5 Penyakit yang Paling Sering Sebabkan Tuli, Congek hingga Trauma Akustik

1 month ago 36

Liputan6.com, Jakarta Tuli adalah gangguan pendengaran baik sebagian maupun total pada salah satu atau kedua telinga.

Terdapat lima penyakit yang paling sering menyebabkan Tuli, yaitu:

  1. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau congek;
  2. serumen atau kotoran telinga;
  3. kongenital atau bawaan;
  4. presbikusis atau penurunan kemampuan dengar karena bertambah usia; dan
  5. trauma akustik.

Menurut dokter spesialis telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi, Jember, Denny Rizaldi, congek terjadi akibat adanya infeksi kronis pada telinga bagian tengah. Disertai adanya lubang pada gendang telinga dan keluarnya cairan atau nanah.

Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak umumnya usia 6-18 bulan hingga 2 tahun. Congek memiliki gejala seperti nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, penurunan pendengaran, dan telinga terasa penuh.

Kondisi ini dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya karena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), batuk pilek berulang, alergi, dan daya tahan tubuh rendah.

“Solusinya adalah segera periksakan telinga ke dokter, konsumsi obat secara teratur dan kontrol rutin, lakukan pembersihan telinga di dokter, hindari penggunaan cotton buds atau pembersih telinga yang terbuat dari besi, terlebih lagi bulu ayam,” kata Denny dalam podcast zoom J-NGEPODS melansir laman Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Jember, Jumat (14/3/2025).

Ia juga mengingatkan untuk menerapkan pola hidup sehat guna menjaga daya tahan tubuh agar tetap baik.

Sebuah alat bantu dengar membuat bayi tuli bisa mendengar untuk pertama kalinya. Reaksinya sangat lucu dan menggemaskan.

Promosi 1

Gangguan Dengar Akibat Serumen Telinga

Denny pun menjelaskan tentang serumen telinga. Menurutnya, serumen merupakan hasil produksi kelenjar di liang telinga yang berfungsi sebagai pelindung telinga dari kerusakan, infeksi, dan serangga.

Serumen adalah cairan yang diproduksi secara alami oleh kelenjar minyak di dalam liang telinga.

“Perlu diwaspadai jika serumen telinga berwarna hitam, disertai bercak darah, dan berbau tidak sedap. Serumen dapat mengembang dan menutup liang telinga yang menyebabkan Tuli ringan hingga sedang,” ujarnya.

Dia mengingatkan, mengorek telinga bukanlah hal yang dianjurkan. Pasalnya, telinga dapat membersihkan diri misalnya melalui proses mengunyah.

“Telinga punya cara membersihkan diri, seperti saat mengunyah. Jika telinga terasa terganggu, jangan dikorek segera periksa ke puskesmas atau dokter setempat, dan periksa telinga ke dokter secara rutin enam bulan sekali,” sarannya.

Penyakit Pendengaran Kongenital

Sementara, penyakit kongenital adalah penyakit bawaan. Ada berbagai penyakit bawaan lahir salah satunya yang mengganggu pendengaran.

Biasanya, disebabkan kelainan liang telinga, tuli saraf bawaan, kelainan daun telinga, dan kelainan telinga dalam.

“Yang harus dilakukan adalah pemeriksaan fungsi pendengaran pada bayi baru lahir oleh dokter dan rutin kontrol kehamilan ke fasilitas kesehatan. Jika anak terindikasi mengalami ketulian segera lakukan pemeriksaan agar tidak terjadi keterlambatan bicara,” imbau Denny.

Presbikusis atau Telinga Tua

Gangguan telinga juga bisa dialami seiring bertambahnya usia. Gangguan ini disebut presbikusis atau dikenal pula dengan telinga tua.

Kondisi ini terjadi akibat kedua telinga tidak bisa mendengar suara bervolume tinggi akibat penuaan, penyakit berkelanjutan, obat- obatan, dan bising. Umumnya presbikusis terjadi pada pasien dengan usia di atas 65 tahun.

Gejala presbikusis dapat berupa telinga sering berdengung, tidak mendengar suara bervolume tinggi, sulit memahami perkataan orang lain, sering meminta orang lain untuk mengulang perkataan, dan selalu meningkatkan volume suara radio dan televisi.

“Yang harus dihindari adalah berada di tempat bising, mendengar suara keras, dan kebiasaan merokok,” ujar Denny.

Trauma Akustik

Trauma akustik dalam bahasa medis adalah Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Ini merupakan gangguan pendengaran akibat kerusakan telinga yang dipicu mendengarkan suara bising atau intensitas tinggi.

Pengidapnya mengalami suara berdenging disertai nyeri di telinga dan terjadi penurunan pendengaran. Pencegahan yang harus dilakukan adalah menghindari menggunakan pengeras suara dengan volume yang tinggi dalam waktu yang lama dan gunakan alat pelindung pendengaran saat bekerja.

“Bagi pasien yang terlanjur mengalami Tuli jangan berkecil hati, penggunaan alat bantu dengar dapat membantu pendengaran sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Untuk pengguna earphone pergunakan volume suara maksimal 60 persen dari volume maksimal dan gunakan earphone maksimal 60 menit,” pungkas Denny.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |