Dubes Sergei Tolchenov: Rusia Tolak Keterlibatan NATO dalam Skema Keamanan Ukraina

2 months ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa Moskow menolak keras keterlibatan NATO dalam memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina.

Menurutnya, jika pasukan NATO secara resmi hadir di wilayah Ukraina, hal itu akan dianggap sebagai tindakan agresi langsung terhadap Rusia.

"Kami masih melihat adanya dukungan tidak resmi NATO kepada Ukraina. Namun bila tentara NATO secara resmi ditempatkan di sana, itu berarti NATO terlibat langsung dalam permusuhan di pihak Ukraina," ujar Tolchenov di Jakarta pada Rabu (20/8/2025).

Ia menambahkan bahwa jaminan keamanan bagi Ukraina tetap bisa dibahas, tetapi bukan dari NATO.

Menurutnya, solusi lebih konstruktif adalah melibatkan negara-negara lain yang memiliki posisi penting dalam diplomasi global dan pendekatan yang lebih seimbang terhadap Rusia.

Tolchenov juga menyinggung keberadaan Friends for Peace untuk perdamaian di Ukraina, sebuah inisiatif yang berawal dari Brasil dan Tiongkok, dan kini beranggotakan hampir 20 negara.

Menurut Dubes Tolchenov, Indonesia sudah menjadi bagian dari kelompok tersebut sejak tahun lalu.

"Negara-negara dalam kelompok Friends for Peace termasuk Indonesia, bisa berperan sebagai penjamin perjanjian damai Ukraina. Kami sangat menghargai upaya banyak negara yang ingin berkontribusi pada solusi damai," ujar Dubes Tolchenov.

Dengan demikian, Rusia menegaskan kembali bahwa jalan menuju perdamaian harus ditempuh melalui kerja sama internasional yang lebih luas, tanpa keterlibatan langsung NATO.

Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat dalam panggilan telepon yang panjang pada hari Selasa untuk segera menghentikan serangan terhadap energi

Pertemuan Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska

Dubes Sergei Tolchenov menegaskan bahwa Putin dan Trump sepakat melanjutkan pembicaraan langsung terkait krisis Ukraina. Pertemuan di Alaska, tidak hanya membahas kemungkinan gencatan senjata, tetapi juga solusi jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan nasional masing-masing pihak.

"Hal yang terpenting bagi kami adalah kesepahaman awal yang sudah dicapai antara Presiden Putin dan Presiden Trump di Anchorage, Alaska. Keduanya menekankan pentingnya mencari jalan keluar yang langgeng, bukan sekadar solusi sementara," ujarnya.

Tolchenov menyebut bahwa selama pembicaraan, Putin menegaskan Rusia memiliki kepentingan nasional yang harus dilindungi, sama halnya dengan Amerika Serikat, Ukraina, dan Eropa.

Menurutnya, salah satu kekhawatiran terbesar Rusia adalah ekspansi NATO ke perbatasan barat, termasuk rencana pendirian pangkalan militer di Ukraina serta pengiriman senjata jarak jauh kepada pasukan Kyiv.

"Itu semua adalah ancaman nyata bagi keamanan nasional kami. Akar penyebab krisis Ukraina harus diatasi, termasuk status netral Ukraina serta penghormatan terhadap hak-hak penduduk berbahasa Rusia di sana," tambahnya.

Tolchenov juga menyinggung perubahan situasi di medan perang. Ia menyebut wilayah yang saat ini dikuasai pasukan Rusia sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai bagian dari Ukraina.

"Jika kesepakatan damai tercapai pada Maret atau April 2022, pembicaraan hanya mencakup Krimea, Donetsk, dan Lugansk. Namun sekarang, Kyiv sudah kehilangan lebih banyak wilayah, dan jika Presiden Zelenskyyy memilih melanjutkan perang, kerugiannya akan semakin besar," tegasnya.

Menurut Tolchenov, pembahasan antara Putin dan Trump akan terus berlanjut, baik dalam isu Ukraina maupun persoalan internasional lainnya, dengan tujuan mencari solusi yang berkelanjutan.

Read Entire Article