Pengungsi Ukraina Menangkan Turnamen Sumo Bergengsi di Jepang

21 hours ago 6

Liputan6.com, Tokyo - Seorang pesumo Ukraina berusia 21 tahun yang melarikan diri dari invasi Rusia memenangkan sebuah kompetisi sumo tingkat elite di Jepang

Yavhusishyn Danylo, yang dikenal dengan nama ring Aonishiki, keluar sebagai juara dalam Grand Sumo Tournament pada hari Minggu (23/11/2025). Pada pertandingan penentu, ia berhasil mengalahkan Hoshoryu, pesumo kelahiran Mongolia yang merupakan salah satu nama teratas dalam peringkat sumo.

"Ini adalah perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ujar Aonishiki usai pertandingannya, seperti dilansir NHK. "Saat itu, rasanya tubuh saya bergerak dengan sendirinya, menggunakan kekuatan saya apa adanya. Saya telah dengan tekun mengikuti semua arahan master saya dan itulah yang membawa saya pada hasil ini."

Kemenangan ini menjadi puncak dari perjalanan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya—sebuah perjalanan meteorit dalam olahraga yang sarat tradisi—selama tiga tahun sejak ia tiba di Jepang ketika perang sedang mengoyak tanah kelahirannya.

Sejak kecil, ia sebenarnya memulai karier olahraga dari gulat dan judo di Ukraina, negara yang memiliki tradisi panjang dalam seni bela diri dan banyak melahirkan peraih medali Olimpiade di cabang gulat. Pada usia tujuh tahun, ia kemudian berpindah ke sumo setelah melihat para atlet sumo berlatih di fasilitas judo tempat ia berlatih, menurut Asahi Shimbun, afiliasi CNN.

Bakatnya segera tampak. Pada usia 15 tahun, ia berhasil meraih posisi ketiga di kejuaraan dunia sumo junior di Jepang—dan dari ajang itulah ia menjalin persahabatan dengan pegulat Jepang, Arata Yamanaka.

Namun perjalanan itu terhenti seketika pada tahun 2022 ketika Rusia menginvasi Ukraina. Fasilitas latihan hancur dan para atlet bersama keluarga mereka terpaksa mengungsi ke luar negeri—termasuk Aonishiki, yang pindah ke Jerman bersama keluarganya.

"Saya pikir akan sangat disayangkan kalau karier olahraga saya berakhir di situ," kata Aonishiki kepada NHK dalam sebuah dokumenter tentang perjalanannya yang tayang pada bulan Juli.

Dengan tekad untuk tetap melanjutkan sumo, ia memutuskan pergi seorang diri ke Jepang pada usia 18 tahun. Di sana, Yamanaka—temannya yang saat itu menjabat sebagai kapten klub sumo Universitas Kansai—menawarkan tempat tinggal di rumah keluarganya dan membantu mengatur agar Aonishiki bisa berlatih bersama klub universitas tersebut.

Aonishiki, nama ring yang dipakainya berarti "biru"—salah satu warna dalam bendera Ukraina.

Pelan tetapi pasti, Aonishiki membangun kembali kariernya di negara dan bahasa yang sepenuhnya baru baginya. Ia cepat menjadi fasih berbahasa Jepang dan naik peringkat dengan kecepatan mencolok—mengalahkan rekan-rekan pegulat universitasnya meski tubuhnya lebih ringan dari rata-rata pegulat divisi atas, yakni hanya 140 kilogram atau 308 pon.

Perjalanan itu kemudian membawanya bergabung dengan markas pelatihan sumo Ajigawa di Tokyo, tempat ia tinggal, berlatih, dan bertanding sebagai pegulat profesional. Ketika memasuki turnamen hari Minggu itu, ia sudah berada di peringkat Sekiwake—peringkat tertinggi ketiga—meski baru mengikuti 13 turnamen. Laju ini luar biasa cepat dalam dunia sumo, di mana peringkat para pegulat kerap naik turun bergantung pada performa mereka.

Setelah kemenangan Aonishiki, menurut NHK, badan pengelola sumo nasional mengadakan pertemuan luar biasa untuk membahas kemungkinan promosi dirinya ke gelar Ozeki, gelar tertinggi kedua dalam sumo.

Namun Aonishiki sendiri memiliki ambisi yang lebih besar.

"Masih ada satu peringkat lagi di atas ini, jadi saya ingin mengincarnya," tuturnya, dengan pandangan tertuju pada gelar puncak: Yokozuna.

Read Entire Article