Liputan6.com, Teheran - Iran menyatakan pada Senin (14/7/2025) bahwa tidak akan ada pembicaraan nuklir baru dengan Amerika Serikat (AS) jika mensyaratkan pada penghentian aktivitas pengayaan uranium.
AS dan Iran sebelumnya telah melakukan beberapa putaran negosiasi untuk mencapai kesepakatan terkait program nuklir Iran, namun Israel menggagalkan pembicaraan tersebut ketika melancarkan serangan mendadak terhadap musuh regionalnya itu, yang memicu perang selama 12 hari.
Sejak berakhirnya konflik bersenjata, baik Iran maupun AS telah menyatakan kesediaannya untuk kembali ke meja perundingan, meskipun Iran menegaskan tidak akan melepaskan haknya atas penggunaan tenaga nuklir untuk tujuan damai.
"Jika negosiasi harus disyaratkan dengan penghentian pengayaan (uranium) maka negosiasi seperti itu tidak akan berlangsung," kata Ali Velayati, penasihat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei seperti dikutip kantor berita pemerintah IRNA.
Pernyataan tersebut muncul setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei mengatakan bahwa pihaknya belum menetapkan tanggal untuk pertemuan dengan AS.
"Sampai saat ini, belum ada tanggal, waktu, atau lokasi spesifik yang ditentukan terkait hal ini," jelas Baqaei mengenai rencana pertemuan antara Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan utusan AS Steve Witkoff.
Tuduhan yang Konsisten Dibantah Iran
Araghchi dan Witkoff sebelumnya gagal mencapai kesepakatan setelah lima putaran pembicaraan yang dimulai pada April. Pembicaraan yang melibatkan mereka merupakan kontak tingkat tertinggi antara kedua negara sejak AS keluar dari kesepakatan mengenai program nuklir Iran (JCPOA) pada 2018.
Pembicaraan yang dimediasi oleh Oman terhenti setelah Israel melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada 13 Juni dan AS kemudian bergabung dengan sekutunya itu dengan melakukan serangan terbatas pada 22 Juni.
"Kami serius dalam diplomasi dan proses negosiasi, kami terlibat dengan itikad baik, namun seperti yang disaksikan semua orang, sebelum putaran keenam, rezim Zionis, dengan koordinasi bersama AS, melakukan agresi militer terhadap Iran," kata Baqaei.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam pernyataannya pada Senin mengatakan bahwa Iran mendukung diplomasi dan keterlibatan yang konstruktif.
"Kami terus percaya bahwa jendela diplomasi tetap terbuka dan kami akan dengan sungguh-sungguh menempuh jalur damai ini," ungkap Pezeshkian.
Israel dan negara-negara Barat menuduh Iran tengah mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang secara konsisten dibantah oleh Teheran.
Meski Iran merupakan satu-satunya negara non-pemilik senjata nuklir yang memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen—mendekati ambang batas untuk pembuatan senjata nuklir—badan pengawas nuklir PBB menyatakan tidak menemukan indikasi bahwa Iran tengah berusaha mengubah persediaan uraniumnya menjadi senjata.