Respons Kremlin Usai Trump Sebut Putin Gila

5 days ago 18

Liputan6.com, Moskow - Kremlin mengklaim Donald Trump terlalu emosional atas pernyataannya bahwa Vladimir Putin "benar-benar gila" menyusul serangan udara terbesar Rusia terhadap Ukraina.

Presiden Amerika Serikat (AS) itu menulis di Truth Social pada Minggu (25/5/2025) bahwa "sesuatu telah terjadi" pada Putin, setelah Rusia menewaskan 13 orang di Ukraina dengan 367 drone dan rudal.

"Dia sudah benar-benar gila," kata Trump seperti dilansir BBC. "Membunuh banyak orang tanpa alasan."

Berbicara di New Jersey pada Minggu malam, Trump mengatakan tentang Putin, "Saya sudah mengenalnya sejak lama, selalu berhubungan baik dengannya, namun dia mengirimkan roket ke kota-kota dan membunuh orang, dan saya sama sekali tidak menyukainya."

Dia juga mengklaim sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan sanksi AS terhadap Rusia – sesuatu yang telah dia ancamkan berulang kali sebelumnya.

Trump kemudian mengunggah pernyataan "gila" tersebut di Truth Social. Dia menambahkan, "Saya selalu bilang bahwa dia menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian darinya dan mungkin itu terbukti benar, namun jika itu yang terjadi maka itu akan membawa kehancuran bagi Rusia!"

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengungkapkan bahwa pernyataan Trump "terkait dengan reaksi emosional berlebihan dari semua pihak yang terlibat."

Komentar Trump muncul setelah serangan udara gabungan terbesar Rusia sejak invasi skala penuhnya pada Februari 2022. Setidaknya 13 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di Ukraina selama malam antara Sabtu dan Minggu setelah Rusia meluncurkan 367 drone dan rudal.

Antara Minggu malam dan Senin (26/5) pagi, Rusia meluncurkan 355 drone ke Ukraina, menewaskan 10 orang. Angkatan Udara Ukraina mengatakan ini adalah serangan terbesar yang pernah dilakukan hanya dengan menggunakan drone.

Peskov mengaku bahwa itu merupakan respons serangan Ukraina terhadap "infrastruktur sosial" Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa sistem pertahanan udaranya telah menghancurkan 20 drone Ukraina di beberapa wilayah Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuturkan pada Minggu bahwa tidak ada "logika militer" dalam serangan udara Rusia – melainkan ini adalah "pilihan politik yang jelas... oleh Putin, pilihan oleh Rusia... untuk melanjutkan perang dan menghancurkan kehidupan."

Ukraina Kini Bebas Gunakan Senjata Jarak Jauh?

Sebagai tanggapan yang dinilai terkait dengan serangan Rusia selama akhir pekan, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa kini "tidak ada lagi" pembatasan jarak pada senjata yang dipasok ke Ukraina.

"Ini berarti bahwa Ukraina sekarang dapat mempertahankan diri, misalnya, dengan menyerang posisi militer di Rusia ... Sekarang mereka bisa melakukannya," kata Merz.

Reuters melaporkan bahwa Zelensky dijadwalkan untuk melakukan perjalanan ke Berlin pada Rabu (28/5), meskipun ini belum dikonfirmasi.

Kantor Kanselir Jerman belum memberikan komentar apakah pernyataan Merz menunjukkan bahwa akan ada pengumuman segera tentang pengiriman rudal Taurus – sesuatu yang sebelumnya ditolak oleh pemerintahan Jerman sebelumnya.

Tahun lalu, Inggris menyatakan bahwa Ukraina memiliki hak untuk memutuskan bagaimana menggunakan senjata yang dipasok oleh Inggris dalam rangka pembelaan diri. Pada November 2024, presiden AS saat itu, Joe Biden, memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang Rusia, meskipun dengan sejumlah batasan.

Rudal Taurus memiliki jangkauan sekitar 500 km – jarak yang lebih jauh dibandingkan sistem lain yang telah dipasok oleh para sekutu Ukraina. Rusia menyebut pengiriman senjata tersebut sebagai "langkah yang berbahaya".

Kritik Trump terhadap Zelenskyy

Di lain sisi, Trump turut mengkritik keras Zelenskyy dengan mengatakan, "Dia tidak membantu negaranya dengan cara berbicaranya saat ini."

"Setiap kata yang keluar dari mulutnya menimbulkan masalah, saya tidak suka itu, dan sebaiknya berhenti," tulis Trump tentang Zelenskyy.

Meskipun para sekutu Eropa Ukraina sedang mempersiapkan sanksi lanjutan terhadap Rusia, AS telah menyatakan bahwa mereka akan terus mencoba mengupayakan pembicaraan damai atau "mundur" jika tidak ada kemajuan yang dicapai.

Peskov menuturkan pada Senin bahwa Rusia "sangat berterima kasih" kepada pihak AS dan "secara pribadi kepada Presiden Trump" atas bantuan dalam mengatur dan memulai proses negosiasi dengan Ukraian.

Pekan lalu, Trump dan Putin melakukan percakapan telepon selama dua jam untuk membahas proposal gencatan senjata dari AS guna menghentikan pertempuran.

Trump merasa percakapan tersebut berjalan sangat baik, seraya menambahkan bahwa Rusia dan Ukraina akan segera memulai negosiasi menuju gencatan senjata dan akhir dari perang.

Ukraina secara terbuka telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan gencatan senjata selama 30 hari, namun Putin mengatakan bahwa Rusia hanya akan bekerja sama dengan Ukraina untuk menyusun sebuah "memorandum" mengenai "perdamaian potensial di masa depan" — sebuah langkah yang oleh Kyiv dan sekutu Eropa-nya dianggap sebagai taktik untuk mengulur waktu.

Pembicaraan langsung pertama antara Ukraina dan Rusia sejak 2022 diadakan pada 16 Mei di Istanbul, Turki. Selain pertukaran besar tawanan perang, pertemuan itu tidak membawa kemajuan berarti menuju penghentian pertempuran.

Saat ini Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea – semenanjung selatan Ukraina yang dianeksasi pada 2014.

Read Entire Article