Rusia dan Ukraina Tukar Masing-masing 307 Tentara di Tengah Konflik

1 week ago 20

Liputan6.com, Moskow - Rusia dan Ukraina kembali melakukan pertukaran ratusan tahanan pada Sabtu (24/5/2025), dalam sebuah langkah langka yang menunjukkan secercah kerja sama di tengah konflik yang belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda.

Pertukaran besar ini terjadi hanya beberapa jam setelah Kyiv dihantam serangan besar-besaran oleh drone dan rudal Rusia yang melukai sedikitnya 15 orang, dikutip dari laman AP, Minggu (25/5).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa masing-masing negara berhasil memulangkan 307 tentaranya. Ini dilakukan sehari setelah keduanya juga sepakat untuk membebaskan total 390 orang, yang terdiri dari kombatan dan warga sipil. Pertukaran ini disebut-sebut sebagai yang terbesar sejak perang meletus lebih dari tiga tahun lalu.

"Kami berharap akan ada lebih banyak lagi yang dibebaskan besok," kata Zelenskyy melalui kanal Telegram resminya. Kementerian Pertahanan Rusia pun menyatakan hal serupa, meski tidak menjelaskan lebih lanjut.

Dentuman Rudal di Tengah Harapan

Namun, momen harapan ini dibayangi serangan udara yang mengguncang Kyiv pada malam sebelumnya. Ledakan dan tembakan anti-pesawat terdengar di seluruh penjuru ibu kota Ukraina. Warga berbondong-bondong mengungsi ke stasiun-stasiun kereta bawah tanah untuk berlindung dari serangan drone dan rudal Rusia yang terus berdatangan.

Serangan itu terjadi setelah pertemuan langka antara delegasi Ukraina dan Rusia di Istanbul awal bulan ini. Pertemuan itu menjadi dialog langsung pertama sejak invasi besar-besaran Rusia pada 2022. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk menukar masing-masing 1.000 tawanan perang dan tahanan sipil.

Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Kamis menolak proposal perdamaian dari Perancis dan Inggris, dan menggambarkannya sebagai bagian dari sekutu Eropa Kyiv untuk menawarkan jeda pada tentara Ukraina yang sedang berperang.

Salah Satu Serangan Terbesar

Para pejabat Ukraina menyebut bahwa Rusia meluncurkan 14 rudal balistik dan 250 drone Shahed dalam serangan malam itu. Pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh enam rudal dan menetralisir 245 drone—sebanyak 128 dihancurkan di udara, sementara 117 lainnya dilumpuhkan dengan sistem peperangan elektronik.

Pemerintah Militer Kota Kyiv menyebut serangan ini sebagai salah satu serangan kombinasi rudal dan drone terbesar yang pernah terjadi di ibu kota. "Ini adalah malam yang sulit bagi kita semua," bunyi pernyataan resmi mereka.

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha dalam pernyataannya di media sosial X (dulu Twitter) menyebut serangan ini sebagai bukti bahwa tekanan sanksi terhadap Rusia perlu ditingkatkan agar proses perdamaian bisa dipercepat.

Senada, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menggambarkan serangan itu sebagai "malam penuh teror bagi warga sipil Ukraina." Ia menegaskan bahwa "ini bukan tindakan dari negara yang menginginkan perdamaian."

Duta Besar Uni Eropa untuk Ukraina, Katarina Mathernová, menyebut serangan tersebut "mengerikan" dan menulis di X, “Jika masih ada yang meragukan bahwa Rusia ingin perang ini terus berlangsung — bacalah berita ini.”

Meski langkah pertukaran tahanan memberi sedikit harapan, realitas di lapangan menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian masih penuh ranjau dan bayang-bayang kehancuran.

Read Entire Article