, namun mereka datang didampingi orang dewasa. Dia menambahkan, sejumlah kantor kongres menyampaikan bukti bahwa beberapa organisasi yang terlibat dalam pengurusan visa memiliki keterkaitan kuat dengan kelompok teroris seperti Hamas. Namun, dia tidak menunjukkan bukti maupun menyebutkan nama organisasi yang dimaksud.

"Akibatnya, kami akan menghentikan sementara program ini dan meninjau ulang bagaimana proses pemeriksaan visa dilakukan, serta apakah ada, jika memang ada, hubungan antara organisasi-organisasi itu dengan proses pengurusan visa," tutur Rubio seperti dilansir AP.

Dicap Ancaman Keamanan Nasional AS

Loomer pada Jumat (15/8) mengunggah video di platform media sosial X yang memperlihatkan anak-anak dari Gaza tiba awal bulan ini di San Francisco dan Houston untuk menjalani perawatan medis dengan bantuan organisasi bernama HEAL Palestine.

"Meskipun AS menyatakan tidak menerima 'pengungsi' Palestina di bawah pemerintahan Donald Trump, orang-orang dari Gaza ini ternyata bisa masuk ke AS," kata dia.

Dia menyebut hal ini sebagai ancaman keamanan nasional dan mempertanyakan siapa yang menyetujui visa tersebut, sambil menuntut agar orang itu dipecat. Dalam unggahannya, dia menandai Rubio, Presiden Trump, Wakil Presiden JD Vance, Gubernur Texas dari Partai Republik Greg Abbott, dan Gubernur California Gavin Newsom dari Partai Demokrat.

Trump meremehkan pengaruh Loomer terhadap pemerintahannya, namun beberapa pejabat segera mengundurkan diri atau diberhentikan tidak lama setelah dia mengkritik mereka secara terbuka.

Kementerian Luar Negeri AS pada Minggu (17/8) menolak berkomentar mengenai berapa banyak visa yang telah diberikan dan apakah keputusan menghentikan visa bagi warga Gaza berkaitan dengan unggahan Loomer.

Respons HEAL Palestine

HEAL Palestine dalam pernyataannya pada Minggu mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan keputusan Kementerian Luar Negeri AS menghentikan visa kunjungan bagi warga Gaza. Organisasi itu menyebut dirinya sebagai organisasi kemanusiaan nirlaba asal AS yang memberikan bantuan darurat dan perawatan medis bagi anak-anak di Palestina.

Sebuah unggahan di laman Facebook organisasi tersebut pada Kamis (14/8) menampilkan foto seorang anak laki-laki dari Gaza yang meninggalkan Mesir menuju St. Louis untuk menjalani perawatan dan menambahkan bahwa dia adalah anak ke-15 yang berhasil dievakuasi ke AS dalam dua pekan terakhir.

Organisasi itu menyebut mereka membawa anak-anak dengan luka berat ke AS dengan visa sementara untuk mendapatkan perawatan yang tidak bisa mereka peroleh di Gaza. Setelah perawatan selesai, anak-anak tersebut dan anggota keluarga yang mendampingi akan kembali ke Timur Tengah.

"Ini adalah program perawatan medis, bukan program pemukiman kembali pengungsi," tegas organisasi tersebut.

Seruan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berulang kali menyerukan lebih banyak evakuasi medis dari Gaza, di mana aksi brutal militer Israel yang berlangsung lebih dari 22 bulan telah menghancurkan atau merusak sebagian besar sistem kesehatan di wilayah itu.

"Lebih dari 14.800 pasien masih membutuhkan perawatan medis yang menyelamatkan jiwa dan tidak tersedia di Gaza," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (13/8) di media sosial, sambil menyerukan lebih banyak negara memberikan dukungan.

Penjelasan WHO tentang proses evakuasi medis dari Gaza yang diterbitkan tahun lalu menjelaskan bahwa WHO mengajukan daftar pasien kepada otoritas Israel untuk pemeriksaan keamanan. Disebutkan bahwa sebelum perang di Gaza dimulai, 50 hingga 100 pasien setiap hari meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis dan WHO menyerukan peningkatan jumlah persetujuan dari pihak berwenang Israel.

PBB dan mitra-mitranya mengatakan obat-obatan dan bahkan pasokan kesehatan dasar menipis di Gaza setelah Israel memutus semua bantuan ke wilayah berpenduduk lebih dari 2 juta orang itu selama lebih dari 10 minggu awal tahun ini.

"Gencatan senjata! Perdamaian adalah obat terbaik," tegas Tedros pada Rabu.

Read Entire Article