Iran Diam-diam Beli Baterai Rudal dari China di Tengah Gencatan Senjata

10 hours ago 6

Liputan6.com, Teheran - Iran dilaporkan telah menerima baterai rudal permukaan-ke-udara (SAM) dari Tiongkok dalam upayanya membangun kembali sistem pertahanan yang hancur akibat serangan Israel selama 12 hari terakhir. Informasi ini diungkapkan sejumlah sumber kepada Middle East Eye (MEE).

Pengiriman sistem pertahanan udara tersebut terjadi setelah tercapainya gencatan senjata de facto antara Teheran dan Tel Aviv pada 24 Juni lalu, dikutip dari laman middleeasteye, Jumat (11/7/2025).

Seorang pejabat Arab yang mengetahui laporan intelijen ini mengatakan kepada MEE bahwa Iran bergerak cepat untuk memperkuat kembali lini pertahanannya.

Pejabat Arab lainnya, yang enggan disebut namanya karena membahas informasi sensitif, menyebutkan bahwa negara-negara Arab sekutu Amerika Serikat sudah mengetahui langkah Iran ini. Gedung Putih pun dikabarkan telah mendapat laporan perkembangan tersebut.

Meski belum jelas berapa jumlah sistem SAM yang diterima Iran dari Tiongkok sejak konflik mereda, salah satu sumber menyebut Iran membayarnya menggunakan pengiriman minyak. China sendiri merupakan pembeli minyak terbesar Iran. Data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Mei lalu menunjukkan hampir 90 persen ekspor minyak mentah dan kondensat Iran mengalir ke Negeri Tirai Bambu.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok terus mengimpor minyak Iran dalam jumlah besar meski terhalang sanksi AS, kerap memanfaatkan negara seperti Malaysia sebagai jalur transit untuk menyamarkan asal usul minyak tersebut. “Iran cukup kreatif dalam menjalankan perdagangan ini,” ujar pejabat Arab tadi.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu pada Senin untuk membahas isu Iran, termasuk program nuklirnya. Saat dimintai komentar, Gedung Putih belum memberikan tanggapan kepada MEE hingga artikel ini diterbitkan.

Presiden Israel Isaac Herzog mendatangi lokasi serangan rudal Iran di Beersheba, Israel. Isaac mengatakan serangan tersebut sangat menyakitkan.

Hubungan Iran-Tiongkok Kian Erat

Pengiriman baterai rudal ini menandai semakin dekatnya hubungan militer antara Beijing dan Teheran. Menariknya, hal ini terjadi di tengah pengamatan sejumlah pihak Barat yang melihat Tiongkok dan Rusia cenderung menjaga jarak dari Iran ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran belum lama ini.

Dalam konflik tersebut, Israel berhasil menguasai wilayah udara Iran, menghancurkan fasilitas peluncur rudal balistik, serta menewaskan sejumlah jenderal dan ilmuwan penting Teheran. Meski begitu, Iran tetap mampu bertahan dan bahkan terus meluncurkan rudal balistik ke Israel. Beberapa serangan diklaim menghantam target sensitif di Tel Aviv dan Haifa sebelum akhirnya kedua pihak menyepakati gencatan senjata.

Keterlibatan Tiongkok dalam memperkuat arsenal Iran sebenarnya bukan hal baru. Pada akhir 1980-an, ketika Iran berperang dengan Irak, negara itu menerima rudal jelajah HY-2 Silkworm buatan Tiongkok melalui Korea Utara. Rudal tersebut sempat digunakan Iran untuk menyerang Kuwait dan menghantam kapal tanker berbendera AS dalam apa yang dikenal sebagai “perang tanker”.

Pada 2010, muncul laporan bahwa Iran menerima sistem rudal pertahanan udara HQ-9 dari Tiongkok. Saat ini, selain mengandalkan sistem HQ-9 Tiongkok, Iran juga memiliki S-300 buatan Rusia yang dapat menargetkan pesawat, UAV, serta memberi perlindungan dari rudal balistik dan jelajah. Ditambah lagi dengan sistem dalam negeri seperti Khordad dan Bavar-373. Namun kemampuan sistem-sistem ini untuk menembak jatuh jet tempur siluman F-35 milik Israel dinilai masih terbatas.

Sebagai catatan, Tiongkok juga diketahui telah menjual HQ-9 dan HQ-16 ke Pakistan. Sementara Mesir diyakini memiliki sistem HQ-9 serupa.

Read Entire Article