Cerita Rani Piputri dan Tanah Sullivan, 2 Diaspora yang Pulang ke Indonesia dan Berkarier di Danantara

2 months ago 22

Liputan6.com, Jakarta - Rani Piputri dan Tanah Sullivan berbagai panggung di Diaspora Global Summit 2. Keduanya jadi pembicara dalam sesi: Indonesia's Talent Recruitment Strategies for a Competitive Future yang berlangsung di JS Luwansa Hotel, Jakarta, pada Selasa (12/8/2025).

Rani dan Tanah adalah diaspora yang memilih kembali ke Tanah Air dan kini berkarier untuk Danantara -- Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, sebuah lembaga investasi strategis yang didirikan oleh pemerintah Indonesia.

Danantara berfungsi untuk mengonsolidasikan dan mengoptimalkan investasi pemerintah guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Setelah meniti karier di panggung keuangan global, Rani Piputri memutuskan kembali ke Tanah Air untuk mengabdi. Kini, ia menjabat sebagai Kepala Investasi Publik di Danantara Indonesia.

Posisi ini menjadi wadah baru bagi Rani untuk mengalirkan pengalaman panjangnya di Goldman Sachs, Aspect Capital, hingga pengalamannya sebagai dosen di University of Amsterdam.

Lulusan Master of Science in Financial Econometrics dari Erasmus University Rotterdam ini mengaku, pulang ke Indonesia adalah panggilan hati sekaligus langkah strategis.

"Saya sampai bisa kuliah dan bekerja di luar negeri itu karena dukungan banyak pihak, termasuk beasiswa dari negara ini. Jadi, saya merasa sekaranglah saatnya memberi kembali," ujar Rani.

Namun, alasannya pulang tak hanya soal ikatan emosional. Dari kacamata seorang investor, ia melihat prospek Indonesia justru lebih cerah di tengah ketidakpastian global.

"Kalau melihat keadaan ekonomi dunia, kita in a good place. Pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi dibanding banyak negara maju. Bahkan investor asing kini mulai melirik pasar negara berkembang seperti Indonesia," katanya.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi mengelola 844 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk anak, cucu, hingga cicit usaha.

Rani: Rumput Tetangga Tak Lebih Hijau

Rani mengungkap, pengalaman di luar negeri membuka perspektif bahwa "rumput tetangga" tak selalu lebih hijau. Ia menilai, justru banyak orang di luar negeri yang lebih optimistis terhadap Indonesia dibanding sebagian warganya sendiri.

Karena itu, ia menyambut baik upaya pemerintah membawa pulang talenta diaspora. Menurutnya, Indonesia punya banyak ilmuwan dan profesional hebat di mancanegara, tetapi kepulangan mereka sering terkendala urusan pekerjaan, keluarga, hingga kewarganegaraan.

"Kalau hal-hal seperti ini difasilitasi, dampaknya bisa besar. Lihat saja India yang bisa memanfaatkan warganya di Silicon Valley untuk berkontribusi ke negara," ujarnya.

Sebagai profesional di bidang investasi, Rani menekankan pentingnya kepastian hukum.

"Siapa pun yang ingin menanamkan modal pasti ingin tahu jaminan keamanan investasinya, mekanisme keluar, dan bagaimana regulasinya dijalankan. Walaupun prosesnya mungkin tidak selalu menyenangkan, asal jelas dan transparan, itu akan membantu orang membuat perencanaan," jelasnya.

Rani juga menyampaikan keyakinan bahwa Indonesia memiliki modal utama: semangat juang yang mengakar.

"DNA kita adalah daya juang. Imigran Indonesia di luar negeri terbukti ulet dan gigih. Kita punya banyak SDM hebat -- tinggal bagaimana kita membuka dan mengoptimalkan potensinya," tutupnya.

Tanah Sullivan: Dari Davos ke Jakarta

Sementara itu, bagi Tanah Sullivan, Indonesia bukan sekadar tanah kelahiran, melainkan sumber identitas dan inspirasi yang membentuk seluruh perjalanan kariernya.

Setelah berkarier di panggung global -- dari World Economic Forum di Davos, memimpin keberlanjutan di GoTo Group, hingga bekerja di pemerintahan Kanada dan Australia -- ia memutuskan kembali ke tanah air.

Kini, ia menjabat sebagai Global Relations and Partnerships Director di Danantara, lembaga investasi kedaulatan yang dibentuk Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025 untuk mengelola dan mengoptimalkan aset negara demi pertumbuhan ekonomi.

"Di setiap posisi yang pernah saya jalani di luar negeri, selalu ada benang merah yang menghubungkan saya dengan Indonesia," ujar Tanah.

"Saya selalu merasa Indonesia sedang punching below its weight. Kita punya sumber daya, talenta, dan peluang luar biasa, tapi formula untuk mengunci potensi itu belum pas. Danantara bisa menjadi kendaraan untuk mewujudkannya."

Spirit yang Dibawa dari Keluarga

Kecintaan Tanah terhadap negeri ini bukan datang tiba-tiba. Ibunya, seorang guru sekolah negeri asal Jakarta, menanamkan keyakinan bahwa membangun institusi publik adalah investasi terbesar bagi masa depan bangsa.

Meski berpendidikan tinggi di luar negeri, sang ibu memilih mengajar di sekolah negeri demi berkontribusi pada pendidikan generasi berikutnya.

"Mindset itu yang kami bawa sampai sekarang," kata Tanah.

"Bahkan saudara-saudara saya ada yang menjadi driver Gojek dan penjual GoFood. Saat saya di GoTo, saya melihat langsung tantangan mereka mencari penghasilan yang cukup. Tapi fighting spirit mereka luar biasa."

Optimisme dan Daya Juang Indonesia

Bagi Tanah, salah satu keunggulan Indonesia yang tidak dimiliki banyak negara adalah kemampuan warganya untuk bertahan dan berinovasi di tengah keterbatasan. Ia mencontohkan, meski Filipina memiliki kesamaan demografi dan sumber daya dengan Indonesia, ekosistem inovasinya tidak setangguh di sini.

"Di Indonesia, mau dari latar belakang apa pun, tetap ada peluang untuk berhasil. Memang banyak tantangan, tapi yang penting ada harapan dan jalan untuk mencapainya," ujarnya.

Misi di Danantara

Dengan pengalamannya di panggung internasional dan jejaring global, Tanah melihat Danantara bukan hanya sebagai pengelola investasi negara, tetapi juga sebagai katalis pembentukan perusahaan-perusahaan kelas dunia dari Indonesia. Baginya, ini adalah kesempatan untuk mencetak generasi pemimpin berikutnya—baik di pemerintahan, sektor swasta, maupun masyarakat sipil—yang siap membawa Indonesia ke tahap perkembangan selanjutnya.

"Bagi saya, pulang ke Indonesia bukan sekadar kembali secara fisik, tapi juga tentang mengunci potensi bangsa ini untuk jangka panjang," pungkasnya.

Read Entire Article