Liputan6.com, Brussels - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen hari ini mencapai kesepakatan politik penting dalam negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Kesepakatan ini menjadi tonggak utama menjelang finalisasi penuh CEPA oleh Komisaris Uni Eropa Maroš Šefčovič dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto, yang ditargetkan rampung pada September 2025.
Presiden von der Leyen menegaskan bahwa kemitraan ini akan membuka peluang baru bagi kedua pihak.
"Eropa dan Indonesia memilih jalur keterbukaan, kemitraan, dan kemakmuran bersama. Perjanjian ini akan membuka pasar baru dan memperkuat rantai pasok bahan baku penting untuk industri hijau dan baja Eropa," ujarnya, seperti mengutip pernyataan resmi Kemlu RI, Senin (14/7/2025).
Presiden Prabowo menyebut pencapaian ini sebagai momen penting dalam hubungan bilateral.
"Setelah bertahun-tahun kerja keras, kita sepakat untuk maju. Bagi Indonesia, CEPA bukan hanya soal perdagangan. Ini tentang keadilan, rasa hormat, dan membangun masa depan bersama yang kuat," tegas Prabowo.
CEPA dirancang sebagai perjanjian yang komprehensif, inklusif, dan saling menguntungkan. Tujuannya mendorong pertumbuhan berkelanjutan, meningkatkan investasi, dan memperkuat ketahanan rantai pasok, termasuk bahan baku penting yang strategis bagi kedua belah pihak.
Perkuat Kerja Sama Bilateral
Tak hanya soal ekonomi, kedua pemimpin juga menegaskan komitmen mereka untuk memperdalam kerja sama bilateral. Untuk mendukung konektivitas antarwarga, Uni Eropa telah mengadopsi keputusan visa cascade untuk Indonesia. Kebijakan ini akan mempermudah akses visa masuk ganda bagi warga Indonesia ke negara-negara Uni Eropa.
Di bidang energi, kedua pihak menegaskan pentingnya transisi energi bersih yang inklusif. Indonesia menegaskan komitmennya terhadap ketahanan energi nasional sebagaimana tertuang dalam visi Asta Cita. Dalam konteks ini, kemitraan Just Energy Transition dan inisiatif EU Global Gateway dipandang sebagai dukungan penting terhadap agenda jangka panjang Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin juga menyuarakan dukungan terhadap tatanan internasional berbasis aturan, kerja sama lebih erat di PBB, serta upaya perdamaian di Ukraina dan Timur Tengah. Indonesia dan Uni Eropa juga menyatakan kesamaan visi dalam memperkuat kemitraan ASEAN–UE demi perdamaian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Indo-Pasifik.
Keduanya sepakat bahwa hubungan yang terus berkembang antara Indonesia dan Uni Eropa, yang didasari nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan supremasi hukum, menjadi landasan untuk membangun kemitraan strategis yang lebih kuat di masa depan.