22 Agustus 1978: Presiden Pertama Kenya Jomo Kenyatta Meninggal di Usia 89 Tahun

2 months ago 11

Liputan6.com, Nairobi - Presiden Kenya sekaligus bapak pendiri bangsa, Jomo Kenyatta, wafat di kediamannya di Mombasa pada 22 Agustus 1978.

Pengumuman resmi disampaikan melalui radio Voice of Kenya, menyebut Kenyatta meninggal dengan tenang dalam tidurnya pada Selasa pagi.

Sebagai tanda duka, toko dan perkantoran di ibu kota Nairobi maupun kota-kota lain di Kenya langsung ditutup sepanjang hari.

Kenyatta yang sehari sebelumnya masih tampak sehat di hadapan publik, kabar wafatnya bikin terkejut warga kenya. Namun sepekan sebelumnya, ia sempat mengadakan pertemuan keluarga di Mombasa yang memicu spekulasi tentang kesehatannya, dilansir dari BBC, Jumat (22/8/2025).

Sosok Bapak Bangsa

Jomo Kenyatta, berusia 89 tahun, dipandang luas sebagai bapak pendiri Kenya sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1963.

Lahir dengan nama Johnstone Kamau, ia kemudian mengganti namanya menjadi Kenyatta, yang berarti "cahaya Kenya” dalam bahasa Swahili, pada 1920-an.

Sebagai anggota suku Kikuyu, kelompok terbesar di Kenya, Kenyatta dikenal sebagai salah satu tokoh nasionalis Afrika yang paling menonjol. Ia menghabiskan 15 tahun di London untuk memperjuangkan kemerdekaan negaranya sebelum kembali ke tanah air pada 1946.

Enam tahun kemudian, pada 1952, ia dipenjara oleh Inggris dan menghabiskan sembilan tahun di balik jeruji. Meski begitu, setelah merdeka Kenyatta justru dikenal sebagai salah satu presiden Afrika yang paling pro-Inggris. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Kenya sempat berkembang pesat.

Namun Kenyatta juga dikenal keras terhadap perbedaan pendapat. Pada 1969, ia melarang beberapa partai oposisi di Kenya.

Dunia Ikut Berduka

Ratu Elizabeth II mengirimkan pesan belasungkawa kepada istri Kenyatta dan rakyat Kenya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Persemakmuran, Shridath Ramphal, menyatakan bahwa dunia kehilangan sosok besar.

“Kita telah kehilangan sosok besar di zaman kita,” ujar Ramphal.

Usai wafatnya Kenyatta, wakil presiden Daniel arap Moi mengambil alih jabatan presiden selama 90 hari hingga pemilihan baru digelar.

Jejak Setelah Kepergian Kenyatta

Nama Jomo Kenyatta hingga kini masih dihormati rakyat Kenya. Setiap Oktober, hari libur nasional digelar untuk mengenang jasa-jasanya.

Daniel arap Moi, yang menggantikan Kenyatta, kemudian membentuk sistem satu partai pada 1982. Tekanan internasional memaksa Kenya menggelar pemilu pada 1992 dan 1997, meski diwarnai kekerasan dan kecurangan, hingga Moi tetap bertahan di tampuk kekuasaan.

Di bawah Moi, ekonomi Kenya merosot tajam, diperparah dengan bencana kekeringan terburuk dalam 30 tahun terakhir.

Hingga akhirnya pada Desember 2002, Mwai Kibaki dan partainya, National Rainbow Coalition, meraih kemenangan besar dalam pemilu, mengalahkan kandidat pilihan Moi. Kibaki juga mengalahkan putra Jomo Kenyatta sendiri, Uhuru, yang kemudian hari menjadi presiden Kenya.

Read Entire Article