Liputan6.com, Beijing - Sebuah universitas di Beijing, Tiongkok, menjadi sorotan publik setelah muncul laporan bahwa seorang mahasiswi diminta membuka celana di klinik kampus hanya untuk membuktikan bahwa ia sedang menstruasi demi mendapatkan cuti sakit.
Peristiwa ini terjadi pada 15 Mei lalu, saat seorang mahasiswi dari Institut Gengdan, yang berafiliasi dengan Universitas Teknologi Beijing, mengunggah video ke media sosial. Dalam video tersebut, ia menceritakan pengalamannya ketika mengajukan cuti sakit karena merasa tidak nyaman akibat menstruasi. Bukannya mendapatkan izin, ia malah diminta menunjukkan bukti fisik bahwa dirinya benar-benar sedang haid.
"Jadi maksud Anda, setiap perempuan yang sedang menstruasi harus menurunkan celananya dan menunjukkannya untuk bisa dapat surat izin?" tanya sang mahasiswi dalam video, dikutip dari laman SCMP, Rabu (28/5/2025).
Petugas klinik perempuan yang ada di video itu menjawab, "Pada dasarnya, ya. Itu bukan aturan pribadi saya, itu memang peraturannya."
Mahasiswi tersebut kemudian meminta aturan tertulis terkait kebijakan itu, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Ia malah diarahkan untuk pergi ke rumah sakit guna mendapatkan surat keterangan medis.
Pernyataan resmi dari kampus muncul sehari kemudian, pada 16 Mei. Pihak universitas mengklaim bahwa staf klinik telah mengikuti "prosedur standar" yang berlaku.
"Menurut hasil penyelidikan internal, staf medis menanyakan kondisi fisik mahasiswa tersebut dan, setelah mendapat persetujuan, melanjutkan pemeriksaan. Tidak ada alat medis atau pemeriksaan fisik yang digunakan," kata perwakilan kampus dalam pernyataan tertulis.
Polikistik ovarium (PCOS) adalah penyakit ketika ovum atau sel telur pada perempuan tidak berkembang secara normal akibat ketidakseimbangan hormon. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur serta menyebabkan kemandulan. Berikut 5...
Aturan Agar Tak Ada Pelanggaran
Seorang staf kampus bermarga Xu kemudian menjelaskan kepada media CNR News bahwa aturan semacam itu diterapkan demi mencegah penyalahgunaan cuti sakit. Ia mencontohkan, ada mahasiswi yang mengaku menstruasi hingga empat atau lima kali dalam sebulan.
Namun, penjelasan tersebut tidak meredam kemarahan publik. Video yang diunggah sang mahasiswi telah memicu gelombang kritik di media sosial Tiongkok. Banyak netizen menilai kebijakan kampus tidak masuk akal dan melecehkan privasi mahasiswa.
“Kalau saya sakit diare, apakah saya juga harus buang air di depan dokter demi dapat surat sakit?” komentar seorang netizen dengan nada sarkastik.
Yang lain menambahkan, “Mengajukan cuti empat atau lima kali sebulan karena nyeri haid itu bisa saja wajar. Saya pernah mengalami menstruasi selama 50 hari berturut-turut saat mengalami kelelahan kronis.”
“Ini bukan soal peraturan lagi. Ini soal penyalahgunaan kekuasaan. Memaksa anak perempuan membuka celana demi bukti menstruasi adalah bentuk pelecehan,” ujar netizen lainnya.
Tak tinggal diam, sang mahasiswi kembali mengunggah video lanjutan. Ia mengaku sudah pergi ke rumah sakit dan berhasil mendapatkan surat keterangan. Namun, ia menegaskan bahwa perjuangannya bukan soal mendapatkan izin semata.
“Saya hanya menuntut adanya kebijakan yang manusiawi dan bermartabat bagi perempuan yang ingin mengajukan cuti saat haid,” katanya.
Ia pun menantang kampus untuk menunjukkan aturan tertulis yang membenarkan permintaan staf klinik tersebut. “Kalau memang ada aturan resmi yang menyatakan perempuan harus menunjukkan darah menstruasi agar bisa dapat cuti, saya siap menghapus video saya. Tapi kalau tidak ada, saya tidak akan mundur.”
Insiden ini kembali membuka perdebatan soal kebijakan kampus yang tidak sensitif terhadap isu kesehatan perempuan serta pentingnya perlindungan hak privasi mahasiswa.