Liputan6.com, Roma - Untuk pertama kalinya sejak pecahnya invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, dirigen kondang Valery Gergiev diundang kembali ke panggung Eropa. Ia dijadwalkan tampil dalam festival musik klasik Un’Estate da RE di wilayah Campania, Italia, akhir bulan ini.
Mengutip BBC, Senin (14/7/2025), undangan terhadap Gergiev—yang dikenal sebagai sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin—menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk wakil presiden Parlemen Eropa, aktivis hak asasi manusia Ukraina, hingga oposisi Rusia.
Gergiev telah lama menjabat sebagai direktur teater negara Rusia, Bolshoi dan Mariinsky, serta dikenal mendukung kebijakan Kremlin. Namun hingga kini ia belum pernah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Pemimpin wilayah Campania, Vincenzo De Luca, membela keputusan mengundang Gergiev. Dalam siaran langsungnya, ia menyatakan bahwa kebudayaan seharusnya tak tunduk pada logika politik.
"Kami tidak meminta para seniman bertanggung jawab atas keputusan politisi," ujarnya.
De Luca bahkan menyebut larangan terhadap seniman pro-Putin sejak awal perang sebagai “momen kegilaan”. Ia menegaskan bahwa dirinya “bangga” menyambut Gergiev ke Italia.
Namun, sejumlah tokoh mengecam keras keputusan ini. Pina Picierno, wakil presiden Parlemen Eropa asal Campania, menyebut undangan itu “sama sekali tidak bisa diterima”. Ia menilai Gergiev sebagai “corong budaya bagi kejahatan Putin”.
Tuai Kontroversi di Parlemen
Aktivis Ukraina peraih Nobel, Oleksandra Matviichuk, menyebut langkah Campania sebagai “kemunafikan”. Sementara itu, Yayasan Anti-Korupsi milik mendiang Alexei Navalny meminta Kementerian Dalam Negeri Italia melarang Gergiev masuk ke negara itu.
Sebelum invasi Rusia, Gergiev merupakan sosok populer di panggung Eropa, termasuk La Scala Milan, London Symphony Orchestra, dan Munich Philharmonic. Namun setelah ia menolak mengecam perang, jadwal konsernya dibatalkan dan ia dipecat dari berbagai posisi.
Polemik ini mencuat bersamaan dengan pertemuan para pemimpin Eropa di Italia untuk membahas dukungan terhadap Ukraina. Meskipun Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dikenal sebagai pengkritik keras Putin, Kementerian Kebudayaan Italia turut mendukung festival tempat Gergiev akan tampil.
Anggota senior partai Meloni, Alfredo Antoniozzi, justru menyebut Gergiev sebagai “seniman besar”. Ia menilai, “Jika semua warga Rusia harus menanggung kesalahan presidennya, maka itu bentuk genosida budaya.”
Uni Eropa sendiri belum memberlakukan sanksi langsung terhadap Gergiev, meskipun Komisi Eropa menyatakan bahwa panggung seni sebaiknya tidak memberi ruang bagi seniman yang mendukung perang agresi.